• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #65: Warga Kampung Babakan Dka yang Terhalang Tembok Pembangunan

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #65: Warga Kampung Babakan Dka yang Terhalang Tembok Pembangunan

Jalan yang membelah Kampung Babakan Dka di Cicalengka makin sempit tergerus pembangunan jalur kereta ganda. Kini jalan sempit itu dipasang tembok penghalang.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Area gapura depan Kampung Babakan Dka di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Sebelah kiri RW 14 dan sebelah kanan RW 15 di Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. (Foto: Andrian Maldini Yudha)

17 September 2024


BandungBergerak.id – Di wilayah Jawa Barat, lebih tepatnya Bandung, transportasi kereta api memang menjadi alat moda transportasi yang menunjang kehidupan masyarakat bumi parahiyangan. Alat transportasi ini barangkali sudah menjadi alat transportasi yang dominan di gunakan masyarakat banyak.

Kenyamanan saat perjalanan dan harga tiket yang cocok di kantong menjadi alasan transportasi kereta api begitu diminati masyarakat. Oleh karena itu, transportasi kereta api pun menjadi ladang investasi yang menjanjikan bagi pemerintah.

Melirik dinamika penggunaan moda transportasi yang begitu banyak digunakan oleh masyarakat, pemerintah pun semakin gencar membangun infrastruktur. Pembangunan dan perbaikan segala fasilitas yang ada di moda transportasi kereta api ini terus dilakukan.

Di bumi parahiyangan sendiri terhitung kurang lebih sejak tiga atau dua tahun ke belakang, infrastruktur pembangunan transportasi kereta api pun menggebyar, salah satunya di seantero Bandung. Di antaranya pembangunan atau renovasi-renovasi stasiun, penambahan lajur kereta api, dan perbaikan segala fasilitas yang ada.

Tentu barangkali ini bukan dilakukan tanpa sebab. Kereta api sendiri memang menjadi wajah moda transportasi utama bagi warga bumi parahiyangan. Guna meningkatkan kenyamanan dan ketenteraman pengguna kereta api, tidak heran perbaikan dan peningkatan fasilitas kereta api pun dilakukan.

Gencarnya pembangunan infrastruktur pendukung moda transportasi tersebut bertujuan agar semakin meningkatkan kenyamanan pengguna kereta, dan peningkatan fasilitas tersebut manfaatnya akan dapat dirasakan oleh banyak orang. Namun, rupanya tujuan itu harus mengorbankan sebagian kenyamanan dan fasilitas sebagian orang lain.

Seperti pembangunan jalur ganda kereta api yang melintang dari Bandung-Cicalengka, Pembangunan jalur ganda tersebut melibas jalan-jalan dan fasilitas kampung warga yang terdampak.

Hal ini menjadi ironi, di mana katanya tujuan pembangunan infrastruktur untuk kemanfaatan dan kenyamanan orang banyak, tapi di balik itu ada sebentuk pengorbanan yang harus dilakukan oleh sebagian orang guna mencapai kemanfaatan dan kenyamanan untuk banyak orang itu.

Ada sebagian yang terpinggirkan, dan ada pula sebagian yang diuntungkan dengan adanya infrastruktur kereta api ini.

Sebagian menyambut dengan antusias, ada pula yang harus melirih tanpa bisa berbuat apa-apa dan harus menelan getir ketidakadilan di balik infrastruktur pembangunan.

Wilayah Kampung Babakan Dka RW 15, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang terhalang karena tembok pembatas. (Foto: Andrian Maldini Yudha)
Wilayah Kampung Babakan Dka RW 15, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang terhalang karena tembok pembatas. (Foto: Andrian Maldini Yudha)

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #62: Jalan Petak Kaca-kaca di Cicalengka yang Membahayakan
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #63: Semarak Gema Kemerdekaan di Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #64: Perlawanan Mahasiswa pada Revisi UU Pilkada

Yang Terhalang Tembok Pembangunan

Adalah Kampung Babakan Dka. Sebuah Kampung yang terletak di Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa barat. Mengingat kampung ini bersebelahan dengan kawasan Stasiun Kereta Api Cicalengka di Kawasan Bandung Timur ini merupakan salah satu kampung yang terdampak gencarnya pembangunan jalur ganda kereta api yang melintang dari Bandung-Cicalengka.

Kampung Babakan Dka terbagi menjadi dua RW. Di wilayah sebelah selatan yaitu RW 14, dan di wilayah sebelah utara ialah wilayah RW 15. Yang menjadi batas pemisah kedua RW ini ialah jalur kereta api. Kendati demikian, walau pun terbagi ke dalam dua wilayah RW, Kampung Babakan ini tetap padu menjadi satu wilayah kampung, yaitu Babakan Dka.

Kata “Dka,” sendiri rupanya bukan semata-mata penamaan belaka. Kata Dka adalah singkatan dari “Dekeut Kareta Api”, atau ada pula yang menyebutkan “Daerah Kereta Api”. Sementara kata “Babakan” menyiratkan arti “Perkampungan”, atau “Kampung yang Baru Ditemukan”. Jadi, apabila diperas artinya Kampung Babakan Dka adalah satu perkampungan yang berada dekat dengan kereta api. Tentu, penamaan ini berakar pada nilai historis atau sejarah yang ada di kampung ini.

Konon katanya, dahulu, Kampung Babakan Dka memang menjadi tempat bersejarah bagi dunia perkeretaapian di Jawa Barat. Buktinya, dapat kita temukan bangunan-bangunan yang mengerucut berbentuk segi tiga khas Eropa (Belanda) yang dapat dijumpai di wilayah Kampung Babakan Dka. Dahulu, bangunan-bangunan itu dijadikan sebagai kantor kereta api pada saat masa kolonial. Sekarang pun bangunannya masih tetap ada dan terjaga serta dihuni sebagai kantor administrasi perkeretaapian.

Pada era tahun 80-an, banyak juga para masinis-masinis yang piawai menunggangi kuda besi kereta api, bermukim di Kampung Babakan Dka. Sekarang, tentu para masinis yang sudah purna dari tugasnya  masih ada, dan dapat dijumpai di Kampung Babakan Dka. Terlepas dari nilai historisnya, tak mengherankan bahwa Kampung Babakan Dka memang kental dengan nuansa perkeretaapian.

Setalah bergulirnya pembangunan jalur kereta api ganda yang melintang antara Bandung-Cicalengka sejak kurang lebih dua atau tiga tahun ke belakang, rupanya sudah hampir 80 persen pembangunan tersebut hampir rampung. Jalur baru kereta api sudah selesai dan juga sudah dioperasikan.

Geliat pembangunan itu sudah mengikis sebagian jalan utama yang selalu digunakan warga Kampung Babakan Dka, dari yang semulanya ruas jalan tersebut sebesar kurang lebih 10 meter, kini menjadi kurang lebih hanya menyisakan 5 meter saja. Artinya, jalan yang selalu digunakan warga untuk beraktivitas dan berlalu-lalang pun menyempit.

Wilayah Kampung Babakan Dka RW 15, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang terhalang karena tembok pembatas. (Foto: Andrian Maldini Yudha)
Wilayah Kampung Babakan Dka RW 15, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang terhalang karena tembok pembatas. (Foto: Andrian Maldini Yudha)

Dengan adanya penyempitan jalan tersebut, kini jalan utama itu hanya bisa dilewati oleh satu mobil saja itu pun harus waspada karena memang sangat sempit medannya. Kini jalan pun dibatasi dengan dinding beton yang menjulang setinggi sekitar 3 meter sebagai pembatas. Yang artinya, dua wilayah RW di Kampung Babakan Dka area RW 14 dan RW 15 terpisah oleh dinding beton itu.

Hal ini, menjadi penghambat aktivitas sosial warga Kampung Babakan Dka yang berada di RW 14 dan RW 15. Katakanlah, mereka yang bermukim di Kampung Babakan RW 15 harus berjalan mengitari dan memutar dinding beton sejauh kurang lebih 300 meter untuk menyambangi saudaranya yang bermukim di wilayah Kampung Babakan RW 14.  Sebelum adanya dinding beton pembatas itu, warga Kampung Babakan Dka tidak harus jauh-jauh mengitari dinding itu, hanya praktis tinggal melintas langsung saja menyeberangi rel kereta api.

Yang paling menjadi penghambat bagi warga Kampung Babakan Dka adalah kegiatan keagamaan bagi umat muslim yang bergulir satu minggu sekali, yaitu Salat Jumat. Di Kampung Babakan Dka, Salat Jumat dilaksanakan di wilayah RW 14. Dengan adanya dinding beton pembatas itu, mereka yang bermukim di RW 15 kini harus berjalan memutar dan mengitari dinding beton pembatas itu sejauh kurang lebih 300 meter untuk melakukan ibadah ke masjid Jamie yang hanya ada di RW 14.

Alhasil, warga Kampung Babakan Dka kini menjadi korban yang terpinggirkan di balik pembangunan infrastruktur kereta api. Mereka terhalang sebuah tembok pembangunan.

Sangat ironi, di balik maksud dan tujuan untuk meningkatkan fasilitas moda transportasi publik ke arah yang lebih baik ada sebagian orang yang terpinggirkan karena maksud dan tujuan pembangunan itu.

Di saat infrastruktur yang memanjakan untuk menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi banyak orang, ada yang terdampak sebuah tembok pembangunan. Warga Kampung Babakan Dka harus mengorbankan jalan utama kampungnya menjadi sempit, harus rela terhalang dengan saudaranya yang ditapis oleh tembok pembangunan, dan harus ikhlas berjalan jauh memutari tembok pembangunan untuk menjalankan kewajiban ibadah.

* Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Lingkar Literasi Cicalengka. Simak tulisan-tulisan lain Andrian Maldini Yudha atau artikel-artikel lain tentang Cicalengka.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//