• Cerita
  • CERITA ORANG BANDUNG #81: Ujang Itok di Sepetak Sawah Terakhir Cigondewah

CERITA ORANG BANDUNG #81: Ujang Itok di Sepetak Sawah Terakhir Cigondewah

Ujang Itok menggarap sawah di sepetak lahan pertanian yang tersisa di Cigondewah. Dahulu kawasan ini sumber pangan yang utama di Kota Bandung.

Kereta cepat Whoosh melintas diatas sawah garapan Ujang Itok di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Prima Mulia23 Oktober 2024


BandungBergerak.id - Ujang Itok merontokan bulir-bulir padi yang baru dia panen di petak sawah tersisa di sekitar kawasan Baturengat, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, 15 Oktober 2024. Sawah garapan pria asli Cigondewah berusia 52 tahun ini terletak di batas wilayah kota dan kabupaten, bersisian dengan jalan tol Cipularang dan jalur kereta di sebelah selatan sawahnya.

Di sisi utara sawah Ujang Itok berbatasan dengan dinding pabrik. Di sisi timur sawahnya ada komplek permukiman, bangunan terbengkalai, jalan desa, insinerator sampah yang diklaim tanpa polusi berspanduk Citarum Harum Sektor 22, dan gudang-gudang pengelola barang rongsokan. Dekat insinerator sebelum jembatan tol juga ada area pembuangan dan pembakaran sampah lain.

Di sisi barat bangunan pabrik, jalan tol, dan jalur kereta cepat memanjang sampai ke wilayah Kabupaten Bandung Barat. Rangkaian sepur kilat Whoosh melintas saat Ujang Itok melempar seikat jerami padi yang bulirnya sudah rontok.

"Ini lagi panen jenis padi Ciherang, saya tidak menggarap semua petak sawah, di petak-petak lain digarap petani lain. Kalau ditotal sisa sawah yang bisa kami garap ini luasnya mungkin ada setengah hektarelah," kata Ujang, 15 Oktober 2024.

Pria ini juga fasih mendongeng tentang dunia politik terkini dan intrik-intrik alih fungsi lahan. Dulu sampai awal tahun 1990-an, masih banyak sawah dan kebun garapan petani di Cigondewah. Mata pencaharian utama warga di sana adalah petani. Orang tua Ujang dulu adalah petani pemilik sawah di Cigondewah, seperti juga warga Cigondewah lainnya yang masih memiliki sawah dan ladang saat itu.

"Sejak akhir tahun 1990-an atau 2000-lah sawah-sawah di sini mulai menghilang, semuanya dijual lalu berganti jadi bangunan pabrik-pabrik diikuti dengan munculnya toko-toko atau bandar kain. Setelah itu bermunculan juga gudang-gudang rongsok yang menampung segala macam sampah plastik, logam, kardus, kertas, dan majun," jelas Ujang.

Ujang Itok merontokan bulir padi saat panen di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Ujang Itok merontokan bulir padi saat panen di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Menurut Ujang narasi naik haji jadi jargon ampuh para pemodal atau investor yang berusaha membeli tanah-tanah sawah dan ladang warga. "Jadi dulu ada istilah ka Mekah tumpak galeng (ke Mekah naik pematang sawah) yang artinya pergi ke Mekah naik haji bermodal jual sawah dan ladang. Begitu kembali ke tanah air bingung, sawah garapan sudah tak ada, termasuk orang tua saya dulu juga begitu," jelasnya.

Sebaliknya, di wilayah Cigondewah Hilir yang kini masuk ke wilayah Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, masih terlihat sawah-sawah menghampar, tapi juga sudah mulai terdesak oleh bangunan pabrik dan komplek perumahan.

Tak banyak lagi profesi petani yang terlihat menggarap sawah dan ladang seperti Ujang di Cigondewah Kaler. Sadar tak bisa terus bergantung pada sawah garapan yang sewaktu-waktu bisa saja dijual oleh pemiliknya, Ujang memelihara sapi dan domba pedaging serta beternak ayam di rumahnya.

Dari data yang dilansir BPS tahun 2019, jumlah penduduk Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon sebanyak 19.439 jiwa dengan luas wilayah 1,42 kilometer persegi. Luasan sawah sekitar 15,34 hektare pada tahun 2019, kini mungkin sudah jauh menyusut.

Petani dan peternak jadi sesuatu yang sangat langka di Cigondewah saat ini. Warga banyak berprofesi sebagai bandar rongsok dan bandar kain kiloan Cigondewah yang sudah terkenal itu. Di sepanjang jalan kampung di Baturengat, gudang-gudang Bandar rongsok lebih terlihat dominan aktivitasnya. Pekerja-pekerja yang memilah sampah plastik, kardus, atau majun. Truk atau mobil angkutan barang keluar masuk gudang setiap saat.

Jika dulu panen padi di Cigondewah adalah hal yang lumrah, kini panen rongsok plastik adalah hal yang biasa, malah panen padi yang terlihat aneh.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG #78: Pengalaman Budi Kecil di Jalan, Membangun Rumah Singgah di Usia Dewasa
CERITA ORANG BANDUNG #79: Pasang Surut Usaha Kosan Asep di Ciumbuleuit
CERITA ORANG BANDUNG #80: Mbak Mar dan Kerasnya Mengadu Nasib di Kota Kembang

Lanskap sawah garapan Ujang Itok di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Lanskap sawah garapan Ujang Itok di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Panen Kain

Panen padi menjadi barang langka di Cigondewah. Gantinya, panen kain. Humas Pemkot Bandung menyebut Cigondewah sebagai surganya aneka jenis kain sejak wilayah ini menjadi pusat industri kain lokal. Penjual kain Cigondewah mulai berkembang awal tahun 1982.

Nama kain Cigondewah disebut-sebut terkenal ke mancanegara seperti Afghanistan, Yaman, Malaysia, Mesir, dan Brunei. Jenis kain yang dijual di sini terdiri dari sivon, brukat, satin, songket, katun, twill, taslan, despo, furing dalam, Batik, fleace, kain keras dan lain-lain.

"Sebelum tahun 1982 Cigondewah hanyalah desa kecil dengan luas tak lebih dari 400 hektare. Ketika adanya pemekaran wilayah tahun 1982, wilayah Cigondewah dipecah menjadi dua. Kedua daerah tersebut terkenal dengan Cigondewah Kaler, masuk ke wilayah kota Bandung dan Cigondewah Hilir di bawah kabupaten Bandung," demikian keterangan Humas Pemkot Bandung.

Lanskap sawah garapan Ujang Itok di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Lanskap sawah garapan Ujang Itok di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, 15 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Tisna Sanjaya, warga Cigondewah yang juga pengajar dan Ketua Kelompok Keahlian Seni Rupa FSRD ITB mengatakan Cigondewah merupakan salah satu kelurahan di Kota Bandung yang dulunya memiliki ketampakan alam yang indah.

“Namun seiring berjalannya waktu, terjadinya industrialisasi dan modernisasi yang mengakibatkan daerah pinggiran kota seperti Cigondewah menjadi sasaran pembangunan pabrik-pabrik. Maka dari itu, kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan. Banyaknya sampah plastik dan berubahnya warna air sungai menjadi latar belakang proyek seni ini,” jelas Tisna, yang mengelola galeri seni IBU Cigondewah.

*Kawan-kawan yang baik bisa mengunjungi karya-karya lain Prima Mulia atau artikel-artikel lain tentang Cerita Orang Bandung 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//