Reak Juarta Putra Menggema di Eropa, Membangun Hubungan Diplomatik Budaya di Tiga Negara
Kelompok seni reak Juarta Putra akan konser kolaborasi di Denmark, Belanda, dan Norwegia. Mengenalkan seni nusantara.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah25 Oktober 2024
BandungBergerak.id - Mengenalkan seni reak dan membangun hubungan diplomatik antarnegara dilakukan oleh Kelompok seni reak Juarta Putra yang kembali tur mengelilingi Eropa. Grup kesenian tradisional asal Bandung ini akan mengunjungi Denmark, Belanda, hingga Norwegia selama dua minggu mulai 4 November 2024.
Anggi Nugraha dari Juarta Putra mengatakan, ketertarikan para musisi dan pegiat seni di belahan dunia pada kesenian asal Bandung Timur dimulai ketika mereka melihat pertunjukan seni reak pada tahun 2015 silam, yang akhirnya promotor musik dunia membawa mereka ke acara festival terbesar di dunia yakni Roskilde Festival Denmark 2022.
Tampilnya seni Reak Juarta Putra di Roksilde Festival menjadi pintu pembuka memperkenalkan kesenian asal Bandung timur ini ke kancah internasional. Melalui Reak Invasion yang didukung oleh Kementerian Pendidikan Budaya Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) dalam program Manajemen Talenta Nasional (MTN) 2024, empat orang punggawa Juarta Putra yaitu Anggi Nugraha, Wawan Setiawan, Ridwan Juniadi, dan Mahesa Rachmawa telah menyiapkan segala hal mulai dari persoalan adminstratif, teknis, fisik, bahkan mental.
Anggi menuturkan, kesiapan tur ini hampir matang. Empat orang personel Juarta Putra akan tampil multitalenta dalam segala bidang alat musik reak mulai dari dogdog, terompet, dan lain-lain. “Kita akan membawa pertunjukkan debus juga,” kata Anggi, saat dihubungi BandungBergerak, Kamis, 24 Oktober 2024.
Dengan jadwal yang padat dan memasuki musim dingin Eropa, Juarta Putra tetap akan membawakan reak orginal dan berkolaborasi dengan para musisi di sana. Anggi menyebutkan, logistik yang disiapkan meliputi ekstrak kulit sebagai bagian bahan dogdog dan tali-tali untuk menjaga kekuatan resonasi suara khas musik reak. Musim dingin Eropa diperkirakan akan mempengaruhi performa alat-alat musik tradisi ini.
“Alat-alat dogdognya kan sudah ada di sana, jadi kita hanya membawa bangbarongan saja,” ujar Anggi.
Selama dua minggu di sana, Juarta Putra akan terlebih dahulu mengecek kestabilan suara alat-alat musik yang disimpan di Denmark. “Teman-teman di Denmarrk belum tahu cara merawat dogdog, jadi kita lebih awal pada tanggal empat, ada waktu kurun dua hari persiapan dengan temen-temen,” tutur Anggi.
Anggi menuturkan, hari pertama ia bersama teman-temannya akan tampil dulu di Negeri Kincir Angin dan di hari berikutnya selama dua hari di Norwegia. Puncaknya mereka akan tampil di Denmark bersama grup band lainnya yang berbasis tradisional.
Di Eropa Juarta Putra tidak hanya tampil namun juga akan menyampaikan presentasi dan diskusi mengenai reak dan sejarah. “Saya juga lagi menyiapkan bahan presentasi karena kan ada diskusi dengan teman-teman Denmark, yang jelas sudah dipersiapkan dengan matang turnya. Di sana tidak sekedar perfom saja tapi intim juga membahas seni Reak,” tuturnya.
Baca Juga: Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Pengalaman Bermain bersama Anak-anak Sanggar Seni Reak Tibelat
Kolaborasi Seniman dan Dosen Unpar dalam Mendigitalisasi Seni Reak
Reak Djimat dari Bandung Timur Bercabang di Denmark
Perjalanan kesenian reak di Roskilde Festival di Denmark dua tahun lalu melahirkan hubungan diplomatik antarnegara dan budaya. Kelompok seni reak cabang Denmark akan diresmikan saat perjalanan tur Juarta Putra ke Eropa.
Anggi menuturkan, pada perjalanan tur ke Roskilde Festival rekannya bernama Jonas Snoleoparden ingin menyimpan alat-alat musik reak di Denmark dengan tujuan awal agar tidak usah membawa alat musik lagi di tanah air.
Di kemudian hari terbentuklah kelompok seni Reak Djimat sebagai eksplorasi musik dengan seni reak. Tujuan lainnya, yaitu terjadi pelestarian kesenian asal Bandung Timur yang kini diakui dan dipelajari oleh orang-orang di belahan dunia lain.
Menurut Anggi, kata djimat memiliki arti keberuntungan magis yang dalam kehidupan sehari-hari punya ungkapkan seperti menitipkan kepercayaan atau harapan. “Jadi, djimat itu sebuah harapan agar benar-benar terimplementasikan keberuntungan untuk keberlanjutan seni budaya khususnya reak, bukan hanya di Indonesia, tapi di Denmark dan dunia,” tutur Anggi
Perjalanan Juarta Putra tur ke Eropa akan berkolaborasi dengan kelompok Reak Djimat yang beranggotakan warga negara asing asal Denmark. Anggi menegaskan, seni reak mengajari bagaimana keberagaman bisa diterima dengan baik oleh masyarakat dunia.
Anggi berharap, hadirnya kesenian reak dan kelompok seni reak di Denmark bisa menjadi motivasi para penggiat seni lokal untuk tetap eksis bertahan dan menjaga serta melestarikan warisan leluhur.
Mengenal Kesenian Reak dan Reak Invasion
BandungBergerak sebelumnya pernah melakukan liputan khusus seni reak dalam serial liputan Bersaudara Dalam Perbedaan: Kiprah Orang-orang Muda Melestarikan Seni Reak dari Bandung Timur.
Kesenian reak telah ada dari sejak dulu yang merupakan warisan leluhur sebagai ritual setiap musim panen pare di wilayah Manglayang, wujud syukur ke Nyimas Sri Dewi Pohaci. Abah Juarta merupakan tokoh legendaris reak di Bandung Timur. Pada 1982, Abah Juarta memiliki kelompok seni reak bernama Juarta Putra.
Anggi yang biasa disapa Aang ini merupakan pewaris kesekian yang besar di lingkungan kesenian di wilayah Bandung Timur. Ia mengenalkan reak melalui metode-metode kekinian. Misalnya, para pemain Juarta Putra memakai pakaian seperti yang biasa dipakai klub motor dan memainkan reak di kafe-kafe dan mal melalui Reak Invasion.
Reak Invasion merupakan pengenalan seni reak ke masyarakat luas, mereka akan mendapatkan edukasi mengenai sejarah reak, nonton film, dan lain-lainya.
Mengenalkan Reak Sejak Dini
Di kawasan Bandung timur ada beberapa komunitas kesenian tradisional yang menekuni reak. Selain Juarta Putra, ada juga Sekolah Lawang Seni Reak Tibelat, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Sekolah ini berdiri di Sanggar Seni Reak Tibelat yang didirikan Abah Enjum.
Karishma Cahayati merupakan salah seorang pengajar sekaligus inisiator terbentuknya Sekolah Lawang Seni Reak Tibelat. Setiap akhir pekan, gadis 23 tahun ini mengajarkan anak-anak pada seni tradisi, mulai dari mengenalkan cacandran atau pepatah para leluhur, kawih, kuliner tradisional, hingga kesenian reak.
Menurut Kharisma, setiap pelajaran di sekolah Lawang diasuh oleh fasilitator. Setiap fasilitator bertugas menularkan pengetahuan sesuai dengan kemampuan mereka. Kharisma, misalnya, mengajarkan kawih Sunda dan permainan kecapi.
Pelajaran yang diberikan pada anak-anak di Sekolah Lawang terbilang unik. Anak-anak juga diberi pelajaran nabeuh (memainkan alat musik secara bersama-sama atau kelompok), pelajaran membuat makanan tradisional seperti ranginang (rengginang), hingga pengolahan sampah organik.
“Kalau nabeuh (memainkan alat musik Seni Reak) itu sama Abah (Abah Enjoem). Terus membuat ranginang biasanya sama ibu-ibu, pengelolaan sampah organik juga sama ibu-ibu (fasilitatornya),” terang Kharisma.
Melalui pelajaran-pelajaran tersebut, anak-anak Sekolah Lawang mengenal kesenian dan kebudayaan lokal. Dari situ diharapkan tertanam nilai-nilai yang membentutk karakter mereka. Mereka mengenal alat musik tradisional sekaligus tahu makanan tradisional dan cara mengolah sampah makanan. Semuanya menjadi lingkaran kehidupan.
*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang Seni Reak