• Liputan Khusus
  • JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #9: Toko Buku Dahlan Atawa Toko Kitab

JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #9: Toko Buku Dahlan Atawa Toko Kitab

Toko Buku Dahlan, juga dikenal Toko Kitab Dahlan, memiliki banyak pelanggan dari kalangan santri. Kitab-Kitab pesantren didiskon.

Toko Buku Dahlan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Minggu, 12 Januari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah16 Januari 2025


BandungBergerak.id - Buku-buku pusparagam kajian Islam terpajang di etalase luar toko buku di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung. Dalam font besar, nama toko tertulis:  Toko Buku/Kitab Dahlan, lokasinya berdekatan dengan Lapangan Tegallega. Sejak dulu toko buku ini menjadi tempat langganan alim ulama dan santri pesantren yang membutuhkan mutiara ilmu.

BandungBergerak mampir ke toko buku cukup legendaris ini. Buku-buku yang dipamerkan Toko Buku Dahlan didominasi buku dengan tema Islam, mulai dari fiqh dan ilmu tafsir. Tetapi ada juga buku-buku novel dan mata kuliah yang berjajar di dalam rak, termasuk buku-buku sastra Sunda terbitan Kiblat Pustaka. Ada juga alat tulis bagi anak-anak sekolah dan kantor.

Jadi, Toko Buku Dahlan tak hanya terkenal di kalangan santri atau pesantren. Ketika musim memasuki ajaran atau semester baru, banyak orang tua yang mengajak anak-anak mereka untuk membeli buku tulis di toko ini. Seperti yang dialami Eko Riyanti (44 tahun) yang mengalami diajak mendiang ayahnya berbelanja ke toko ini. Waktu itu ia sedang sekolah di tingkat SMA.

“Sejak Tsanawiyah diajak sama almarhum bapak sengaja ke Dahlan,” tutur Riyanti kepada BandungBergerak, Minggu, 12 Januari 2025.

Setelah itu, Riyanti datang sendiri ke Toko Buku Dahlan untuk mencari majalah Islam. Sebelum zaman memasuki era teknologi, Toko Buku Dahlan juga jadi titik pertemuan dengan teman jauh. “Dulu tahun 2001, diantar teman kuliah untuk bertemu dengan kenalan jauh dan berpura-pura beli kitab tafsir, tetapi gak jadi keburu malu,” kenangnya. 

Kenangan berburu buku juga  dialami oleh guru pesantren asal Ciparay, Aldy. Ia bisa membeli buku Kata Berjawab karya ustaz Abdul Qadir Hassan, salah satu ulama Persatuan Islam (Persis) yang terbilang cukup langka. Buku ini ia dapatkan dengan harga 75 ribu rupiah, lebih murah dari  harga aslinya. 

“Di Dahlan saya menemukan beberapa buku langka dengan diskon luar biasa,” singkat Aldy.

Baca Juga: JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #8: Tutup Buku Togamas Buah Batu
JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #7: Yang Bertahan di Trotoar Jalan Dewi Sartika
JEJAK LITERASI DI BANDUNG #6 : Toko Buku Kebul Mughni, Penulis yang Menyamar Menjadi Tukang Buku

 

Toko Buku Dahlan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Minggu, 12 Januari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)
Toko Buku Dahlan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Minggu, 12 Januari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Bermula di Foto Kopi

Toko Buku Dahlan tetap eksis sampai saat ini. Toko buku ini bisa dibilang toko buku diskon mengingat buku-buku yang dijual rata-rata diberi potongan harga. Toko ini buka mulai Senin-Sabtu 07.30-17.00. Khusus Jumat, jam operasional mulai pukul 07.30-11.00, dan buka kembali pukul 13.30-17.00. 

Sekarang Toko Buku Dahlan dikelola oleh generasi penerus pemilik pertama, Ali Abdullah Dahlan. Sang penerus tidak lain Rifqi Taufiq. Ia adalah generasi ketiga.

Rifqi mengatakan, pada tahun 1962 sebelum menjadi toko buku, kakeknya (Ali Abdullah Dahlan) membuka foto kopi di sebuah tempat kecil di Jalan Otista. Banyaknya konsumen yang menginginkan buku dan kitab kajian Islam mendorong Dahlan untuk mengadakan buku.

“Jadi kakek itu mengadakan keinginan atau request konsumen. Kakek juga cukup aktif di bidang keagamaan. Karena banyaknya permintaan tersebut kemudian membesar dan pindahlah ke sini ke Jalan Otista nomor 522,” tutur Rifqi, saat ditemui BandungBergerak, Kamis, 9 Januari 2025.

Untuk memenuhi permintaan konsumen, Dahlan rajin mencari penyuplai buku atau kitab. Banyak penerbit atau supplier yang berdatangan ke Dahlan. Mereka tak semua diterima karena Dahlan melakukan seleksi cukup ketat.

Memang dari mula berdiri Dahlan memfokuskan untuk menjual buku bertemakan keislaman. Hanya saja di masa tertentu Dahlan menjual buku-buku pelajaran sekolah.

“Di sini mah enggak menjual buku bajakan, original semua. Dulu mah sama buku pelajaran, cuma karena kurikulum setahun sekali, terus penyuplai langsung ke sekolah, jadi sekarang buku pelajaran kita gak adakan,” tutur Rifqi.

Meski sudah tidak menjual buku-buku pelajaran, setiap musim memasuki sekolah toko ini tetap ramai oleh orang tua murid yang berburu buku dan alat tulis sekolah. “Alhamdulillah rame, apalagi sekarang musim sekolah dan pesantren masuknya bareng,“ jelas Rifqi.

Toko Buku Dahlan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Minggu, 12 Januari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)
Toko Buku Dahlan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Minggu, 12 Januari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Di tengah zaman yang serba digital, Toko Buku Dahlan juga tak mau ketinggalan. Toko ini mencoba menjejaki berjualan online di marketplace setelah memiliki akun Instagram. Toko Buku Dahlan mencoba lini bisnis baru setelah selama ini mengandalkan marketing dari mulut ke mulut, walaupun dengan cara ini Toko Buku Dahlan memiliki pelanggan setia dari dalam dan luar negeri.

“Dari sebelum marketplace udah menggirim paling jauh ke Singapura. Baru mau mulai main marketplace, rencana mah, soalnya banyak yang minta juga soalnya. Kalau di Bandung udah mulai pakai go-send dan kawan-kawannya, kalau di luar Bandung banyaknya ekpedisi,” papar Rifqi.

Kini Rifqi sudah enam tahun mengelola Toko Buku Dahlan. Selama itu ia mempelajari banyak hal terutama kaitannya dengan kitab-kitab berbahasa Arab. Ia sampai mendatangkan guru privat untuk mempelajari bahasa Arab demi bisa memahami kitab-kitab berbahasa Arab yang bisa dipelajari di pesantren, seperti syarah (penjelasan) suatu kitab, matan (isi kitab), dan lain-lainnya.

Mempelajari bahasa Arab tentu tidak mudah. Apalagi kebanyakan kitab memakai huruf Arab gundul. Untungnya, Toko Buku Dahlan memiliki koleksi lengkap kitab-kitab, mulai kitab kuning, syarah safinah, jurumiyyah, dan kitab logat berbahasa Sunda. 

Alumnus Unisba ini berharap, Toko Buku Dahlan terus bertahan dan bisa menjangkau pelanggan lebih luas lagi. Adanya pemasaran digital diharapkan semakin memperlebar sayap-sayap toko ini. 

“Karena kita itu bertahannya dari mulut ke mulut, dan punya langganan tetap. Harapannya tetap yang paling penting masih ada, Cuma lebih mudah dijangkau dari mana pun sama media sosial kita lebih mudah dijangkau sama siapa pun,” jelasnya. 

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Jejak-jejak Literasi di Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//