• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #76: Kereta Melaju, Sumber Air Terganggu

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #76: Kereta Melaju, Sumber Air Terganggu

Sumur milik warga di Kampung Babakan Dka di Cicalengka keruh dan berbau, tak lama setelah proyek pembangunan jalur kereta api ganda Bandung-Cicalengka rampung.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Jalur Kereta Api Ganda Cicalengka-Bandung yang sudah mulai beroperasi. (Foto: Andrian Maldini Yudha)

21 Januari 2025


BandungBergerak.id – Pembangunan jalur kereta api ganda antara Cicalengka dan Bandung menjadi bukti ambisi besar Indonesia dalam membangun infrastruktur modern. Dengan tambahan jalur baru yang kini mulai beroperasi, transportasi publik menjadi lebih efisien, memungkinkan ribuan orang bepergian dengan mudah setiap harinya. Namun, di balik suara peluit kereta yang memekikkan harapan, ada jeritan sunyi dari Kampung Babakan Dka, yang terletak di dekat lintasan tersebut.

Ketika roda kereta melaju, kehidupan warga perlahan terganggu. Sumur-sumur yang dulu menjadi sumber kehidupan kini berubah. Air yang biasanya jernih dan menyegarkan, kini keruh dan berbau. Kampung Babakan Dka tidak hanya kehilangan air bersih, tetapi juga kedamaian ekologis yang pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Bahkan di akhir pekan, ketika warga mencoba menikmati waktu santai, dampak ini terus membayangi mereka.

Jalur ini, yang kini telah mulai beroperasi, menciptakan lanskap baru di Cicalengka. Namun, lanskap itu terasa timpang, seperti lukisan indah yang dikaburkan oleh noda. Pagar pembatas yang berdiri megah di sepanjang lintasan seolah menjadi penghalang simbolis antara modernitas dan masalah ekologis yang tak terselesaikan.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #73: Pencurian Motor di Cicalengka, Krisis Keamanan yang Meresahkan
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #74: Urbanisasi dan Ironi Kerja di Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #75: Dari Hijau ke Abu-abu, Nasib Bukit Candi Cicalengka

Retakan pada Harmoni Ekologis

Proyek ambisius ini, meskipun membawa manfaat besar bagi mobilitas masyarakat, meninggalkan jejak yang menyakitkan di lingkungan sekitar. Saat pembangunan dimulai, tanah digali, beton ditanam, dan alam dipaksa berkompromi dengan modernitas. Namun, kompromi ini meninggalkan luka yang dalam. Air tanah yang menjadi sumber utama kehidupan warga mulai terkontaminasi.

Keruhnya air tidak hanya menjadi masalah visual, tetapi juga kesehatan. Bau tak sedap yang menyeruak dari air sumur memaksa warga berpikir dua kali sebelum menggunakannya. Bahkan beberapa warga dilaporkan menderita penyakit dan gangguan pencernaan akibat air yang tidak lagi layak digunakan. Ironisnya, kemajuan yang seharusnya menjadi berkah, justru menjadi momok yang merugikan masyarakat lokal.

Dalam kesehariannya, banyak warga Babakan Dka yang biasa memanfaatkan waktu untuk menikmati rekreasi keluarga kecil. Namun, rutinitas ini terganggu oleh kenyataan pahit: air yang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari mereka kini tak lagi bisa diandalkan. Keseharian mereka kini diwarnai oleh kekhawatiran, bukan ketenangan.

Pembangunan jalur kereta ganda ini adalah simbol janji kemajuan, tetapi siapa yang benar-benar diuntungkan? Di satu sisi, proyek ini mempermudah aksesibilitas, menggerakkan perekonomian, dan meningkatkan mobilitas. Di sisi lain, ada ketimpangan yang mencolok dalam dampak yang dirasakan. Bagi mereka yang tinggal jauh dari jalur rel, proyek ini mungkin hanya membawa keuntungan. Namun, bagi warga Babakan Dka, ini adalah kisah tentang pengorbanan yang dipaksakan.

Pemerintah sering kali berkilah bahwa dampak lingkungan adalah "harga kecil" yang harus dibayar untuk kemajuan. Tetapi, apakah benar demikian? Bukankah setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menikmati lingkungan yang sehat dan bersih? Bukankah pembangunan seharusnya memajukan semua pihak, bukan hanya segelintir orang?

Membangun dengan Kesadaran Ekologis

Kisah Kampung Babakan Dka adalah pelajaran berharga bahwa pembangunan tidak boleh mengorbankan ekosistem lokal. Solusi harus ditemukan untuk mengatasi masalah air keruh ini. Salah satu langkah awal yang bisa diambil adalah dengan melakukan audit lingkungan secara menyeluruh. Audit ini akan membantu mengidentifikasi sumber utama kontaminasi air dan memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk memulihkan kualitas air.

Selain itu, instalasi sistem pengolahan air yang tepat di sekitar kampung dapat menjadi solusi jangka pendek untuk memastikan warga memiliki akses ke air bersih. Pemerintah dan pengembang proyek juga harus memberikan kompensasi kepada warga yang terdampak, baik dalam bentuk finansial maupun pendampingan teknis untuk memperbaiki sumber air mereka.

Tidak cukup hanya berhenti pada solusi sementara. Proyek ini juga harus menjadi pengingat bagi pemerintah dan pengembang proyek bahwa pembangunan berkelanjutan bukan hanya slogan, tetapi kebutuhan mendesak. Pendekatan ramah lingkungan, seperti menggunakan teknologi konstruksi yang minim dampak ekologis dan melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan, harus menjadi standar dalam setiap proyek infrastruktur besar.

Membangun tanpa mempertimbangkan lingkungan ibarat melukis di atas kaca yang rapuh. Hasilnya mungkin terlihat indah, tetapi rentan pecah. Kampung Babakan Dka adalah cerminan kaca rapuh itu. Jika kita tidak segera bertindak, retakan kecil ini bisa berubah menjadi kerusakan permanen.

Tanggung Jawab Bersama

Warga Kampung Babakan Dka adalah simbol ketangguhan. Di tengah tantangan yang mereka hadapi, mereka tetap berusaha mencari solusi sendiri. Namun, upaya mereka membutuhkan dukungan yang lebih besar. Kita semua, baik pemerintah, pengembang proyek, maupun masyarakat luas, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa cerita ini memiliki akhir yang lebih baik.

Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan partisipasi warga dalam setiap tahap pembangunan. Ketika warga dilibatkan secara aktif, mereka tidak hanya merasa dihargai tetapi juga dapat memberikan masukan berharga tentang kondisi lokal yang sering kali diabaikan oleh pengembang proyek.

Edukasi lingkungan juga menjadi elemen penting dalam membangun kesadaran kolektif. Pemerintah harus menginisiasi program pendidikan yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekologis. Dengan cara ini, masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam melindungi lingkungan mereka.

Di sisi lain, pengembang proyek harus menunjukkan komitmen nyata terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Ini bukan hanya tentang memberikan donasi atau membangun fasilitas umum, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap proyek yang mereka kerjakan membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Seperti kereta yang terus melaju, kehidupan juga harus terus berjalan. Tetapi, melaju tanpa peduli pada apa yang tertinggal di belakang hanya akan menciptakan luka yang sulit disembuhkan. Mari jadikan Kampung Babakan Dka sebagai awal dari perubahan. Perubahan menuju pembangunan yang lebih bijaksana, yang menghormati alam dan kehidupan di sekitarnya. Karena di balik setiap langkah maju, ada tanggung jawab besar yang harus kita pikul bersama.

* Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Lingkar Literasi Cicalengka. Simak tulisan-tulisan lain Andrian Maldini Yudha atau artikel-artikel lain tentang Cicalengka.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//