MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #53: Vakansi ke Cimahi
Cimahi, tempat yang kelak di masa depan ternyata menjadi kota tempatku membangun keluarga.
Asmali
Anak Betawi yang menghabiskan lebih dari 40 tahun hidupnya di Bandung. Banyak menghabiskan waktu membaca buku-buku bertema agama dan sosial.
26 Januari 2025
BandungBergerak.id – Tidak terasa sebulan sudah aku dan Titin menjalani hubungan serius. Selama satu bulan itu, setidaknya aku sudah tiga kali ke rumah Titin, yang ketiga ini adalah momen yang cukup kuingat betul karena itu pertama kalinya aku pergi bersama dengan keluarga besar Titin.
Waktu itu aku diajak ke Cimahi, untuk menghadiri acara kumpul keluarga besar Titin. Pagi sekitar jam 10 aku sudah ada di rumah Titin. Aku sendiri belum tahu mereka akan berangkat jam berapa. Aku sengaja datang lebih awal, agar sebagai tamu bukan mereka yang menungguku.
Saat aku tiba, ibu Titin menyambut. Rumahnya masih sepi. Aku meminta maaf terlebih dahulu jika datang terlampau pagi. Titin sendiri masih di kamar, dan tidak lama ia keluar sesaat setelah tahu aku datang.
“Meni rajin,” kata Titin, aku hanya tersenyum.
Kami menunggu Uwak-nya Titin, Uwak Imi yang memang mengajak kami untuk ke Cimahi. Tidak lama kemudian, sesudah jam shalat Dzuhur, Uwak Imi muncul. Aku mencium tangannya tanda hormat.
“Ayeuna Tin?” tanya ibunya, Titin mengiyakan dan kami pun bersiap berangkat dengan mobil lawasku yang kuparkir tidak jauh dari gang masuk ke rumah Titin.
Seingatku selama ini Titin sendiri belum tahu kalau aku menyimpan kendaraan ini. Karena sebulan kami pacaran aku selalu menggunakan angkutan kota. Tetapi berhubung kami akan pergi jauh hari itu, maka aku berinisiatif untuk membawa “jagoanku” yang selama ini hanya diparkir di flat.
“Lagi pula sepertinya mobil ini akan segera dijual, jadi mungkin ini aku pakai buat yang terakhir. Mudah-mudahan saja besok Senin orang itu jadi beli,” kataku pada Titin sambil berjalan menuju mobilku dari rumahnya.
“Iya asal jangan yang terakhir sama Titin saja,” sambung Titin membalas dengan bercanda.
Baca Juga: MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #50: Aku dan Titin Bersama
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #51: Inikah Namanya Jodoh?
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #52: Kencan Pertama, Makan Siang di Kantor
Bersama-sama ke Cimahi
Hari itu rasanya kali pertama aku ke Cimahi. Tempat yang kelak di masa depan ternyata jadi kota tempatku membangun keluarga. Saat itu, aku baru empat tahun lebih berada di Kota Bandung dan tidak ada bayangan tentang Cimahi.
Setelah aku tahu sekarang ini ternyata tempat yang ku datangi adalah daerah Cisangkan. Lokasi rumahnya jauh juga dari Jalan Raya Padalarang, dan tak lama kemudian sampai ke rumah yang dituju.
Ternyata ini adalah rumah saudara Titin, yang karyawan di Nurtanio juga. Sudah banyak orang tua, dan orang muda, juga anak-anak yang ikut kumpul. Semua saudara dari ibunya Titin dari Sumedang. Ada Uwak, bibi, dan sepupunya. Aku diperkenalkan ke mereka semua.
Aku pun menyalami mereka satu-satu, hampir semuanya mengusap bahuku, seakan begitu terasa dekat di hati. Aku senang bahagia bercampur haru, aku merantau yang jauh dari keluarga, yang tak lagi ada orang tua, tanpa sengaja aku jadi banyak saudara.
***
Telah 40 tahun lalu memang. Tetapi sampai saat ini aku masih mengingat momen itu. Mengenal Titin, membina hubungan serius di bulan pertama, siapa tahu ia akan menemaniku sampai penghujung usianya. Yang selalu menemaniku si anak rantau ini. Dan hanya dialah seorang yang masih terselip di hatiku hingga kini,
Semua masih teringat dan terbayang, dengan mukanya yang bulat putih bersih berseri dengan rambutnya yang terurai rapi lurus sebahu, dengan bando kawat warna hitam yang melingkar di atas kepal dan dengan giwang bermata merah yang berbentuk hati yang menghiasi telinga. Dari sejak awal kenal hingga kini, sehingga semua ini aku tuangkan ke dalam tulisan yang kujadikan cerita sepanjang perjalanan hidupku dengannya. Tempat di mana aku saling menitipkan diri bersamanya dalam perantauan.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Memoar Anak Betawi Perantau