• Narasi
  • ESAI TERPILIH JANUARI 2025: Startup Gulung Tikar, Rambut Gondrong, dan Kenaikan PPN

ESAI TERPILIH JANUARI 2025: Startup Gulung Tikar, Rambut Gondrong, dan Kenaikan PPN

Ada 35 esai kiriman dari Kawan Bergerak sepanjang Januari 2025. Tiga Esai Terpilih berbicara soal permasalahan startup, kebijakan ambut gondrong, dan kenaikan PPN.

Tim Redaksi

Awak Redaksi BandungBergerak.id

Ilustrasi. Kekuasaan cenderung korup jika tidak diawasi. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

21 Februari 2025


BandungBergerak.id - Sepanjang 1-31 Januari 2025 kami telah menayangkan 35 esai kiriman dari Kawan Bergerak, 22 tulisan di antaranya kiriman dari mahasiswa dalam tajuk Mahasiswa Bersuara. Ada juga karya jurnalistik dari Kawan Bergerak sebanyak 11 tulisan. Adapun tulisan dari para kolumnis BandungBergerak 32 kolom.

Kepada para penulis yang mempercayakan tulisannya dimuat di laman BandungBergerak kami sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Karya kawan-kawan bergerak amat mewarnai laman BandungBergerak.

Seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak memiliki ragam tema dan gaya penulisan dengan berbagai sudut pandang dan argumentasi masing-masing. Kami yakin semua tulisan memperkaya khasanah literasi ataupun ilmu pengetahuan dari sudut personal para penulis.

Sekarang, seperti bulan-bulan sebelumnya, kami umumkan Esai Terpilih Januari 2025. Sebelumnya kami kembali menekankan bahwa pengumuman Esai Terpilih bulanan BandungBergerak bukan ajang pemilihan esai terbaik yang terkesan ingin menafikan esai-esai lainnya, sebab seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak.id memiliki kelebihan masing-masing.

Ada tiga Esai Terpilih Januari 2025, yakni satu esai opini, satu esai narasi, dan esai Mahasiswa Bersuara. Berikut ini sedikit ulasan dari tiga Esai Terpilih BandungBergerak Januari 2025:

Mengapa Banyak Startup di Indonesia Tutup dan tak Bisa Bersaing?

Esai ini ditulis dosen Prodi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Heny Hendrayati. Ia menyoroti perkembangkan usaha rintisan teknologi yang mengalami kemajuan dan kemunduran, ada yang menjadi unicorn ada juga yang gulung tikar.

“Pemerintah selaku regulator perlu menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan startup dengan menyediakan insentif pajak, penyederhanaan regulasi, akses pendanaan lokal, serta pembangunan infrastruktur digital merata,” saran Heny.

Menurutnya, edukasi kewirausahaan dan kemitraan dengan korporasi besar juga harus didorong untuk mendorong inovasi, memperluas pasar, dan memastikan keberlanjutan startup di seluruh Indonesia. Pemerintah harus melindungi persaingan bebas dengan menerapkan regulasi antimonopoli yang tegas untuk mencegah dominasi pasar oleh raksasa teknologi, sehingga startup kecil tetap memiliki peluang bersaing.

MAHASISWA BERSUARA: Melacak Akar Historis Pelarangan Rambut Gondrong

Esai ini ditulis Herlambang, mahasiswa Ilmu Hukum UIN SGD Bandung. Ia mengkritisi kebijakan pemerintah di zaman Orde Baru tentang rambut gondrong, berpangkal dari pengalamannya sendiri yang ditegur dosen karena ia berambut gondrong.

“Melalui buku "Yang Kelewat di Buku Sejarah" karya Fadlia Hana dkk., aku menemukan bahwa pelarangan rambut gondrong di Indonesia bukan sekadar perkara estetika. Ini adalah bagian dari sejarah panjang kontrol sosial dan politik yang diberlakukan oleh pemerintah Orde Baru. Pada masa itu, rambut gondrong dianggap sebagai simbol pemberontakan, kebebasan berpikir, dan semangat anti-otoritarianisme yang tidak sejalan dengan agenda pemerintahan saat itu,” ungkap Herlambang.

Baca Juga: ESAI TERPILIH OKTOBER 2024: Dari Kritik Populisme Politik, Misteri Nabi Adam AS, hingga Pembenahan Sistem Pendidikan Indonesia
ESAI TERPILIH SEPTEMBER 2024: Dari Politik Mbajingisme, Perang Memberangus Literasi, Transformasi Politik Orang Muda, hingga Strategi Menghindari Kekerasan Seksual d
ESAI TERPILIH AGUSTUS 2024: dari Menolak Revisi UU Pilkada, Lomba Agustusan tak Senonoh, Film Sebagai Media Kritis, hingga Pendidikan

Narasi: Pemerintah Perlu Belajar Sejarah Sebelum Menaikkan PPN

Tulisan ini ditulis Naufal Tri Hutama, mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam di UIN SGD Bandung pemerintah yang menaikan pajak (PPN).

“Pemerintah perlu belajar dari sejarah untuk memastikan bahwa kebijakan pajak, termasuk kenaikan PPN. Karena salah satu penyebab utama ketidakpuasan rakyat terhadap pajak adalah ketidakpercayaan terhadap pengelolaannya,” tulis Naufal.

Demikian sedikit kilasan empat Esai Terpilih bulan Januari 2025. Esai kiriman dari kawan-kawan menegaskan bahwa sampai saat ini tulisan masih menjadi medium tepat untuk menyampaikan gagasan ataupun kritik. Khusus bagi BandungBergerak.id, esai-esai kiriman para penulis adalah dukungan yang sangat berarti untuk keberlangsungan demokrasi, kebebasan berekspresi dan beropini, khususnya pengungkapan opini-opini kritis ke hadapan publik.
 
Selanjutnya, komunitas BandungBergerak, KawanBergerak akan menghubungi para penulis Esai Terpilih untuk mengatur pengiriman sertifikat dan kenang-kenangan. Seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh BandungBergerak. Bisa juga para penulis berinisiatif menghubungi akun Instagram KawanBergerak atau nomor telepon 082119425310.

Kami menunggu kiriman esai-esai bermutu dari kawan-kawan semua. Esai bisa dikirim ke [email protected]. Mari terus menulis, terus berdampak! Sesekali, mari mengkritik!

*Esai-esai BandungBergerak.id dapat disimak di tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//