• Narasi
  • ESAI TERPILIH FEBRUARI 2025: Tentang Darurat Militer, Jamet untuk Anak Kabupaten Bandung, dan Ganja Medis

ESAI TERPILIH FEBRUARI 2025: Tentang Darurat Militer, Jamet untuk Anak Kabupaten Bandung, dan Ganja Medis

Esai Terpilih Februari 2025 membahas darurat militer perspektif hukum dan sejarah. Ada juga analisis tentang ejekan jamet dan uraian ilmiah tentang ganja medis.

Tim Redaksi

Awak Redaksi BandungBergerak.id

Ilustrasi. Peran TNI di negara yang menjunjung supremasi hukum dan sipil adalah menjaga kedaulatan negara. (Foto: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

13 Maret 2025


BandungBergerak.id - Sepanjang 1-28 Februari 2025 kami telah menayangkan 28 esai dan 2 tulisan narasi sepanjang kiriman dari Kawan Bergerak. Sebagian tulisan di antaranya kiriman dari mahasiswa dalam tajuk Mahasiswa Bersuara.

Kepada para penulis yang mempercayakan tulisannya dimuat di laman BandungBergerak kami sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Karya kawan-kawan amat mewarnai laman BandungBergerak.

Seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak memiliki ragam tema dan gaya penulisan dengan berbagai sudut pandang dan argumentasi masing-masing. Kami yakin semua tulisan memperkaya khasanah literasi ataupun ilmu pengetahuan dari sudut personal para penulis.

Sekarang, seperti bulan-bulan sebelumnya, kami umumkan Esai Terpilih Februari 2025. Sebelumnya kami kembali menekankan bahwa pengumuman Esai Terpilih bulanan BandungBergerak bukan ajang pemilihan esai terbaik yang terkesan ingin menafikan esai-esai lainnya, sebab seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak.id memiliki kelebihan masing-masing.

Ada tiga Esai Terpilih Februari 2025, yakni dua esai opini dan satu esai Mahasiswa Bersuara. Berikut ini sedikit ulasan dari tiga Esai Terpilih Februari 2025:

Di Atas Normal, Uraian Singkat Mengenai Darurat Militer

Esai ini ditulis Andi Daffa Patiroi, Asisten Pengabdi Bantuan Hukum di Lembaga Bantuan Hukum Bandung. Andi menjelaskan secara historis dan hukum tentang darurat militer. Menurutnya, darurat militer, keadaan darurat, keadaan bahaya, state of emergency, atau apa pun itu namanya, merupakan kondisi yang berbahaya bagi demokrasi dan masyarakat sipil. Sebab, subjektivitas penguasa menjadi penentu jalannya pemerintahan ketika itu. Penguasa berhak menentukan kondisi seperti apa yang dianggap sebagai kondisi “di atas normal”, termasuk cara-cara mengatasinya.

“Kondisi tersebut pun sudah pernah terjadi di Indonesia. Setidaknya di Aceh pada Mei 2003, darurat militer dideklarasikan. Tujuannya untuk menumpas gerakan separatisme di sana. Alhasil, terjadi serangkaian pelanggaran berat hak asasi manusia yang begitu tragis,” tulis Andi.

Baca Juga: ESAI TERPILIH JANUARI 2025: Startup Gulung Tikar, Rambut Gondrong, dan Kenaikan PPN
ESAI TERPILIH AGUSTUS 2024: dari Menolak Revisi UU Pilkada, Lomba Agustusan tak Senonoh, Film Sebagai Media Kritis, hingga Pendidikan

Anak Kabupaten, Ejekan, dan Masalah Kelas di Bandung

Esai ini ditulis Arfi Pandu Dinata, pegiat dialog lintas iman. Arfi melihat segregasi kelas di Bandung yang melahirkan ejekan, yakni jamet, anak kabupaten, the nurulsthe nopals, dan warga Bandung coret. Namun Arfi justru melihat mereka adalah urang Bandung yang melawan budaya dominan yang memproduksi etika dan estetika yang memiskinkan. Mereka bukan kalangan yang antipati pada dunia yang multikultur, namun orang-orang yang memantaskan diri dengan keadaan, identitas lokal, bahkan keberlanjutan lingkungan Bandung.

“Mereka membutuhkan ruang publik, sekarang sedang merebutnya.  Di alun-alun kota mereka berkumpul, di pinggir jalan mereka kongkow. Kemiskinan mereka adalah bukti nyata dari statusnya sebagai warga yang terdampak (baca: korban) akibat pembangunan (baca: eksploitasi) di Bandung Raya,” tulis Arfi.

MAHASISWA BERSUARA: Potensi Tanaman Ganja Medis untuk Kesehatan, Peluang atau Tantangan?

Di esai Mahasiswa Bersuara Anastasia Stella Netanya S, mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung menulis artikel ilmiah tentang potensi tanaman ganja medis. Menrutnya, hukum di Indonesia seharusnya menjadi cerminan keberanian untuk beradaptasi, bukan sekadar warisan yang membatasi inovasi. Tanaman ganja atau Cannabis sativa yang kerap dipandang sebagai ancaman, sejatinya menyimpan harapan besar di bidang kesehatan.

Namun, isu pemanfaatannya sebagai pengobatan telah berulang kali terkubur dalam kontroversi tanpa kemajuan penelitian yang berarti. Faktanya, banyak negara seperti Argentina, Australia, Finlandia, Kanada, Kroasia, Inggris, Selandia Baru, Siprus, Thailand, dan lainnya telah melegalkan penggunaan ganja medis.

“Negara-negara tersebut menunjukkan bahwa pengaturan penggunaan ganja medis dapat dilakukan tanpa mengorbankan prinsip penegakan hukum. Bahkan, World Health Organization (WHO) pun merekomendasikan penggunaan ganja untuk keperluan medis,” tulis Stella.

Demikian sedikit kilasan empat Esai Terpilih bulan Februari 2025. Esai kiriman dari kawan-kawan menegaskan bahwa sampai saat ini tulisan masih menjadi medium tepat untuk menyampaikan gagasan ataupun kritik. Khusus bagi BandungBergerak.id, esai-esai kiriman para penulis adalah dukungan yang sangat berarti untuk keberlangsungan demokrasi, kebebasan berekspresi dan beropini, khususnya pengungkapan opini-opini kritis ke hadapan publik.

 Selanjutnya, komunitas BandungBergerak, KawanBergerak akan menghubungi para penulis Esai Terpilih untuk mengatur pengiriman sertifikat dan kenang-kenangan. Seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh BandungBergerak. Bisa juga para penulis berinisiatif menghubungi akun Instagram KawanBergerak atau nomor telepon 082119425310.

Kami menunggu kiriman esai-esai bermutu dari kawan-kawan semua. Esai bisa dikirim ke [email protected]. Mari terus menulis, terus berdampak! Sesekali, mari mengkritik!

*Esai-esai BandungBergerak.id dapat disimak di tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//