Kesaksian Perempuan di Tengah Aksi Menolak RUU TNI, Tim Medis di Bandung Mencatat Puluhan Korban Luka-luka
Aksi menolak UU TNI di Bandung berlangsung sampai dini hari. Tim medis dari sejumlah kampus di Bandung sibuk menangani korban luka-luka.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah26 Maret 2025
BandungBergerak.id - Malam yang kaos itu tidak akan pernah dilupakan oleh Bulan – bukan nama sebenarnya. Dia terjebak di dalam kerumuman massa aksi yang memprotes Revisi Undang Undang TNI (UU TNI) sampai lewat dini hari, Jumat, 21 Maret 2025. Aktivis perempuan ini kesulitan membedakan mana lawan dan kawan di tengah suasana lampu-lampu jalanan yang dipadamkan.
Bulan mengikuti aksi lanjutan dari aksi sebelumnya yang protes pada pengesahan UU TNI. Regulasi anyar ini diyakini menghidupkan kembali dwifungsi TNI yang sudah lama terkubur setelah tumbangnya Orde Baru oleh reformasi 1998.
Bulan dengan kawan-kawannya datang sekitar pukul 18.00 WIB. Aksi sendiri dilakukan sekitar pukul 16.00 dimulai dengan longmars dari salah satu kampus menuju pelantaran Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro. Sepanjang sore hingga petang suara-suara protes dan poster-poster tuntutan menghiasi jalannya aksi diiringi dengan yel-yel. “Hidup masyarakat yang melawan!”
Seusai azan magrib, jumlah massa aksi terus bertambah dari segala arah penjuru memaksa merengek masuk ke gedung DPRD Jabar, beberapa mencoba membongkar tali kawat yang menempel di pagar. Mereka mengikat pagar dengan tambang dan ramai-ramai menariknya. Akan tetapi tidak berhasil.
Pukul 19.00 WIB, massa aksi tetap bertahan di depan gedung perwakilan rakyat, terlihat di antara mereka ada yang mencoba membuat tenda. Namun tidak berselang lama, massa aksi kemudian memubarkan diri ke arah Jalan Trunojoyo dan Jalan Cikapayang. Sebagian melakukan longmars dan mengblokade sejumlah ruas jalan di Jalan Cikapayang dan perempatan Jalan Sulanjana.
Bulan mengikuti iringan longmars ke arah Jalan Trunojoyo dan terjebak di tengah-tengah kerumunan. Pantuan BandungBergerak, sekitar pukul 22.54 WIB, beberapa massa aksi bertahan di perempatan Dukomsel ini.
“Waktu kemarin kan saya di tengah-tengah masa aksi. Maksudnya tuh kayak agak depan enggak, agak belakang gitu. Jadi saya tidak tahu apa yang terjadi di depan, namun semuanya membaur gitu,” jelas Bulan, kepada BandungBergerak, Sabtu, 22 Maret 2025.
Bulan mendapati kabar ada masa tak dikenal yang menjadi tandingan maksa aksi. Namun ia tidak mengetahui pasti dari mana massa tersebut.
“Dan yang paling sulit dibadakan mana lawan mana kawan,” sambung Bulan, mengingat-ingat kejadian.
Ia tidak tahu masa tak dikenal tersebut datang dari mana. Semuanya membaur dengan maksa aksi dan membuat kekacauan.
Menurutnya, massa tak dikenal tersebut membawa senjata tajam. Bahkan ada kawannya yang menjadi sasaran. “Dia (massa tak dikenal) membawa senjata tajam karena beberapa kawan kami ditodong juga. Yang kelihatan parang saja,” ceritanya.
Waktu di layar gawai dan jam tangan menunjukkan 22.40 WIB, massa aksi masih bertahan di perempatan Dukomsel. Mereka mencoba menuju arah ke jalan Gedung DPRD Jawa Barat. Beberapa dilaporkan luka, water cannon mulai mendekat, gas air mata mulai ditembakkan.
Massa tak dikenal melakukan sweeping terhadap massa aksi dan medis jalanan di Tamaansari. “Kita coba perlahan mundur ke arah Tamansari dan di sana itu banyak kekerasan aparat,” tuturnya.
Baca Juga: RUU TNI dengan Bayang-bayang Dwifungsi di Panggung Demokrasi
Pengeroyokan Jurnalis Kompas dan Teror Bangkai Tikus ke Redaksi Tempo Menambah Suram Kebebasan Pers di Indonesia
GEDOR DPRD JABAR HARI KEDUA: Masyarakat Sipil Bandung Menuntut Pencabutan UU TNI
Jumlah Korban Luka dan Masyarakat Sipil
Puluhan korban luka berjatuhan dalam peristiwa ini, sekitar pukul 02.30 WIB, KSR Unpas mengatakan sebanyak 25 orang mengalami luka-luka, korban kebanyakan umum dari mahasiswa dan pelajar. Di antara mereka ada yang harus dirujuk ke rumah sakit.
“Jenis luka kena gas air mata, luka bakar, dan sesak. Dan nambah lagi tadi dua orang, harus dirujuk ke rumah sakit, tapi istirahat dulu di sini,” tutur Dina dari KSR Unpas.
Dina menambahkan, pengobatan atau pertolongan pertama dilakukan tidak hanya oleh Korps Sukarela (KSR) Unpas dibantu juga KSR Unisba dan medis jalanan.
Salah satu pelajar yang bukan bagian dari massa aksi mengalami pemukulan. Irfan – bukan nama sebenarnya – sedang asyik menongkrong bersama teman-temannya di sekitar Taman Radio, Jalan Ir Juanda, Kota Bandung.
“Saya udah bilang dan menyangkal bukan bagian dari massa aksi, tapi tetap aja saya dipukul, saya mau menghindar, tapi tetap aja,” kata Irfan.
Malam itu Irfan sedang bersama kelima temannya. Nahasnya, ia bersama satu teman yang lain mendapatkan bogem mentah dari massa tak dikenal. Bagian belakang Irfan dipukul berkali-kali dan bagian perut ditendang dengan dengkul.
“Banyak orangnya, saya dipukul di bagian belakang lebih dari sepuluh kali, yang paling sakit bagian perut pake dengkul,” jelasnya.
Irfan terpisah dengan teman-temannya. Ia kemudian dibawa ambulans dan mendapati pengobatan pertama di Unpas dan menginap sementara, pada pagi harinya ia baru bisa pulang.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Yopi Muharam, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang RUU TNI