• Narasi
  • ESAI TERPILIH JUNI 2025: dari Isu Pendidikan di Jawa Barat hingga Pemerkosaan 1998

ESAI TERPILIH JUNI 2025: dari Isu Pendidikan di Jawa Barat hingga Pemerkosaan 1998

Esai terpilih bulan Juni 2025 membahas beragam isu-isu yang marak dibicarakan masyarakat. Menelaahnya secara kritis.

Tim Redaksi

Awak Redaksi BandungBergerak.id

Guru bukan sekadar mengajar pelajaran di kelas, ia mengajarkan tentang kehidupan bagi murid-muridnya. (Ilustrasi: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

15 Juli 2025


BandungBergerak.id – Sepanjang Juni kemarin kami menayangkan 40 opini kiriman dari para penulis yang berasal dari dalam dan luar Bandung. Seluruh tulisan yang ditayangkan di situs kami memiliki keragaman tema dengan gaya penulisan khas berbeda-beda. Di antara tulisan-tulisan tersebut kami umumkan Esai Terpilih Juni 2025.

Sebelumnya, kami kembali menekankan pengumuman bulanan ini bukan ajang pemilihan esai terbaik yang terkesan ingin menafikan esai-esai lainnya, sebab seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak.id bagian dari khasanah yang memperkaya nalar dan diskusi.

Setelah melalui diskusi melalui rapat redaksi, berikut ini Esai Terpilih Mei 2025 dan sedikit ulasannya:

Kotanya yang Gagal, Kenapa Anak Sekolah yang “Dihukum”?

Esai ini ditulis Nurulitha Andini Susetyo, spesialis pengembangan perkotaan dan keterlibatan masyarakat. Ia menyorot kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di bidang pendidikan dan anak, antara lain soal masuk sekolah pukul 06.30 WIB dan pengiriman murid ‘nakal’ ke barak militer dengan tujuan melatih kedisiplinan anak-anak.

Nurulitha meragukan kebijakan tersebut akan meningkatkan disiplin anak. Dari sisi kesehatan dan pendidikan usia dini, ia menjelaskan, sudah banyak studi menyebut bahwa masuk sekolah lebih pagi justru bersifat kontraproduktif terhadap pencapaian siswa di sekolah.

“Anak-anak sekolah merasa kelelahan akibat kurang istirahat. Masuk sekolah lebih pagi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak dan orang tua. Terlebih anak-anak usia dini yang masih banyak membutuhkan waktu untuk bermain dan bersosialisasi, tetapi “dipaksa” agar bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah,” kata Nurulitha.

“Fenomena Lupa” Paul Ricoeur, Aksi Kamisan, dan Memori Kolektif Bangsa tentang Pelanggaran HAM

Esai ini ditulis Eliezer Mei Kriswanto, mahasiswa Program Pasca Sarjana Fakultas Filsafat Keilahian (Teologi) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, yang menelaah Aksi Kamisan sebagai gerakan sosial. 

Ia melihat Aksi Kamisan melalui lensa pemikiran filsuf Paul Ricoeur tentang forgetting, tentang pentingnya menjaga memori kolektif sebagai fondasi untuk membangun masa depan yang lebih berkeadilan. “Upaya untuk mendokumentasikan dan memahami Aksi Kamisan secara komprehensif menjadi bagian dari tanggung jawab kolektif dalam mencegah pelenyapan memori tentang pelanggaran HAM, sekaligus mewujudkan apa yang Ricoeur sebut sebagai “faithfulness to the past” demi masa depan yang lebih baik,” tulis Eliezer.

MAHASISWA BERSUARA: Ketika Kekerasan Seksual pada Tragedi Mei 1998 Dianggap Hanya Cerita

Esai ini ditulis Mukhtar Abdullah, mahasiswa UNJ dan aktif di Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) di Departemen Pendidikan. Ia mengkritik pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menganggap pemerkosaan selama kerusuhan Mei tetap sebatas cerita.

Mukhtar membuka esainya dengan fiksi garapan Seno Gumira Ajidarma berjudul Clara. Clara adalah tokoh fiksi di dunia nyata kerusuhan Mei 1998. Cerita ini berisi kepedihan seorang perempuan Tionghoa yang diperkosa ramai-ramai di tengah jalan tol Jakarta. Ayahnya dengan getir menulis pesan tentang tiga anggota keluarga dirudapaksa banyak orang, "Tabahkanlah hatimu Clara. Kedua adikmu, Monica dan Sinta, telah dilempar ke dalam api setelah diperkosa. Mama juga diperkosa, lantas bunuh diri, melompat dari lantai empat."

Menurut Mukhtar, pernyataan Fadli Zon sudah cukup memperlihatkan keberpihakannya sebagai penyodor wacana penulisan ulang sejarah Indonesia. Dia bahkan amnesia terhadap peristiwa sejarah, padahal ia sendiri merupakan salah satu saksinya. Ia lupa selama Mei 1998 pernah angkat toa menuntut reformasi.

Baca Juga: ESAI TERPILIH MEI 2025: dari Usulan Gelar Pahlawan untuk Suharto, Kekerasan Seksual di Dunia Jas Putih, hingga Jalan Setapak Bobotoh Persib menuju Stadion GBLA
ESAI TERPILIH MARET 2025: tentang Stigma Pejalan Kaki, Cinta Malam Lebaran, Study Tour, dan Kemunduran Demokrasi

Demikian sedikit ulasan tiga Esai Terpilih bulan Juni 2025. Esai kiriman dari kawan-kawan menegaskan bahwa sampai saat ini tulisan masih menjadi medium tepat untuk menyampaikan gagasan ataupun kritik. Khusus bagi BandungBergerak.id, esai-esai kiriman para penulis adalah dukungan yang sangat berarti bagi keberlangsungan demokrasi, kebebasan berekspresi dan beropini, khususnya pengungkapan opini-opini kritis ke hadapan publik.

Selanjutnya, komunitas BandungBergerak, KawanBergerak akan menghubungi para penulis Esai Terpilih untuk mengatur pengiriman sertifikat dan kenang-kenangan. Seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh BandungBergerak. Bisa juga para penulis berinisiatif menghubungi akun Instagram KawanBergerak atau nomor telepon 082119425310.

Kami menunggu kiriman esai-esai bermutu dari kawan-kawan semua. Esai bisa dikirim ke [email protected]. Mari terus menulis, terus berdampak! Sesekali, mari mengkritik!

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//