Memetakan Sesar Aktif Jawa Barat setelah Guncangan Gempa dari Bandung hingga Bekasi
Salah satu guncangan gempa dipicu aktivitas Sesar Lembang di utara Bandung. Patahan aktif ini memiliki riwayat gempa merusak.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah25 Agustus 2025
BandungBergerak.id – Sejumlah daerah di Jawa Barat diguncang gempa bumi, Rabu, 20 Agustus 2025. Rentetan gempa dirasakan di beberapa wilayah, mulai dari Kabupaten Bandung Barat, Bekasi, Karawang, hingga Purwakarta. Sesar Lembang tercatat sebagai salah satu sumber gempa dari rentetan lindu ini. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah sesar terbanyak di Pulau Jawa.
Lindu pertama terjadi di Kabupaten Bandung pada pukul 12.28 WIB dengan magnitudo 1,7. Gempa bumi dangkal ini dipicu oleh aktivitas patahan Lembang, salah satu sesar aktif yang melintas di utara Kota Bandung. Beberapa jam kemudian, pukul 19.54 WIB, gempa bermagnitudo 4,9 mengguncang Kabupaten Bekasi. Getarannya terasa hingga wilayah Karawang. Tak lama setelahnya, pukul 20.16 WIB, gempa susulan tercatat di Kabupaten Purwakarta dengan skala magnitudo 1,8.
“Berdasarkan monitoring BMKG Bandung saat ini Sesar Lembang mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Masyarakat lebih meningkatan kewaspadaannya serta memperkuat mitigasi tentunya,” kata Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 22 Agustus 2025.
Teguh mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat adanya kerusakan infrastruktur dan rumah warga akibat gempa di wilayah Bekasi dan Karawang.
“Dampak kerusakan di Kabupaten Bekasi terdapat 1 rumah ibadah. Sedangkan di Kabupaten Karawang, tercatat 4 unit rumah rusak ringan, 31 unit rumah rusak sedang, dan 1 rumah rusak berat,” terang Hadi Rahmat, Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar, dalam keterangan resmi.
Hadi menambahkan, sebanyak 40 kepala keluarga atau 104 jiwa terdampak akibat gempa bumi tersebut. Proses asesmen dan koordinasi langsung dilakukan di lokasi bersama BPBD Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi.

Jawa Barat Menyimpan Puluhan Patahan Aktif
Menanggapi gempa yang mengguncang Bekasi, Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi Supartoyo menjelaskan, lindu tersebut dipicu oleh aktivitas Sesar Baribis. Gempa terasa hingga Jakarta karena struktur tanah yang didominasi endapan aluvial lepas.
Supartoyo menyebut bahwa Jawa Barat memiliki lebih dari sepuluh sesar aktif. Di antaranya adalah Sesar Baribis (membentang dari Bekasi, Karawang, Subang, Majalengka, Kuningan, hingga Cirebon), Sesar Cimandiri di Sukabumi, Sesar Rajamandala di Bandung Barat, Sesar Cugenang di Cianjur, Sesar Lembang, Sesar Tanjungsari di Sumedang, dan Sesar Garsela di Garut Selatan.
Menurut Supartoyo, aktivitas gempa di Jawa Barat dipicu oleh tumbukan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa.
“Jika energi di sesar itu menumpuk dan melewati batas elastisitas batuan, terjadilah gempa bumi. Bisa jadi lebih karena ada yang belum terpetakan. Di Jawa, Jawa Barat ini termasuk paling aktif, mungkin masuk peringkat tiga atau lima besar di Indonesia,” katanya saat dihubungi BandungBergerak, Kamis, 20 Agustus 2025.
Supartoyo menegaskan, saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi.
“Fokus pada kesiapan, bukan prediksi. Pastikan bangunan tahan gempa, siapkan jalur evakuasi, dan lakukan simulasi secara rutin,” ujarnya.
Sesar Lembang dan Ancaman di Jantung Kota
Patahan Lembang, yang menjadi sumber guncangan awal pada 20 Agustus 2025, menunjukkan peningkatan aktivitas. Supartoyo mengatakan bahwa sesar ini menunjukkan aktivitas kecil.
“Sesar Lembang, terutama bagian barat, menunjukkan aktivitas kecil, istilahnya ‘batuk-batuk’. Tapi jangan terlalu khawatir,” terangnya.
Patahan aktif ini membentang sepanjang 25–30 kilometer dari barat ke timur, melintasi kawasan utara Kota Bandung, dan masuk ke wilayah Kabupaten Bandung Barat. Jalur sesar ini melintasi Desa Lembang, Pagerwangi, Kayu Ambung, Gudangkahuripan, Langensari, Cihideung, Cihanjuang, Kertawangi, Jambudipa, Padaasih, Pasirhalang, hingga ke Bojongkoneng, Cilame, Cimareme, dan Tanimulya.
Dampak aktivitas Sesar Lembang dapat dirasakan hingga ke Kota Bandung, terutama di kawasan cekungan Bandung seperti Gedebage, Lengkong, Turangga, dan Ujung Berung, yang memiliki struktur tanah lunak dan rawan terhadap getaran.
Pemerintah Kota Bandung menanggapi serius potensi bencana ini. Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menyatakan bahwa penanggulangan Sesar Lembang menjadi bagian dari program prioritas RPJMD Kota Bandung.
“Semua lokasi ini dipetakan agar masyarakat punya rujukan jelas saat harus menyelamatkan diri,” kata Erwin dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 22 Agustus 2025.
Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB untuk memetakan wilayah rawan gempa. Perda Nomor 5 Tahun 2022 menetapkan sejumlah lokasi evakuasi di Bandung, antara lain Taman Tegalega, Stadion GBLA, Gasibu, Alun-alun Kota Bandung, Sabuga, dan Lapangan Olahraga Arcamanik.
Baca Juga: Rekaman Gempa di Jawa Barat Sepanjang 2024
Cerita Warga Korban Gempa Kabupaten Bandung, Rumah Terguling dan Barang-barang Pecah
Riwayat Gempa Jawa Barat
Gempa bumi bukanlah hal asing bagi masyarakat Jawa Barat. Dalam lebih dari satu dekade terakhir, sejumlah wilayah di provinsi ini diguncang lindu yang menimbulkan trauma dan kerusakan.
Pada 28 Agustus 2011, sebuah gempa bermagnitudo 3,3 mengguncang Kampung Muril Rahayu, RW 15, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Meski tergolong kecil dalam skala magnitudo, dampaknya begitu besar karena pusat gempa sangat dekat dengan permukiman warga dan berada pada kedalaman yang dangkal. Akibatnya, hampir 400 rumah rusak, dan ratusan orang terpaksa mengungsi. Gempa ini berasal dari aktivitas sesar Lembang, yang melintas hanya ratusan meter dari kampung tersebut.
Sebelas tahun kemudian, gempa kembali mengoyak Jawa Barat. Pada 22 November 2022, lindu mengguncang Cianjur. Guncangan ini menyebabkan puluhan ribu rumah rusak berat dan ratusan ribu kepala keluarga terdampak. Bantuan darurat, termasuk tenda dan shelter, menjadi kebutuhan mendesak saat itu. Tragedi Cianjur menjadi titik awal rentetan gempa yang terjadi di wilayah lain sesudahnya.
Menjelang akhir tahun 2023, tepatnya pada Minggu malam, 31 Desember, gempa bermagnitudo 4,8 mengguncang Sumedang. Sumbernya berasal dari sesar Cileunyi-Tanjungsari, yang berada hanya 1,5 kilometer dari pusat kota. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, puluhan rumah rusak, dan sejumlah warga mengalami luka karena tertimpa reruntuhan bangunan.
BPBD Jawa Barat mencatat, 14 desa terdampak tersebar di Sumedang Utara dan Selatan, termasuk Tegalsari, Cipamengpeuk, dan Babakan Bukit sebagai wilayah dengan kerusakan parah. Dua rumah sakit, RSUD Sumedang dan RS Pakuwon, juga terdampak—ratusan pasien harus dievakuasi ke tenda darurat.
Belum genap setahun berlalu, gempa kembali terjadi. Kali ini pada Rabu pagi, 18 September 2024, gempa bermagnitudo 4,9 yang bersumber dari sesar Garut Selatan (Garsela) mengguncang wilayah selatan Kabupaten Bandung dan Garut. Puskesmas Kertasari rusak, sekolah-sekolah ikut terdampak, dan sejumlah rumah warga terguling.
Kabupaten Bandung menjadi wilayah terparah dalam bencana ini. Sedikitnya 656 rumah rusak, 56 orang luka ringan, dan 19 luka berat. Selain itu, lima fasilitas kesehatan, 17 sarana pendidikan, dan 35 tempat ibadah juga terdampak. Di Kabupaten Garut, gempa merusak lebih dari 200 rumah serta sarana umum lainnya.
Hanya tiga hari sebelum kejadian itu, Minggu, 15 September 2024, gempa bermagnitudo 5,1 juga terjadi di wilayah selatan Sukabumi. Episenter gempa berada di laut, sekitar 94 kilometer dari pantai. Meski berada cukup jauh, guncangannya terasa hingga ke Cimahi, Lembang, Banjaran, dan wilayah Kabupaten Bandung. Skala intensitas mencapai III MMI di Sukabumi dan II MMI di Bandung Raya. Getaran dirasakan, benda ringan bergoyang, dan sebagian masyarakat mengungsi karena khawatir gempa susulan.
Sesar Garsela sendiri merupakan patahan aktif sepanjang 42 kilometer dari Garut Selatan hingga selatan Bandung. Aktivitasnya tercatat pernah memicu gempa di tahun 2015 dan 2017. Struktur geologinya yang melintasi kawasan pegunungan membuat potensi bencana ikutan seperti longsor semakin tinggi.
Rangkaian gempa ini menunjukkan satu hal: patahan-patahan aktif di Jawa Barat masih menyimpan potensi bencana yang tidak boleh diremehkan. Kesiapsiagaan, bangunan tahan gempa, dan pemetaan risiko mutlak harus dilakukan.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB