Gempa Sumedang Menyebabkan Puluhan Rumah Rusak dan Ratusan Pasien Rumah Sakit Dievakusi
Gempa Sumedang dipantik aktivitas sesar sesar Cileunyi Tanjungsari yang berjarak tiga kilometer dari jalan tol Cisumdawu atau 53,6 kilometer dari Bandung.
Penulis Tim Redaksi1 Januari 2024
BandungBergerak.id - Warga Sumedang dikejutkan dengan gempa berkekuatan magnitudo 4,8 pada Minggu malam, 31 Desember 2023, pukul 20:34:24 WIB. Sumber lindu diduga kuat berasal dari aktivitas patahan gempa bumi aktif sesar Cileunyi Tanjungsari yang terletak berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini. Namun puluhan rumah dan fasilitas umum seperti rumah sakit mengalami kerusakan serius. Sejumlah warga juga mengalami luka-luka karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat rentetan gempa Sumedang terjadi tiga kali, yakni pada pukul 14. 35 WIB, kemudian pukul 15.35, dan gempa ketiga, pukul 20.34. Gempa terakhir, hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M 4,8. Gempa dapat dirasakan di Bandung, Subang hingga Garut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan terdapat 14 desa di wilayah gempa Sumedang yang terdampak yang tersebar di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler; Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya; Kecamatan Sumedang Utara, dan Kecamatan Sumedang Selatan.
Diperkirakan terdapat 84 unit rumah rusak ringan hingga berat. Terdapat warga luka-luka karena tertimpa bangunan. Pemkab Sumedang dalam konferensi pers menyatakan, ada tiga wilayah yang terdampak lumayan parah, yakni Tegalsari, Cipamengpeuk, dan Babakan Bukit.
Dua rumah sakit ikut terdampak, yakni RSUD Sumedang dan RS Pakuwon. Pasien sempat dievakuasi keluar rumah sakit dan dirawat di tenda darurat. Saat kejadian di RSUD Sumedang terdapat 248 pasien rawat inap dan 83 pasien UGD. Bagian yang terdata rusak adalah Paviliun dan ruangan VIP.
Evakuasi Pasien Ruma Sakit
Petugas medis bolak balik memeriksa dan memasang infus baru untuk pasien dalam tenda darurat di depan jalan dan di halaman RSUD Sumedang, Jawa Barat, pascagempa magnitudo 4,8 yang bertepatan dengan malam tahun baru 1 Januari 2024.
Pantauan BandungBergerak,id di lapangan, lebih dari 300 pasien dievakuasi ke lima tenda darurat di halaman dan depan jalan rumah sakit setelah setelah beberapa ruangan rawat di RSUD Sumedang rusak dan masih diasesmen petugas BPBD. Proses asesmen dampak gempa juga masih terus dilakukan petugas hingga berita ini ditulis, belum banyak informasi desa mana saja yang terkena dampak paling parah.
Suasana dalam tenda terlihat cukup sibuk, karena masih belum semua pasien mendapat tempat tidur, petugas masih mengupayakannya dengan membawa tempat tidur dari dalam ruangan RSUD yang telah dikosongkan.
Seorang petugas medis RSUD Sumedang yang minta namanya tak disebut mengatakan, "Saat gempa awal suasana masih bisa terkendali, pasien-pasien mulai dievakuasi ke tenda-tenda darurat di halaman dan jalan depan rumah sakit. Saat gempa susulan terakhir sekitar pukul delapan malam. Itu yang paling besar, untung semua sudah berada di tenda,” katanya.
“Sekarang kami bertugas sampai pagi nanti, kebetulan kami memang shift malam, tapi dari sore sudah mulai mengevakuasi pasien," lanjut petugas medis tersebut, sambil membuat laporan diatas trotoar beralas karpet seadanya.
Pemerintah daerah setempat juga telah membuat posko utama di Pos Pam Alun-Alun Sumedang. Selain RSUD Cisumdawu, pasien-pasien RS Pakuwon juga dievakuasi ke halaman rumah sakit untuk menghindari riesiko jika masih ada gempa susulan. Tidak dilaporkan adanya kerusakan gedung di RS Pakuwon.
Sejak malam tahun baru 31 Desember 2023 sampai jelang subuh 1 Januari 2024, semua pasien sudah bisa ditangani di dalam tenda darurat. Instalasi listrik sudah terpasang semua, sedangkan pasien-pasien yang membutuhkan mesin-mesin penunjang yang vital dirawat di teras rumah sakit.
Baca Juga: Pesan dari Goyangan Gempa Sukabumi
Bandung Kota Rawan Bencana (1): Kebakaran dan Sesar Lembang
Bandung Kota Rawan Bencana (3): Kang Pisman vs Bom Waktu Sampah
Sesar Cileunyi Tanjungsari
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan menjelaskan lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, pada kedalaman 5 km.
“Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif yaitu Sesar Cileunyi Tanjungsari. Menurut data BG (Badan Geologi) Sesar Cileunyi Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri, sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles,” terang Hendra Gunawan.
Menurut informasi BMKG dan penduduk setempat, guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Sumedang dengan skala intensitas antara III - IV MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang terdiri dari I sampai XII MMI. Skala I berarti getaran gempa bumi tidak dirasakan, makin besar nilai sekal semakin terasa dampak getaran gempa bumi. Misalnya, XII MMI yang berarti kehancuran sama sekali, gelombang gempa bumi tampak pada permukaan tanah, pemandangan menjadi gelap, benda-benda terlempar ke udara.
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
Menurut peta Badan Geologi, terowongan kembar atau jalan tol Cileunyi, Sumadang, Dawuan (Cisumdawu) masuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III gempa bumi. Terowongan tol Cisumdawu hanya berjarak 3 km dari patahan sumber gempa Sumedang, yaitu Sesar Cileunyi Tanjungsari yang aktif bergerak 0,19 - 0,48 mm per tahun.
Dari lapangan dilaporkan adanya keretakan dinding di twin tunnel Tol Cisumdawu yang sampai saat ini masih dilakukan pemeriksaan.
Badan Geologi mencatat gempa merusak di Sumedang pernah terjadi 97 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1972. Setelahnya, kejadian gempa bumi tercatat pada 2010 dan 2022 yang menimbulkan kecemasan warga Sumedang.
“BG mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972, sedangkan kejadian gempa bumi tahun 2010 menimbulkan kecemasan bagi penduduk di daerah Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2022 juga tercatat kejadian gempa bumi dengan magnitudo (M2,7) pada kedalaman 16 km,” papar Hendra Gunawan.
PVMBG Badan Geologi merekomendasikan kepada BPBD atau pemerintah daerah agar mengimbau masyarakat untuk tetap tenang terkait gempa bumi ini. Masyarakat diharapkan tetap mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi.
Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan petugas BPBD setempat. Bangunan di Kabupaten Sumedang harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu Sumedang harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi. Kabupaten Sumedang merupakan daerah tergolong rawan gempa bumi, maka upaya mitigasi gempa bumi harus ditingkatkan.
Jarak Sesar Cileunyi Tanjungsari ke Bandung
Kejadian gempa bumi Sumedang sekaligus menjadi peringatan bagi daerah tetangga, yakni Bandung Raya yang juga dikelilingi sesar aktif seperti sesar Lembang. Menurut google maps, jarak Bandung Sumedang terbilang dekat yakni sekita 1 jam dengan rute 55,9 km lewat Jalan Tol Cisumdawu.
Bandung sendiri tergolong sebagai kota rawan bencana gempa bumi. Kawasan padat Kota Bandung yang dihuni sekitar 2,5 juta penduduk hanya berjarak hanya 10 kilometer dari Sesar Lembang, sumber gempa bumi yang membentang 29 kilometer dari kaki Gunung Manglayang (Kabupaten Bandung), melintasi Lembang sampai Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Selain Sesar Lembang, Bandung juga dikelilingi sesar gempa bumi lainnya, yakni patahan Cileunyi Tanjungsari, patahan Cicalengka, patahan Gunung Geulis, dan patahan Jati. Aktivitas patahan-patahan gempa bumi ini pernah dibahas dalam Geoseminar “Patahan Lembang: Fakta dan Realita” di Auditorium Badan Geologi, Bandung, 7 September 2018.
Patahan-patahan tersebut tercatat pernah menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan kurang dari 5 SR, antara lain gempa bumi Tanjungsari pada tahun 1972 dan 2010, gempa bumi Gunung Halu dan Jati pada 2005, gempa bumi Pangalengan pada 2016, gempa bumi Cicalengka pada 2000 dan 2005, serta gempa bumi Ujungberung pada 2011. Dengan catatan historis ini, mitigasi bencana mutlak diperlukan.
*Laporan ini ditulis Prima Mulia dan Iman Herdiana, kawan-kawan juga bisa menyimak berita-berita lain tentang gempa bumi