Cara Aman Berinvestasi Saham bagi Pemula
Investasi saham di kalangan muda perlu diimbangi dengan literasi investasi. Salah satunya mengetahui cara aman berinvestasi saham.
Penulis Iman Herdiana6 November 2021
BandungBergerak.id - Ada kecenderungan kuat bahwa tren investasi kini bergeser pada generasi muda. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya anak muda yang mulai berinvestasi saham. Fenomena ini tentu positif, namun perlu diiringi dengan literasi investasi di bidang persahaman itu sendiri.
Setidaknya, generasi muda yang ingin memulai investasi saham wajib menguasai pengetahuan dasar persahaman. Zabrina Raissa selaku Head of Online Trading Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan, pengetahuan dasar investasi tersebut misalnya kemampuan membedakan investing dan trading dalam dunia saham.
“Jangka waktu yang lebih panjang, tidak bersifat short term dan adanya mindset ownership merupakan beberapa ciri dari investasi,” kata Zabrina Raissa, dikutip dari laman Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Sabtu (6/11/2021).
Zabrina berbicara dalam webinar Financial Planning For Millennials yang diselenggarakan Ikatan Alumni Teknik Industri (IATI) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknik Industri (HMPSTI) Unpar, serta Ikatan Alumni Unpar, bertajuk “Economic improvement for the better future”, Sabtu (23/10/2021).
Sedangkan seorang trader menurut Zabrina Raissa, lebih memperhatikan fluktuasi harga saham, jangka waktu yang short term, dan lebih ke arah technical chart bukan fundamental. Dia pun memberikan tips apa saja yang perlu diperhatikan sebelum membeli saham, yakni:
Perhatikan tren harga saham. Umumnya saham yang sedang uptrend lebih mudah menghasilkan keuntungan.
Money management bagi pemula. Lebih baik melakukan diversifikasi agar tidak kehilangan modal apabila mengalami kerugian besar.
Likuiditas. Likuiditas lebih diperhatikan untuk I, sedangkan investor umumnya memilih saham berfundamental baik sehingga likuiditasnya tidak terlalu kering.
Harga atau valuasi. Penting untuk mengetahui apakah saham yang dibeli sudah overvalued atau masih undervalued, jangan sampai beli di pucuk.
Prospek atau story perusahaan. Cek apakah perusahaannya sudah bertumbuh atau sudah mature.
“Supaya kita tahu, valuasi saham wajarnya itu di level berapa. Jangan sampai kita beli ternyata sahamnya itu udah ibaratnya kemahalan bahkan sudah melebihi nilai wajar sesungguhnya,” ujarnya.
Zabrina juga memberikan sejumlah tips bagi para mahasiswa dalam memilih saham, yaitu:
Memiliki pengetahuan dasar analisis teknikal dan fundamental
Mengenali diri sendiri apakah termasuk investor atau trader
Tentukan jangka waktu dan target dana
Mulai dengan saham yang terdaftar di LQ45 dan IDX30 yang cenderung lebih aman.
Cari perusahaan dengan pertumbuhan laba yang positif.
Cari perusahaan dengan Good Corporate Governance (brand image yang positif).
“Buat pemula, aku menyarankan kepada teman-teman bisa cek saham-saham yang terdaftar di LQ45 dan IDX30 di mana ini sudah dibantu sekali sebagai alat bantu dari IDX (Indonesia Stock Exchange/Bursa Efek Indonesia) untuk memfasilitasi ratusan saham yang terdaftar,” paparnya.
Ia menyarankan para pemula agar mengenal perusahaan yang telah diskrining oleh IDX dan memiliki kinerja yang cukup bagus.
“Kalian nanti sudah bisa mulai memperhatikan company mana yang secara harga menarik dan performance bagus di kuartal kemarin dan sebagainya. Itu sudah bisa mulai kalian perhatikan,” tutur Zabrina Raissa.
Webinar tersebut juga menghadirkan Michael Tjoajadi, CEO PT. Schroder Management Investment Indonesia. Menurutnya, bermain saham memiliki banyak risiko. Ada risiko kerugian, ada juga kemungkinan keuntungan.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam investasi saham, yaitu; apakah kita memiliki skill untuk melakukan investasi di saham, apakah kita memiliki waktu untuk melakukan investasi di saham, dan apakah kita memiliki informasi untuk melakukan investasi di saham.
“Tiga hal ini minimum sebagai fundamental dari seseorang atau institusi untuk menempatkan sejumlah dana di capital market terutama di saham,” ujarnya.
Michael mengungkapkan, untuk dapat mengetahui sebuah perusahaan bagus, maka seseorang harus memiliki skill untuk melakukan analisis, untuk menganalisis harus memiliki waktu, dan harus memiliki informasi untuk dapat dianalisis.
“Kita harus tahu saham itu memiliki prospek yang baik ke depannya, bukan saat ini dan masa lalunya. Kenapa? Karena masa lalu dan sekarang ini milik investor yang akan menjual sahamnya dan akan kita beli. Dan kita kalau melakukan investasi adalah menilik atau melihat kedepan,” ucapnya.
Baca Juga: Belajar Investasi di Musim Pandemi lewat Film dan Jurnal
Data Penanaman Modal di Kota Bandung 2016-2020, Realisasi Investasi Meroket di Tahun Pandemi
Potensi dan Risiko Investasi Crypto
Mencermati Fenomena Investasi Saham Ramah Lingkungan
Investasi sejak Dini
Melakukan investasi sejak dini menjadi langkah tepat yang tentunya diharapkan dapat memberikan keuntungan di masa depan. Sejumlah manfaat bisa didapatkan dengan berinvestasi, mulai dari melatih diri dalam perencanaan keuangan hingga mempersiapkan kebutuhan di masa mendatang.
Zabrina Raissa menganalogikan, investasi ibarat menanam sebuah pohon. Mulai dari pemilihan bibit, calon investor harus tahu bibit mana yang bagus dan menghasilkan buah melimpah.
“Selanjutnya, bibit yang ditanam harus dirawat dengan air dan pupuk. Sama seperti investasi, juga harus dirawat dengan belajar menambah ilmu ke diri kita. Tahap selanjutnya, pohon yang berbuah pun tentunya melewati waktu yang cukup lama, demikian juga dengan investasi kita harus bersabar agar bisa memperoleh hasil yang maksimal,” ucap Zabrina.
Zabrina pun memaparkan sejumlah manfaat jika berinvestasi sejak dini, yaitu:
Meningkatkan nilai uang
Terhindar dari inflasi
Penghasilan tambahan
Mempersiapkan kebutuhan di masa mendatang
Melatih mindset, emosi, dan decision making
Melatih perencanaan keuangan.
“Misalnya uang yang sudah dikumpulkan dialokasikan untuk investasi, itu juga bisa melatih kita untuk bisa lebih hemat. Supaya kita juga enggak konsumtif,” katanya.
Selain kedua narasumber di atas, webinar juga menyajikan pemaparan Derry Holyus Andreas Sakti selaku Co-Founder Ula dan Renny Raharja selaku Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia.