• Cerita
  • Inovasi ala Simon, Ciptakan Helm Antingantuk sampai Alat Pemanfaatan Air Hujan

Inovasi ala Simon, Ciptakan Helm Antingantuk sampai Alat Pemanfaatan Air Hujan

Simon Yudistra Sanjaya mengembangkan helm antingantuk untuk mengurangi pengaruh ngantuk pada kecelakaan lalu lintas.

Simon Yudistra Sanjaya menunjukkan helm antingantuk buatannya, Senin (8/11/2021). (Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul9 November 2021


BandungBergerak.idPada tahun 2016, Simon Yudistra Sanjaya berkendara melintas Jalan Raya Padalarang. Saat itu ia dilanda kantuk sehingga mobil yang ia kemudikan menabrak mobil pengangkut sampah. Mobilnya rusak parah. Ia sendiri harus menjalani operasi tempurung lutut kirinya yang retak.

Di ruang perawatan rumah sakit, ia bersebelahan dengan pasien yang juga korban kecelakaan. Pasien tetangganya itu bercerita, bahwa ia ditabrak oleh supir angkot yang sedang mengantuk. 

Berawal dari kisah tersebut, Simon mencoba membuat helm antingantuk khusus bagi pengendara mobil. Ia menyimpulkan, menyetir mobil dalam keadaan mengantuk setidaknya dapat mengundang tiga bahaya.

"Jadi kalau mengantuk saat menyetir itu ada tiga dampaknya, membawa maut diri sendiri atau orang lain, membuat cacat selamanya diri sendiri atau orang lain, dan bisa dipenjara," ungkap Simon Yudistra Sanjaya, Senin (8/11/2021). 

Simon memperlihatkan helm anti-ngantuk buatannya dan menjelaskan penggunaannya. Proses pembuatan helm terapi antingantuk diawali dengan penelitian terhadap titik-titik saraf yang ada di kepala. Jika helm ditekankan di kepala bagian depan, maka helm tersebut akan bekerja menghilangkan rasa kantuk. 

Selepas membikin helm, Simon mencoba memasarkanya. Namun, ternyata tidak mudah, banyak halangan dan tantangannya. Selain mengandalkan tokonya, ia mencoba memberikan sampel helm antingantuk ke Kementrian Perhubungan, Samsat, MPR-RI dan pihak lainnya dengan tujuan dapat perhatian dan ditindak lanjut oleh pemerintah.

"Terus ngasih tunjuk ke Wali Kota Bandung, waktu itu Ridwan Kamil, tapi ya semua pada tahu aja, gak action, jadi ya gitulah," sebutnya. 

Meski begitu, ia mengaku pernah ada pembeli yang datang dari Pangalengan ke tokonya. Saat mencoba helm terapi, pelanggan tersebut mengeluarkan angin beberapa kali. Pelanggan tersebut pun tertarik untuk membeli. 

Helm antingantuk ini pun kini mulai dijual secara online. Simon menyebutkan, setelah masuk di media dan ada kejadian kecelakaan pasangan artis baru-baru ini, helmnya sudah laku lebih 20 pcs. Pembelinya mayoritas berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

"Terjual sudah belasan dari toko saya juga. Setelah kemarin dimuat di media, kan rame, sudah terjual 20 lebih, terjual setiap hari sekarang  mah," ungkapnya. 

Simon Yudistra Sanjaya menunjukkan mesin pemanfaatan air hujan, Senin (8/11/2021). (Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Simon Yudistra Sanjaya menunjukkan mesin pemanfaatan air hujan, Senin (8/11/2021). (Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Tersendatnya TPA Sarimukti Menunjukkan Rapuhnya Pengelolaan Sampah Kota Bandung
Fesyen Ramah Lingkungan versus Baju Lebaran
Walhi Jabar: Selamatkan Lingkungan dan Rakyat, bukan Proyek Kereta Cepat
Mencermati Fenomena Investasi Saham Ramah Lingkungan
PROFIL WALHI JAWA BARAT: untuk Kerja-Kerja Penyelamatan Lingkungan

Pot Komposter dan Pengolah Air Hujan 

Simon sudah memulai membuat inovasi-inovasinya sejak tahun 1995, sebelum membuat helm antingantuk, ia pernah membuat rompi antisenjata tajam. Ia tertarik juga berinovasi di bidang lingkungan, yakni menciptakan pot komposter dan mesin pengolah air hujan. 

Pot komposter berfungsi pada tiga hal, yaitu menanam tumbuhan, mengkompos, dan sarana dekorasi halaman. Simon bilang, dengan melakukan kompos dapat mencegah emisi gas metana. Sedangkan menanam tanaman dapat menyerap CO2 yang dapat menurunkan efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. 

Simon melanjutkan, bahwa di Jepang air hujan dimanfaatkan dan dikelola langsung oleh pemerintah untuk mencegah banjir. Ia berharap, masyarakat dan pemerintah sudah dapat memulai untuk memanfaatkan air hujan. 

Menurutnya, ada beberapa nilai lebih dalam memanfaatkan air hujan, di antaranya adalah hemat biaya air. Simon menampung 10 kubik air hujan yang digunakan untuk keperluan rumah, seperti mandi, mencuci, air minum, dan yang lainnya. 

"Sudah 8 tahun saya memanen dan mengolah air hujan untuk digunakan mencuci, mandi dan minum," jelasnya.

Selain hemat biaya, memanfaatkan air hujan juga dapat dijadikan sebagai konservasi air tanah. Penggunaan air tanah diketahui dapat menurunkan muka tanah, seperti yang sedang terjadi di pesisir ibu kota Jakarta. 

Dengan mengolah air hujan, menurut Simon dapat mengurangi sampah plastik. Apalagi jika dikelola dengan baik, pemerintah dapat membuat anjungan-anjungan air minum. Sehingga masyarakat hanya tinggal membawa botol dan mengurangi sampah plastik. 

Kepedulian Terhadap Lingkungan

Sehari-hari, Simon menjual berbagai alat pelindung diri di tokonya yang bernama Sion di Rajawali Plaza. Selain berdagang, ia turut aktif di masyarakat. Kini ia menjabat sebagai anggota seksi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Kecamatan Andir. 

Ia sempat berpesan kepada pemerintah, halte-halte yang mangkrak dijadikan saja sebagai Anjungan Sadar Lingkungan. Dengan pemanfaatan tersebut, anjungan dapat menjadi lokasi edukasi dan tempat menjual berbagai alat maupun kebutuhan rumah isi ulang yang ramah lingkungan. 

"Jadi anjungan itu jadi sarana edukasi ke masyarakat tentang zero waste. Terus jual produk-produk yang ramah lingkungan, dan produk-produk isi ulang. Biar gak nambah sampah," harapnya.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//