• Cerita
  • CERITA ORANG BANDUNG (39): Mengenang Pahlawan bersama Yana dan Sepeda Onthelnya

CERITA ORANG BANDUNG (39): Mengenang Pahlawan bersama Yana dan Sepeda Onthelnya

Yana berpesan, setelah merdeka, kemerdekaan masih harus dipertahankan.

Yana, 65 tahun, warga Rancaekek, Kabupaten Bandung. Yana anggota Paguyuban Sepeda Baheula Bandung (PSBB). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul11 November 2021


BandungBergerak.idJalan Sukarno Hatta terbilang cukup lancar, Rabu (10/11/12021). Kendaraan roda dua dan empat terus seliweran. Di antara hiruk pikuk itu tampak pemandangan tak biasa: dari arah Gedebage ke Cibiru, seorang pria paruh baya tengah mengayuh sepeda onthelnya pelan. Ia mengenakan seragam pakaian pejuang lengkap dengan sepatu beserta peci beremblem bendera merah-putih dan tiga bintang.

Sepeda jadul yang ia kendarai dilengkapi beberapa tambahan aksesoris, seperti kaca spion, speaker, dan boneka di lampu depan. Saya mencoba mengimbanginya dengan motor dan bertanya ia hendak pergi ke mana. Ia ramah menjawab hendak pulang ke Rancaekek.

“Udah mendung, takutnya kehujanan, perjalanan saya masih jauh ke Rancaekek,” ucapnya pelan, saat BandungBergerak.id mengajaknya singgah di sebuah tempat agar perbincangan bisa lebih santai.

Diketahui, nama pria tersebut Yana, usianya 65 tahun. Yana baru saja menghadiri acara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Museum Mandala Wangsit, Kota Bandung, bersama komunitas sepeda onthelnya, Paguyuban Sepeda Baheula Bandung (PSBB). Yana bilang paguyubannya diundang oleh Kodam III/Siliwangi untuk ikut upacara dan rangkaian peringatan Hari Pahlawan.

“Jadi dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, kita dari Paguyuban PSBB dapat undangan dari Kodam Siliwangi untuk ikut merayakan. Tadi kita kumpul, start dari Mandala Wangsit, terus arah ke Makodam Siliwangi, akhirnya berhenti di Lapangan Hubdam Siliwangi, Tegalega. Di situ ada upacara terus finis lagi ke Mandala Wangsit,” ungkapnya kepada BandungBergerak, Rabu (10/11/2021).

Selesai acara, anggota paguyuban istirahat sejenak, lalu shalat, dan pulang. Yana mengaku tempat tinggalnya yang paling di antara teman-temannya yang lain. Ia sudah bergabung dengan paguyuban ini sejak 10 tahun yang lalu.

Menurutnya, Hari Pahlawan menjadi momen penting untuk menghormati para pejuang yang telah membebaskan dan mempertahankan negara dari penjajahan. Puncak perjuangan para pahlawan terjadi pada 17 Agustus ketika Indonesia menyatakan diri merdeka. Tetapi setelah itu, kemerdekaan masih harus dipertahankan. Maka pada 10 November terjadi peristiwa mempertahankan kemerdekaan itu.

“Kan dulu Inggris mau merebut lagi Indonesia. Tapi Alhamdulillah, perjuangan rakyat yang dipimpin di Surabaya, yang paling besar oleh Bung Tomo. Alhamdulillah kita masih bisa mempertahankan. Dan di situ banyak berguguran para pahlawan,” ceritanya.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG (38): Perjalanan Berdikari Seorang Seniman Tato Tandurtala
CERITA ORANG BANDUNG (37): Nyala Hidup Kuli Panggul Stasiun Bandung
CERITA ORANG BANDUNG (36): Seorang Penjual Batagor, Relokasi, dan Vaksinasi Covid-19
CERITA ORANG BANDUNG (35): Jalan Panjang Sang Pawang Gajah
CERITA ORANG BANDUNG (34): Keluarga Risma di Dunia Skateboard

Yana, 65 tahun, warga Rancaekek, Kabupaten Bandung. Yana anggota Paguyuban Sepeda Baheula Bandung (PSBB). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Yana, 65 tahun, warga Rancaekek, Kabupaten Bandung. Yana anggota Paguyuban Sepeda Baheula Bandung (PSBB). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Hobi Sepeda, Menikmati Hidup dan Musik

Yana dulu bekerja di sebuah pabrik farmasi. Hobi naik sepeda memang sudah digemarinya sejak lama. Umurnya yang sudah senja bukan halangan, ia masih kuat bersepeda. Bahkan ia mengaku, Sabtu yang lalu ke Cirebon menggunakan sepeda.

“Alhamdulillah (masih kuat). Kemarin dari Cirebon, Sabtu kemarin. Pulangnya Minggu. Dapat pin,” ia kemudian menunjukkan pin lencananya. “Ini pin merah ini untuk jarak lebih dari 100 KM,” ungkapnya bangga.

Sepeda onthel yang dinaikinya merek Batavus, umurnya sudah 60 tahun lebih. Hampir seusia pemiliknya. Selain Batavus, ia juga memiliki satu onthel lagi yang disebutnya Gurik produksi German tahun 1940-an.

“Cuma naik (onthel) ini lebih keliatan aki-aki, lebih enak, lebih kolot. Tidak kebut-kebutan, nyantai,” ungkapnya sambil terkekeh.

Yana tinggal di Rancaekek sejak 2012. Sebelumnya ia sempat tinggal di seputaran Bandung Kota. Selepas tidak bekerja, aktivitas sehari-harinya adalah ke masjid. Yana telah memiki tiga orang cucu dari dua anaknya. Ia mengaku sedang menikmati hidup.

“Aktivitas saya sekarang di mesjid saja, menikmati hidup. Dan ini (sepeda) hiburan saja, sambil olahraga,” tuturnya.

Obrolan kami harus usai, sebab langit kian mendung. Saya pun mencoba bergurau kepada Yana, bagaimana kondisi Rancaekek pada musim hujan kali ini, apakah banjir. Ia bilang, memang sering banjir, tapi ia berharap agar banjir tidak datang.

“Janganlah. Emang suka (banjir), tapi janganlah, mudah-mudahan jangan,” ungkapnya.

Yana kembali mengayuh sepedanya, pelan tapi pasti menelusuri jalan. Untungnya suasana lalu lintas sedang tidak padat atau macet seperti biasanya. Sayup-sayup terdengar alunan musik dari speaker sepedanya.

Ia bilang, mendengarkan musik bisa bikin awet muda. Selain itu, menaiki sepeda sambil mendengarkan musik bisa membuatnya rileks dan awas, sebab menghindari ngantuk.

“Ini lagu jadul ini, lagu zaman saya,” ungkapnya, tampak tersenyum meski sebagian wajahnya tertutup oleh masker.

Saya kemudian pamit mendahuluinya, mendoakannya agar ia senantiasa sehat, sampai ke tujuan dengan selamat dan tidak kehujanan. Tetapi selang 15 menit kemudian hujan turun. Semoga Yana dan sepedanya bisa segera sampai ke Rancaekek dengan selamat.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//