Jalan Dago Kembali Bertabur APBD, Sementara Jalur Sepeda Menghilang
Pemkot Bandung terus mempercantik Jalan Dago. Terbaru, pemeliharaan dilakukan lewat tender senilai 3,8 miliar Rupiah. Tetapi jalur sepeda jadi menghilang.
Penulis Bani Hakiki16 Desember 2021
BandungBergerak.id - Pemerintah Kota Bandung kembali mengucurkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berjumlah miliaran Rupiah untuk mempercantik Jalan Ir. H. Juanda atau lebih dikenal Jalan Dago. Tetapi jalur sepeda yang sempat dibuat di kawasan ini, dengan biaya tak sedikit, justru menghilang.
Jalan Dago memang sudah lama menjadi salah satu ikon Bandung, belasan factory outlet dan restoran megah berjejer di antara permukiman mewah. Dago banyak dikunjungi pelancong baik dari dalam maupun luar kota hingga mancanegara dan menjadi lokasi penyelenggaraan car free day yang menyedot ribuan pengunjung tiap pekannya, terutama pada saat sebelum pagebluk.
Namun, pemeliharan jalan yang dilakukan pada awal Desember 2021 itu justru telah menghilangkan jalur khusus yang dibuat untuk para pesepeda. Kepala Seksi Ekonomi, Pembangungan, dan Lingkungan Hidup Kecamatan Coblong, Wawan Setiawan menuturkan, pihaknya masih akan meninjau kembali posisi jalur sepeda yang sementara hilang setelah pemeliharaan.
Di sisi lain, ia mengaku ada kendala yang dihadapi di setiap jalur sepeda berupa padatnya kendaraan bermotor di sepanjang Jalan Dago. “Sekarang mungkin belum, tapi bisa jadi ada perubahan jalur (sepeda) karena di beberapa titik ada pergesekan dengan kemacetan biasanya pagi dan menjelang sore bubaran kantor,”ujarnya, saat ditemui di Kantor Kecamatan Coblong, Rabu (15/12/2021).
Dago yang sering bersolek dengan taburan duit APBD, juga menjadi jaur favorit bagi para pesepeda. Lewat jalur Dago, pesepeda dari Kota Bandung bisa menembus kawasan wisata Bandung utara, seperti Punclut hingga Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Tetapi terus bersoleknya Jalan Dago rupanya lebih untuk kendaraan bermesin saja, tidak bagi para pesepeda. Bahkan Dago dinilai sebagai jalur berbahaya bagi pecinta kendaraan gowes. Menurut Ketua Bike to Work (B2W) Bandung, Satya Adi Wasana, saat dihubungi BandungBergerak, Kamis (3/6/2021) lalu, hampir semua jalan di Kota Bandung termasuk rawan bagi pesepeda, termasuk Dago yang kategorinya paling rawan.
Seorang pesepeda yang juga warga Kota Bandung, Ardi Wilahuarta, mengatakan padatnya kendaraan di Dago membuat para pesepeda menjadi jarang melintas di kawasan tersebut. Sebagian pesepeda bahkan banyak yang menggunakan bahu jalan jika melintas karena tidak ada ruang yang cukup meskipun telah disediakan lintasannya.
“Ngelewat Dago kadang itu menantang untuk yang sepedahan soalnya kita sering gak kebagian ruang untuk pakai jalan kecuali kalau lagi Car Free Day atau pagi-pagi aja akhir pekan. Gak ngaruh-ngaruh amat ada atau enggak (jalur sepedah), mending atur dulu flow kendaraannya,” ungkapnya kepada Bandungbergerak.id di sekitar Dago, Selasa (14/12/2021).
Sementara itu, kondisi trotoar Jalan Dago tak seluruhnya mulus, beberapa kerusakan terjadi di beberapa titik area bagi pejalan kaki. Kerusakan ini tentunya tidak ramah bagi penyandang disibilitas. Suasana jalanan justru semakin tidak kondusif pada malam hari sebab banyak pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di bahu-bahu jalan.
Menurut Wawan Setiawan, pihaknya hingga saat ini sedang berupaya melakukan peremejaan serta perbaikan di sejumlah ruas Jalan Dago. Pemeliharaan itu bertujuan mengoptimalisasi keramahan kawasan Dago untuk seluruh elemen pengguna jalan, termasuk bagi para pejalan kaki, disabilitas, dan pesepeda.
Made with Visme Infographic Maker
Tender Miliaran Jalan Dago
Merujuk Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung, biaya pemeliharaan Jalan Dago kali ini ditenderkan dengan harga perkiraan sendiri (HPS) senilai 5,37 miliar Rupiah. Pemeliharaan akan dilakukan pada segmen Cikapayang hingga Simpang Dago.
Lelang di bawah satuan kerja Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung tersebut dibuka pada 30 April 2021 dan diikuti 113 peserta. Tender ini dimenangkan perusahaan Ariesta Karya yang berkantor di Jalan Kurdi Timur No, 23 Bandung, dengan nilai kontrak 3,8 miliar Rupiah.
Selain pemeliharaan jalan di kawasan Dago, LPSE Kota Bandung mencatat tiga tender serupa lainnya pada tanggal yang sama. Proyek perbaikan di area tersebut memiliki nilai kontrak sekitar 824 juta Rupiah. Tender ini diikuti oleh 135 peseta dan dimenangkan CV. Citra Raya yang alamat kantornya berlokasi sama dengan perusahaan pemenang tender Jalan Ir. H. Huanda, yaitu Ariesta Karya.
Saat Bandungbergerak.id pada Selasa (15/12/2021) menyambangi alamat tersebut, tidak ada kantor perusahaan yang dimaksud. Di sana berdiri rumah yang terpantau sepi, tidak tampak aktivitas sebagaimana kantor umumnya.
Pihak kecamatan mengaku tidak dapat mengklarifikasi temuan tersebut. “Bukan kami yang urus,” singkat Wawan.
Pada waktu yang sama, CV. Citra Raya memenangkan tender berjudul “Pemeliharaan Jalan Taman Citarum” dengan nilai kontrak sebesar 1,37 miliar Rupiah, dan “Pemeliharaan Jalan Bengawan” senilai lebih dari 1,36 miliar Rupiah.
Bandungbergerak.id telah menghubungi Kepala DPU Kota Bandung, Didi Ruswandi, pada Selasa (14/12/2021), namun belum mendapat tanggapan. Sementara nomor telepon Ariesta Karya yang beralamat sama dengan alamat CV. Citra Raya, yang dihubungi Kamis (16/12/2021), tidak aktif.
Baca Juga: Tender Ganjil Pembelajaran Daring Kota Bandung
Sungai Cikapayang: Dari Bau tak Sedap, Temuan Bakteri E. Coli, hingga Lelang Rp 8 Miliar
Di Puncak Pandemi, Pemkot Bandung Gulirkan Lelang Smart Camera Senilai 3 Miliar Rupiah
Banyak Jalan selain Dago
Dago adalah trademark bagi wajah parisiwasata Kota Bandung. Tak heran jika jalur ini terus bersolek dengan dihujani APBD. Sayangnya, jalan di Bandung yang membutuhkan perhatian bukan hanya Dago. Bahkan tidak sedikit jalan di Bandung yang kondisinya memprihatinkan, seperti tetangganya Jalan Dago, yaitu Jalan Suci yang membutuhkan perbaikan.
Belum lagi dengan jalan di pinggiran Bandung, seperti di kawasan Antapani dan Arcamanik yang memiliki banyak lubang. Salah satu ruas jalan utama dengan kepadatan kendaraan bermotor yang tinggi dan memiliki banyak kerusakan yakni Jalan Terusan Jakarta. Sampai saat ini, masih banyak jalanan berlubang dan kondisinya semakin berbahaya ketika hujan.
Ketua RT 07 yang termasuk ke dalam wilayah RW 03 Kelurahaan Antapani Kulon, Aat Priatna mengatakan, ruas jalan utama di kawasan tersebut seringkali membahayakan para pengguna kendaraan, khususnya motor. Sebab sejumlah lubang yang tersebar secara acak itu sulit terlihat saat air mulai menggenang dan sering terjadi kecelakaan tunggal.
“Yang perlu diperhatikan sekarang ya bahaya banjirnya, soalnya kalau sudah banjir lubang-lubang ini teh gak kelihatan. Palaur (berbahaya) kalau pakai motor pas hujan,” katanya saat disambangi di sekitar Jalan Kali Jati, Antapani Kulon.