• Berita
  • Sederet Jalan Rusak di Kota Bandung, Beberapa Titik Menyebabkan Kecelakaan Pemotor

Sederet Jalan Rusak di Kota Bandung, Beberapa Titik Menyebabkan Kecelakaan Pemotor

Pemerintah Kota Bandung disarankan membuat skala prioritas dalam melakukan pemeliharaan jalan. Beberapa jalan yang memicu kecelakaan agar segera diperbaiki.

Pengaspalan yang tipis membuat jalan mudah terkelupas, meninggalkan kerikil yang membahayakan pengguna jalan, Jumat (17/12/2021). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau17 Desember 2021


BandungBergerak.idPemeliharaan jalan di Kota Bandung tampak tidak merata. Jalan di pusat kota dan menjadi akses wisata lebih menjadi prioritas, seperti Jalan Dago (Ir. H. Djuanda) yang hingga kini terus dipoles dengan dana miliaran Rupiah. Sementara jalan lain, banyak yang cukup ditambal saja.

Di beberapa ruas jalan yang berlubang, bergelombang, dan gelap di malam hari bahkan sering menimbulkan kecelakaan. Pengamat transportasi menilai, korban kecelakaan sebenarnya bisa menuntut pemerintah. Selain itu, Pemkot Bandung sebagai pengelola kebijakan terkait infrastruktur di Bandung, mestinya bisa menentukan skala prioritas pemeliharaan jalan.

Terpantau ada banyak di Kota Bandung membutuhkan perbaikan segera, terlebih di musim hujan ini di mana jalan rusak akan semakin parah jika lama tidak diperbaiki. Sebut saja Jalan Karapitan, tepatnya di antara simpang Jalan Moch. Ramdan-Jalan Pungkur hingga 100 meteran kea rah Jalan Cikawao dan Jalan Karapitan.

Kondisi jalanan dari arah Karapitan mengarah ke Moch. Ramdan maupun sebaliknya, berkontur tidak rata. Bahkan terdapat lubang di beberapa titik dari kedua arah. Kondisi ini diperparah dengan kontur alami jalan yang menanjak dan menurun. Lalu lintas di jalur ini juga tinggi karena menghubungkan pusat kota dengan Bandung bagian pinggiran.

Salah satu pedagang es pisang ijo, Mukhlis (31), mengungkapkan ia sering menyaksikan bagaimana kecelakaan tunggal yang dialami pengendara roda dua. Kebanyakan pengendara nahas itu terjatuh dan menabrak trotoar seberang jalan yang kondisinya tak terurus.

Menurutnya, kecelakaan tunggal terutama sering terjadi pada malam hari karena kurang memadainya lampu penerangan jalan. Lampu jalan memang terdapat di pertigaan, namun cahayanya dinilai tidak merata.

“Sebulan ada kali 5 pengguna jalan yang jatuh. Kecelakaan tunggal, sering nabrak trotoar juga,” ungkapnya pria yang sudah berjualan di kawasan tersebut sejak tiga tahun lalu.

Menurut Mukhlis, sejak dirinya berjualan belum terlihat sekali pun perbaikan jalanan. Tambalan-tambalan jalan yang ada saat ini menurutnya sudah ada sejak tiga tahun lalu.

Salah satu pengguna jalan yang sering melintas di Jalan Karapitan, Ayu Nurasyifa Wirayati (25), menilai jalan tersebut berbahaya. Ia perlu berhati-hati jika melintas di sana mengingat kondisi jalan yang berlubang dan memiliki tikungan dari arah Jalan Moch. Ramdan dan Jalan Pungkur.

“Jalan sini tikungan, dari dua jalur ke satu jalur rada rentan,” ungkap Ayu.

Ia berharap jalan tersebut sudah waktunya dilapis dengan aspal baru. Jika dibiarkan, dikhawatirkan semakin membahayakan bagi pengguna jalan terutama pemilik roda dua.

“Jalan di mana pun juga, kalau ada yang bolong, perlu dilapis ulang, kalau yang ini di tengah ada yang bolong. Bahaya untuk pengguna roda dua,” ujarnya.

Tidak diketahui pasti kapan terakhir kali perbaikan atau pemeliharaan Jalan Karapitan dilakukan. Pada situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung, tidak ditemukan entri lelang dengan nama Jalan Karapitan. Adapun untuk Jalan Moch. Ramdan dan Jalan Pungkur, terdapat beberapa proyek yang dilelang, mulai dari peningkatan jalan dan penerangan jalan umum.

Baca Juga: Jalan Dago Kembali Bertabur APBD, Sementara Jalur Sepeda Menghilang
Tender Ganjil Pembelajaran Daring Kota Bandung

Rawan Kecelakan di Jalan Sancang

Kondisi serupa terlihat pula di sepanjang Jalan Sancang. Di sana kondisi jalannya bergerigi, berlubang dan diperparah dengan lampu penerang jalan yang tak begitu terang pada malam hari. Menurut warga, kecelakaan di Jalan Sancang terbilang sering, terutama di simpang Jalan Lodaya - Jalan Sancang.

Asep (45), penjual cimol yang berjualan sejak enam tahun lalu, mengatakan Jalanan Sancang belum benar-benar mengalami perbaikan, kecuali beberapa kali penambalan. “Sering ada tabrakan roda dua, di simpang sana (simpang Lodaya),” ungkapnya.

Pantauan Bandungbergerak.id, lampu penerang jalan di sana hanya ada dua buah di sisi jalan. Jalan Sancang menjadi jalan alternatif untuk masuk ke GOR Lodaya.

Lubang dan kondisi jalan yang bergelombang juga ditemukan tak jauh dari perempatan Jalan Lodaya dan Jalan Burangrang. Sepanjang lampu setopan sekitar 100 meter mengarah ke Jalan Gatot Subroto, tampak lubang-lubang menganga. Masih di sepanjang titik tersebut, kontur jalan tampak tak rata dengandan pinggirannya yang berlubang.

“Harusnya pinggir-pinggirnya juga diaspal, tapi hanya sebagian yang di satu titik yang ditambal,” ungkap salah satu pedagang kali lima (PKL), Anas. Menurutnya, jalan tersebut sebenarnyua baru ditambal, tetapi cepat sekali bolongnya.

Ajun (45), seorang PKL lainnya yang sudah 22 tahun berjualan di Jalan Lodaya, menuturkan bahwa terakhir kali jalan diaspal penuh terjadi pada 2014 lalu. Selebihnya, hanya ditambal seadanya. Ia mengatakan selama tiga bulan terakhir belum ada lagi penambalan.

Dua tahun sebelum pandemi, beberapa kali sempat terjadi kecelakaan tunggal sepeda motor yang jatuh karena menginjak lubang yang tak jauh dari tempat Ajun berjualan.

Tidak mudah memang mencari jalan mulus di sepanjang Jalan Lodaya. Bahkan beberapa lubang tampak hanya ditambal dengan kerikil. Ada pula aspal yang tipis sehingga mudah terkelupas ketika hujan lebat.

Kondisi memprihatinkan juga terjadi pada trotoar Jalan Lodaya yang memiliki banyak lubang bekas galian kabel yang tidak diperbaiki kembali. Banyak pejalan kaki hampir terjatuh terkena “jebakan” galian tersebut. Selain itu, secara umum trotoar Jalan Lodaya tidak memadai bagi para pejalan kaki.

“Kadang-kadang yang lewat suka kaget (hampir jatuh, karena lubang), yang jalan kaki,” ungkap Ajun.

Situs LPSE Kota Bandung juga tidak mencatat proyek terkait infrastruktur Jalan Sancang. Sementara pada 2 April 2015, tercatat ada lelang pemeliharaan PJU Jalan Lodaya (Jalan Burangrang – Jalan Pelajar Pejuang 45) dengan nilai pagu Rp 602.807.000.

Tidak adanya riwayat lelang di Jalan Karapitan maupun Jalan Sancang bisa jadi memang sudah lama kedua jalan ini belum mendapatkan perawatan.

Salah satu jalan di Bandung tampak tidak mulus dan bergelombang, Jumat (17/12/20121). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Salah satu jalan di Bandung tampak tidak mulus dan bergelombang, Jumat (17/12/20121). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Bisa Dituntut

Jalan-jalan di pusat kota memang sudah seharusnya mendapat perhatian lebih. Namun, tak semestinya jalanan lain di pinggiran kota menjadi terabaikan, kata pakar transportasi dari Intitut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono.

Terkait dengan jalan rusak, hal pertama yang harus dilakukan Pemerintah Kota Bandung adalah dengan memberikan rambu-rambu sebagai tanda waspada bagi pengguna jalan. Pemberian rambu ini penting selagi menunggu proses perbaikan.

Tetapi idealnya, jalan yang rusak harus menjadi prioritas perbaikan. Sebab tanpa segera diperbaiki, atau dipasang rambu, jalan tersebut beresiko menimbulkan korban kecelakaan. Akibat kecelakaan ini korban sebenarnya bisa melakukan penuntutan secara hukum dengan dasar UU Perlindungan Konsumen.

“Jalan rusak minimal dikasih rambu, karena kalau ada jalan rusak kemudian ada kecelakan di jalan rusak, pemerintah kota bisa dituntut, karena sudah ada UU Perlindunggan Konsumen. Sudah memungkinkan kalau ada jalan rusak kemudian terjadi kecelakaan itu bisa menuntut pemerintah,” ungkap Sony Sulaksono, kepada Bandungbergerak.id, melalui sambungan telepon.

Terkait dengan seringnya perbaikan Jalan Dago, menurut Sony Pemerintah sebaiknya memang perlu meihat skala prioritas. Sementara itu, Bandungbergerak.id telah mencoba mengonfirmasi perihal perbaikan jalan Dago, juga persoalan kerusakan jalan di beberapa ruas di Kota Bandung, kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Ruswandi. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada respons.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//