• Opini
  • Alasan Kuliah Tatap Muka Lebih Efektif bagi Mahasiswa

Alasan Kuliah Tatap Muka Lebih Efektif bagi Mahasiswa

Selama kuliah tatap muka, mahasiswa banyak menghadapi masalah teknis, sulit fokus. Hal ini tidak ditemukan pada saat pembelajaran tatap muka .

Xaviera Naftali

Mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Pembelajaran tatap muka terbatas sudah dilakukan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). (Humas Universitas Negeri Surabaya (Unesa))*

22 Januari 2022


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia sejak tahun 2020 telah mengubah segala aspek dan tatanan yang berlangsung di Indonesia. Aspek dan tatanan politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga pendidikan telah terjadi banyak perubahan. Terdapat beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya mencegah terjadinya penyebaran Covid-19, salah satunya adalah pada aspek pendidikan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makariem, menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar secara tatap muka tidak memungkinkan untuk dilaksanakan terkait dengan pandemi yang masih berlangsung. Maka dari itu, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi No.1 Tahun 2020 mengenai pencegahan penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan. Surat edaran tersebut berisi instruksi untuk mengubah sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau secara daring.

Walaupun pembelajaran luring dapat meningkatkan efektivitas belajar para mahasiswa (dimiringkan dari penulis), pemerintah tetap harus mengutamakan upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Dengan berlangsungnya kebijakan tersebut, para mahasiswa, pengajar, dan orang tua merasakan banyak perbedaan yang cukup signifikan. Beberapa perbedaan yang dirasakan di antaranya adalah penggunaan perangkat teknologi dengan jaringan internet untuk komunikasi dan mengikuti pembelajaran, waktu pembelajaran yang tidak terbatas, dan lokasi yang bebas di mana saja.

Perubahan sistem kuliah tatap muka (luring) menjadi daring atau jarak jauh membawa banyak dampak secara positif maupun negatif bagi para mahasiswa. Beberapa dampak negatifnya adalah mahasiswa menjadi kurang fokus terhadap materi yang disampaikan, aktivitas belajar yang kurang maksimal, dan kurangnya sosialisasi. Selama pembelajaran daring dilakukan, aktivitas-aktivitas yang memerlukan fasilitas kampus seperti laboratorium, auditorium, perpustakaan, dan sarana olahraga menjadi sulit dilakukan secara daring di rumah.

Selain itu, pembelajaran menyebabkan mahasiswa kurang fokus dalam menerima materi dari dosen yang mengajar. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kondisi atau lingkungan rumah yang kurang mendukung untuk belajar. Rumah yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai tempat beristirahat dan bersantai, sekarang menjadi tempat untuk beristirahat sekaligus beraktivitas. Namun demikian, pembelajaran secara daring juga memiliki dampak positif, yaitu penggunaan teknologi yang makin termaksimalkan.

Seiring berjalannya waktu, para pelajar maupun pengajar sudah mulai beradaptasi dan terbiasa dengan sistem pembelajaran daring. Para mahasiswa juga sudah mulai menganggap teknologi sebagai hal yang familier dan erat kaitannya dengan segala aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan secara daring menjadi tuntutan para mahasiswa untuk belajar dan menguasai penggunaan teknologi.

Mahasiswa yang pada awalnya gagap teknologi atau biasa disebut “gaptek” akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kendalanya tersebut sehingga pada akhirnya penggunaan teknologi menjadi hal yang mudah dikuasai. Aktivitas perkuliahan yang banyak menggunakan keahlian digital seperti edit video dan membuat poster digital dapat menjadikan dunia digital sebagai hal yang erat kaitannya dengan para mahasiswa.

Baca Juga: Peran Lulusan Matematika di Zaman Digital
Korean Wave, Bentuk Soft Power Diplomacy Korea Selatan di Indonesia
Stereotip Identitas Gender terhadap Pasar Fesyen Masa Kini

Kembali ke Kuliah Tatap Muka

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan penyebaran Covid-19 dalam aspek pendidikan dinilai sudah cukup berhasil. Dapat dilihat bahwa kasus Covid-19 terus menurun tiap harinya. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk membuka kembali sistem pembelajaran tatap muka atau pembelajaran secara luring. Pengamat pendidikan dari Universitas Brawijaya, Aulia Luqman Aziz, mengatakan bahwa dalam pembelajaran tatap muka terdapat nilai-nilai yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di lingkungan pendidikan seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral.

Selain itu, kuliah tatap muka dinilai membawa lebih banyak dampak positif dibandingkan secara daring. Beberapa di antaranya adalah komunikasi dan interaksi dengan sesama menjadi lebih mudah, proses pembelajaran menjadi lebih fokus dan efektif, dan juga kesehatan mental para mahasiswa lebih terjamin. Berdasarkan penilaian-penilaian tersebut, Mendikbud memutuskan untuk menyelenggarakan pembelajaran di perguruan tinggi pada tahun akademik 2021/2022 secara tatap muka terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran luring dapat meningkatkan efektivitas belajar para mahasiswa. Melalui pembelajaran daring yang sempat dilakukan selama pandemi, mahasiswa menjadi lebih erat hubungannya dengan penggunaan teknologi. Sehingga saat pembelajaran daring tidak lagi dilakukan, mahasiswa akan tetap hidup berdampingan dengan dunia digital.

Mahasiswa tetap akan menggunakan keahlian teknologinya di dalam aktivitas sehari-hari walaupun di dalam pembelajaran luring penggunaan teknologi tidak semaksimal pada pembelajaran daring. Proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif jika dilakukan secara luring yang disertai dengan pemanfaatan teknologi secara maksimal.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//