• Berita
  • Kota Bandung Menyiapkan Skenario Menghadapi Omicron

Kota Bandung Menyiapkan Skenario Menghadapi Omicron

Meninggalnya dua pasien omicron menandakan bahwa varian baru virus corona ini tak bisa dipandang sebelah mata.

Petugas tenaga kesehatan membawa pasien terkonfirmasi Covid-19 ke IGD khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, 13 Juni 2021. Para nekes rentan terpapar Covid-19. (Foto: Prima Mulia/bandungbergerak.id)

Penulis Emi La Palau25 Januari 2022


BandungBergerak.idPemerintah mengumumkan dua kasus kematian pertama yang disebabkan virus corona varian omicron. Adanya kasus kematian ini menjadi peringatan bahwa varian yang disebut-sebut memiliki gejala ringan itu nyatanya bisa menimbulkan kematian. Terlebih varian omicron memiliki daya tular yang lebih tinggi dibandingkan varian-varian sebelumnya.

Di Kota Bandung sendiri, telah ada 6 pasien yang terkonfirmasi positif varian omicron. Mereka di antaranya tenaga kesehatan, dan lainnya adalah tenaga adminstrasi. Dan Dinas Kesehatan Kota Bandung memastikan bahwa kasus omicron di Bandung berasal dari transmisi lokal. Karena dari kedua pasien awal yang tepapar, tidak ada yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara mengungkapkan kondisi warga yang terkonfirmasi varian omicron saat ini dalam kondisi baik. Salah satu di antaranya telah dinyatakan negatif, sementara lima pasien lainnya masih menjalani perawatan di pusat isolasi pemerintah provinsi, BPSDM Cihami. Sejak awal, mereka yang terpapar tanpa gejala atau OTG.

“Kan dua awalnya yang diketahui (terpapar omicron), kemudian keluarganya jadi 6 orang. Tidak ada riwayat perjalan luar negeri jadi patut diduga dari lokal,” terang Ahyani Raksanagara, kepada Bandungbergerak.id melalui sambungan telepon, Senin (24/1/2022).

Dinkes Kota Bandung telah melakukan pelacakan kontak (tracing) kepada keluarga yang terpapar omicron. Total ada 95 orang yang terlacak, kemudian ditemukan 5 orang terkonfirmasi positif Covid-19 melalui tes PCR, namun belum bisa dipastikan jenis variannya. Kini Dinkes masih menunggu hasil pemeriksaan whole genome secuencing (WGS) dari Labkesda Jabar.

Adapun langkah-langkah ke depan dalam menghadapi kemungkinan gelombang varian omicron di Kota Bandung, Ahyani menyatakan Pemerintah Kota Bandung telah mempersiapkan fasilitas kesehatan hingga tingkat kewilayahan (kecamatan). Pada prinsipnya, penanganan omicron sama dengan varian-varian lainnya, antara lain, isolasi bagi yang terkonfirmasi positif, lalu dilakukan pelacakan kontak 3T.

Mengenai persiapan fasilitas kesehatan (faskes), Pemkot Bandung telah mengeluarkan surat edaran agar seluruh faskes menghadapi kenaikan kasus. Persiapan lainnya, adalah menggenjot percepatan vaksinasi Covid-19.

Khusus di tingkat kewilayahan, para camat diminta untuk berjaga dan mempersiapkan tempat-tempat isolasi terpadu. “Jadi mudah-mudahan penyebaran tidak terlalu cepat, saya mohon juga masyarakat menahan diri, juga untuk melaksanakan prokes dengan disiplin,” tambah Ahyani.

Soal oksigen medis dan tempat-tempat isolasi, Ahyani mengungkapkan bahwa saat ini persiapannya masih cukup aman. Pihaknya setiap hari mendapat laporan terkait sediaan oksigen dari tiap rumah sakit.

Menurutnya, varian omicron memang memiliki gejala yang relatif ringan, sehingga pasien yang terkonfirmasi hanya membutuhkan isolasi di pusat kesehatan di tingkat kewilayahan atau di rumah jika memungkinkan.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Jumlah Kasus di Kota Bandung Naik hampir 4 Kali Lipat dalam Sepekan
Membandingkan Bahaya Varian Omicron dengan Delta
Bandung Mewaspadai Varian Omicron, dari Pembatasan Mobilitas hingga Vaksin Booster

Tak Meremehkan Omicron

Adanya dua pasien yang meninggal akibat omicron, masyarakat diminta untuk tidak meremehkan penyebaran mutan baru virus corona tersebut. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat, Eka Mulyana mengimbau masyarakat dan semua pihak untuk tidak menganggap enteng omicron. Tentu semua orang tidak menghendaki gelombang mematikan yang terjadi antara Juni dan Juli 2021 lalu.

Pada prinsipnya menurut Eka, penanganan Covid-19 baik omicron, delta, maupun lainnya, tetap memerlukan disiplin protokol kesehatan 5M seperti memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan seterusnya. Sehingga evaluasi terhadap pengetatan aktivitas di area publik mesti dilakukan dengan baik.

“Karena kita juga tahu, bahwa Covid-19 khususnya varian omicron adalah penyakit kerumunan. Jadi, tidak cukup hanya prokes masker saja, kita tahu bahwa prokes itu masker hanya salah satu, tapi M-m lainnya termasuk mencegah kerumunan,” ungkapnya, melalui sambungan telepon.

Selanjutnya, Eka meminta pemerintah dan semua pihak agar kembali memberlakuan work from home (WFH). Tak bisa lagi sepenuhnya menjalankan 100 persen bekerja di kantor. Lalu, diberlakukan pembatasan pada acara-acara pertemuan pribadi maupun institusi di gedung-gedung.

Eka menjelaskan bahwa semua pihak harus mewaspadai omicron transmisi lokal. Sebagaimana diketahui, dari dua kasus kematian akibat omicron, satu adalah pasien yang memiliki riwayat perjalan luar negeri, sementara satu lainnya adalah transmisi lokal.

“Artinya kita tidak bisa hanya fokus di pelaku perjalanan saja, tapi transmisi lokal di sekitar kita juga harus betul-betul dalam pengawasan karena semua unsur semua pihak betul-betul ikut terlibat,” ungkapnya.

Eka lantas menyoroti tentang 3T oleh pemerintah yang tak boleh kendur. Sedangkan masyarakat harus mengikuti vaksinasi Covid-19 dan menjalankan prokes ketat.

“Kita jangan menganggap enteng kepada omicron ini. Karena disampaikan gejalanya relatif lebih ringan daripada delta, tapi daya tularnya jauh lebih tinggi. Artinya kalau daya tular tinggi ini kasus omicron bisa meningkat tajam kalau tidak waspada,” ungkapnya.

Menurutnya, kasus kematian akibat omicron sudah terjadi dan tentunya harus dicegah agar jangan sampai bertambah lagi. Maka, pencegahan paling mudah adalah dengan taat prokes.

“Harus dilaksanakna dengan disiplin itu saja yang paling penting. Karena pencegahan lebih penting,” tandasnya.

Kesiapan RSHS

Semua fasilitas kesehatan di Bandung telah diimbau untuk terus bersiap menghadapi lonjakan kasus. Tak terkecuali rumah sakit. Salah satunya rumah sakit rujukan utama pesien Covid-19, yakni Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang telah menyiapkan skenario menghadapi lonjakan kasus.

Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum RSHS Bandung, Muhammad Kamaruzzaman mengungkapkan pihanya telah menyiapkan beberapa langkah, yaitu mengetatkan kembali skrining. Pihaknya telah meminta kepada masyarakat dan kewilayahan untuk melakukan skrining di pintu masuk RSHS, dan teruma bagi masyarakat yang memiliki riwayat bepergian ke luar negeri.

Di internal RSHS juga disiapkan kamar terpisah untuk pasien suspek yang diduga terkonfirmasi omicron. Pasein ini tidak akan disatukan dengan pasien suspek Covid-19 lainnya.

“Jadi terpisah, supaya kita bisa melacak pasien ini dengan mempertimbangkan WGS apabila ada kecurigaan yang sangat tinggi pada varian ini, walaupun setelah dideteksi nanti PCR-nya negatif tapi tetap kita punya suspek, ini kita lakukan pemisahan,” paparnya.

Selebihnya, RSHS akan menerapkan prokes ketat sesuai dengan rekomendasi WHO. Untuk keadaan darurat, IGD RSHS telah disiapkan. Kamaruzzaman mengatakan, pihaknya telah merancang tata letak ruangan dan alur pelayanan khusus untuk menangani pasien yang datang dengan suspek omicron. Hal ini juga pernah dilakukan pada pasien varian delta tahun lalu.

Sementara untuk kapasitas ruangan, formasinya masih sama seperti saat menghadapi lonjakan kasus pada pertengahan tahun lalu. Kapasitas ruang IGD dan isolasi yang disiapkan sanggup menampung 100 pasien. Selain itu, disiapkan tabung oksigen berjumlah 40 buah, oksigen konsentrator sebanyak 22 unit, dan peralatan lainnya. Untuk ambulans disipakan 2 driver yang bertugas melayani pasien ke ruang isolasi di Gedung Kemuning RSHS. Sementara petugas disiagakan 24 jam.

Nantinya, seluruh ruangan di Gedung Kemuning akan disiapkan sebagai ruang perawatan. Skenario berikutnya, jika jumlah pasien mencapai lebih dari 200 orang, RSHS juga masih memiliki ruang lainnya. Tentu dengan harapan, skenario terburuk ini tidak terjadi.

Mengenai penunjang, RSHS akan menyiagakan 25 petugas swab yang ditargetkan bisa melakukan 100 tes per hari. “Untuk obat, oksigen dan peti jenazah kita siapkan, stok 3 bulan segera kita lakukan bila kurang akan ditambah,” ungkapnya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//