• Cerita
  • Pembangunan Jalan Layang Ciroyom jangan Mengorbankan Kehidupan Warga

Pembangunan Jalan Layang Ciroyom jangan Mengorbankan Kehidupan Warga

Ada ratusan warga yang selama ini menggantungkan hidup dari berdagang di kawasan Jalan Arjuna dan Pasar Ciroyom akan terdampak proyek dadakan jalan layang Ciroyom.

Ely Ernawati (55), warga Jalan Arjuna RT 04 RW 04, Kel Husein Sastranegara, Kota Bandung, berharap ada kebijakan yang adil terkait pembangunan jalan layang Ciroyom. (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau18 Februari 2022


BandungBergerak.idEly Ernawati (55) resah sejak pejabat Pemerintah Kota Bandung bersama jajarannya mendatangi Jalan Arjuna dan sekitarnya, Selasa (15/2/2022). Kunjungan dadakan itu dilakukan untuk meninjau lokasi pembangunan flyover atau jalan layang Ciroyom yang akan dimulai dalam waktu dekat demi menyokong aktivasi megaproyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Bagi Ely, kabar rencana pembangunan Jalan Layang Ciroyom itu datang begitu tiba-tiba dan tentu saja membuat pikirannya tak tenang. Jika benar flyover dibangun, berarti bangunan rumah dan toko (ruko) miliknya yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu akan lenyap. Digusur.

Ely tumbuh dan besar di kawasan jalan Arjuna, tepatnya RT 04 RW 04, Kelurahan Husen Sastra Negara, Kota Bandung. Tanah dan rumah yang ditempatinya adalah rumah turun-temurun sejak kakeknya, turun ke orang tua Ely, dan akhirnya ke Ely dan adik-adiknya. Memang betul, tanah yang ditempatinya merupakan lahan pemerintah kota, tapi sang kakek sudah menempatinya sejak tahun 1930-an.

Pada 1987, untuk menyambung hidup, Ely mulai membuka usaha toko penjualan seragam dan perlengkapan TNI, dan juga alat luar ruangan (outdoor) lainnya. Memang di kawasan Jalan Arjuna ini, sebagian besar mata pencaharian warganya bergantung pada penjualan perlengkapan serajam TNI, alat-alat luar ruangan, dan juga besi atau alat-alat bengkel.

Ely menempati bangunan ruko seluas 3 meter dan memanjang 9 meter ke belakang. Ia tinggal bersama kurang lebih empat kepala keluarga (KK), yaitu keluarga Ely, Irfan, Asep, dan Rifki. Ely merupakan anak kedua dari 8 saudara. Di ruko itu pula, ia dan satu orang adiknya, Irfan, membuka usaha yang sama. Toko itu memang berada di kawasan cukup strategis di tepi Jalan Arjuna.

Ely adalah orang tua tunggal yang harus banting tulang mencari nafkah untuk membiayai anak-anaknya. Suaminya meninggal dunia pada 2016 silam. Ia memiliki empat orang anak, tiga di antaranya sudah menikah. Kini, ia menanggung satu anak bungsunya yang masih duduk di bangku kelas 1 SMK. Ketika pagebluk menghantam sejak tahun 2020 lalu, penjualannya juga terdampak. Namun ia terus bertahan, paling tidak berusaha untuk mendapat biaya makan sehari-hari, juga untuk biaya sekolah sang anak.

Kini, bayang-bayang penggusuran ada di depan mata. Ely tak tahu harus melakukan apa jika tempat usaha satu-satunya dan rumah miliknya akan tergusur. Dengan atau tanpa uang penggantian yang sepadan.

“Anak keempat baru SMK kelas 1, masih membiayai. Kan sekarang SMA nggak gratis, uang bangunan mahal, SPP mahal. Saya kalau nggak usaha mau dari mana. Sekarang misalkan nggak direlokasi, mau usaha di mana,” keluhnya kepada BandungBergerak.id, ketika ditemui di depan ruko miliknya, Kamis (17/2/2022).

Ely mencoba memahami bahwa proyek jalan layang Ciroyom tersebut merupakan proyek pemerintah. Tetapi ia juga meminta kebijakan agar pemerintah memperhatikan nasibnya dan para pedagang lainnya di Jalan Arjuna.

“Kan kalau misalkan hanya uang pesangon sedikit ngontrak paling sebulan. Kalau nggak usaha mau bayar lagi dari mana. Masa harus (tinggal) di luar jadi gelandangan?” ujarnya.

Tetangga Ely, Siti Marpuah (55), warga RT 05 RW 04 Kelurahan Husein, juga resah dengan adanya kunjungan dadakan para pejabat Pemkot Bandung. Siti mengaku belum mengetahui informasinya secara resmi dari perangkat kewilayahan. Namun, ia sudah mendengar desas-desus bahwa kawasan tempatnya berjualan masuk dalam peta pembangunan jalan layang Ciroyom.

Sama dengan Ely, Siti memiliki dua bangunan toko semi permanen yang dipakai menjual seragam dan perlengkapan TNI. Ia juga sudah puluhan tahun berjualan. Satu hal yang ia harapkan, jika benar nanti ada pembongkaran, ia memiliki keinginan agar pedagang direlokasi. Diberikan kembali tempat usaha kembali.

“Kalau benar dibongkar, keinginan mah dialokasikan (direlokasi), bisa usaha lagi, kalaupun nggak bisa ya kita minta penggantian yang sesuai yang sepadan,” ucapnya.

Baca Juga: Memfilter Dampak Negatif Pembangunan Metropolitan Rebana Subang
Pembangunan di Jawa Barat tidak Ramah Lingkungan
Pameran Foto Kisah Senyap, dari Penggusuran Tamansari hingga Kerusakan Sungai di Papua

Jalan Arjuna, Kota Bandung, akan terdampak pembangunan jalan layang Ciroyom. (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Jalan Arjuna, Kota Bandung, akan terdampak pembangunan jalan layang Ciroyom. (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Proyek Dadakan tanpa Sosialisasi

Flyover Ciroyom direncakan akan dibangun sepanjang 700 meter dengan model berputar dari arah kawasan Jalan Arjuna ke Ciroyom. Imbasnya, ratusan kios pedagang pasar dan rumah warga akan terdampak penggusuran.

Dalam peta perencanaan pembangunan, akan ada dua kelurahan yang terkena dampak. Kelurahan Ciroyom, yang masuk dalam peta sementara adalah RW 8, RW 9 dan RW 4. Lalu, ada Kelurahan Husein Sastra Negara, yakni RW 04.

Di sepanjang kawasan Ciroyom ada ratusan pedagang, mulai dari pedagang pisang, beras, pedagang ayam potong, pedagang besi, hingga las. Sementara di RW 04 Kelurahan Husein sepanjang jalan Arjuna, berjejer toko-toko semi permanen yang menjajakan alat-alat baju seragam TNI dan kegiatan luar ruangan. Ada juga beberapa toko dan rumah tinggal yang sedang dibangun.

Salah satu pedagang pisang di kawasan Pasar Ciroyom, Ujang Nurjaman (32), mengaku belum mendengar secara resmi rencana pembangunan flyover Ciroyom. Namun, ketika Pemkot bersama jajarannya datang ke area lokasi, ia sempat melihatnya.

Ujang sudah berjualan sejak tahun 2013. Saat ini ia menumpang di lapak saudaranya yang sudah berjualan sejak tahun 2006 di kawasan pasar itu.

“Harapannya dari pemerintah diganti rugi, dikasih tempat untuk jualan lagi,” ungkap Ujang.

Harapan serupa disampaikan Pipin (30), penjual minuman kemasan, yang berjualan sudah sejak tahun 2015. Mendengar adanya rencana pembongkaran, ia hanya bisa pasarah. Namun, ia berharap agar tidak menganggur ketika pembongkaran nanti terjadi. Ia ingin bisa tetap berjualan untuk membiayai istri dan dua orang anaknya.

“Kalau pedagang pasar dipindah lagi ke pasar, maunya gitu. Harapannya bisa ditempatin lebih layak ke belakang di pasar induk,” kata Pipin.  

Ketua RW 04 Kelurahan Ciroyom, Warsino Haryo mengatakan di RW 04 yang paling terkena dampak pembangunan jalan layang Ciroyom adalah beberapa pedagang yang merupakan pendatang. Namun, ia juga berharap agar pemerintah kota betul-betul mencari solusinya bagi mereka.

Diselmatin ya, gini tatkala kita mau direlokasi kan kita harus cari tempat, cuma kan untuk saat ini di Ciroyom itu sudah nggak ada tempat. Makanya pemerintah harus mau untuk berdialog dengan pedagang, dengan kami sebagai pimpinan warga di sini, dari kelurahan, semua harus kerja sama,” ungkap Warsino Haryo.

Ketika dikonfirmasi mengenai apakah sudah dilakukan sosialisasi kepada warga, Warsino mengungkapkan bahwa sampai saat ini memang belum ada upaya sosialisasi resmi. Pihaknya juga masih mengunggu pimpinan kewilayahan, yakni lurah dan jajaran lainnya.

Lurah Ciroyom, Moch. Agus Firmansyara, mengungkapkan ada sekitar 200-an warganya yang akan terkena dampak pembangunan jalan layang Ciroyom. Pihaknya masih menunggu kejelasan dari konsultan pemerintah yang akan memulai pembangunan. Data jumlah warga terdampak masih perlu dipastikan lagi.

Selain itu, Agus mengatakan bahwa sosialisasi resmi memang belum dilakukan kepada warga. Ia beralasan, pihaknya masih menunggu denah pasti dari pemerintah. Ketika sudah final, barulah ia akan menyosialisasikan secara resmi.

“Kami masih menunggu para konsultan yang punya tugas dalam hal ini terkait dengan mapping, juga terkait penginventarisiran warga masyarakat yang akan terdampak secara detail. Masih menunggu, kalau sosialisasi setelah kita dapatkan keakuratan warga masyarakat secara pasti yang akan teradampak, baik secara aktif maupun secara pasif,” paparnya, ketika ditemui di kantornya.

Agus membenarkan, sebagian besar lahan yang ditempati warganya adalah milik PT. KAI. Warga sebagian hanya menumpang untuk berdagang. Ia juga mengakui, bahwa informasi adanya rencana proyek pembanguanan flyover Ciroyom ini mendadak.

Jalan Arjuna, Kota Bandung, akan terdampak pembangunan jalan layang Ciroyom. (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Jalan Arjuna, Kota Bandung, akan terdampak pembangunan jalan layang Ciroyom. (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Ambisi Proyek Strategi Nasional jangan Korbankan Rakyat Kecil

Irfan Saepurohman (40), salah satu pedagang di Jalan Arjuna, mengaku kaget mengdengar informasi rencana pembangunan jalan layang Ciroyom. Ia mempertanyakan mengapa sampai saat ini tak ada informasi resmi dari pemerintah Kota Bandung.

Irfan mendapat informasi pembanguanan dari internet. Menurutnya pembangunan ini terkesan mendadak, lalu warga yang akan dikorbankan. Apalagi di tengah pandemi, kondisi ekonomi warga sedang hancur-hancurnya.

“Sebetulnya kalau memang pemerintah buat masyarkat, jadi jangan sampai gini. Ini flyover untuk kepentingan masyarakat banyak tapi jangan sampai masyarakat kecil kayak kita dikorbanin. Jadi harus win win solution,” ungkapnya.

Posisi warga terdampak saat ini menanggung beban berlipat-lipat. Sudah terdampak pandemi, ekonomi sedang rapuh, dan akan dihajar lagi dengan pembangunan flyover. Irfan pun berharap ada dialog yang baik dengan warga.

“Iya, jangan sampai orang-orang marahlah. Kita tuh lagi Covid, usaha lagi susah, lagi lapar. Jangan sampai kita lagi ekonomi gini, dipaksakan akhirnya, negara sama masyarakat jadi gontok-gontokan,” katanya.

Di lain pihak, Ketua RW 04 Kelurahan Husein, Aep Rohaepi mengungkapkan bahwa sebagian besar dari warga terdampak yang berjumlah sekitar 1.000 KK tersebut tinggal di RT 04, RT 05, dan RT 06. Hampir 90 persen warganya menggantungkan hidup dengan berjualan seragam TNI dan sejenisnya. Juga dari usaha menjual alat-alat las dan bengkel.

Dari informasi dadakan yang diterima Aep, diketahui ada lahan sektiar 20 meter dari bahu jalan yang akan diambil untuk proyek. Otomatis toko-toko jualan warga akan terkena dampak. Ia juga menyayangkan hingga saat ini Pemkot Bandung belum menyampaikan sosialisasi.

“Nah justru, ini informasinya nggak ada pemberitahuan sama sekali, kok dengan tiba-tiba. Bahkan saya juga pada saat itu ngak ada. Kemarin dari bu RT telepon bahwa ada tim survei dari pihak Sekda. Bahkan menurut pihak Lurah juga, dari kelurahan nggak ada informasi,” ungkapnya.

Sebagai bagian dari petugas kewilayahan, Aep tak bisa menolak pembangunan flyover Ciroyom. Namun, ia berharap hak-hak warganya bisa tetap dipenuhi.

“Tapi keinginan masyarakat ya kalau dulu kita tinggal di sana udah berpuluh tahun, minimal ada yang setimpal penggantiannya. Yang tadinya punya rumah ya punya rumah lagi. Yang sesuai saja,” katanya.

Kunjungan pejabat Pemkot Bandung yang dinilai mendadak itu terjadi Selasa (15/2/2022), yang terdiri dari Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna, tim Direktorat Jenderal Perkerataapian (DJKA) Kementerian Perhubungan Provinsi Jawa Barat, dan satuan kerja perangkat daerah terkait. Kedatangan mereka untuk meninjau kawasan yang akan dibangun flyover Ciroyom.

Pembangunan jalan layang Ciroyom tersebut dibutuhkan untuk melengkapi kelancaran rute Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Menurut Ema, pemerintah dan masyarakat perlu berkomitmen bersama untuk mencari solusi terbaik atas kendala-kendala yang akan terjadi di kemudian hari.

"Ada beberapa area yang harus kita bebaskan lahannya. Tapi, seperti yang kita lihat ya di sana, banyak masyarakat yang melakukan aktivitas usaha, ada juga rumah-rumah warga. Ini harus kita pastikan dulu skema relokasinya seperti apa. Jangan sampai masyarakat itu dirugikan," tegas Ema, melalui siaran pers.

Ema mengaku telah mengarahkan para camat dan lurah agar mendata jumlah warga yang terkena dampak pembangunan flyover Ciroyom. Mulai dari jenis usaha hingga jumlah rumah legal yang terdampak.

"Proses negosiasi ini yang harus dilakukan. Harus ada komitmen bersama karena ini berbicara tentang manfaat dan kepentingan jangka panjang. Jangan sampai kita menyelesaikan masalah dengan masalah," ujarnya.

Kepala Divisi Perencanaan DJKA Kemenhub Provinsi Jabar, Ari Yudanto memaparkan, flyover Ciroyom akan dibangun mulai tahun 2022 dan ditargetkan selesai pada 2023. Meski terkesan mendadak, menurut Ari, pembangunan flyover ini perlu dilakukan untuk menunjang alur waktu aktivasi Kereta Cepat Jakarta Bandung.

"Sebab, KCJB akan diuji coba pada November nanti. Sedangkan, untuk target penggunaan operasional publiknya akan dilakukan pada Juni 2023. Maka, flyover ini memang perlu kita garap sesegera mungkin," imbuhnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//