• Kampus
  • Menimba Inspirasi dari Ramadhan dan Maziyah

Menimba Inspirasi dari Ramadhan dan Maziyah

Ramadhan Nugraha, mahasiswa penyandang disabilitas tuna rungu yang menggeluti fisika. Maziyah Sakinah mahasiswi Unpad yang lulus SNMPTN di usia 15 tahun.

Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro FMIPA Universitas Padjadjaran Ramadhan Nugraha. (Foto: Unpad)*

Penulis Iman Herdiana8 April 2022


BandungBergerak.idRamadhan Nugraha dan Maziyah Sakinah merupakan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Padjadjaran (Unpad) yang penuh motivasi. Ramadhan tercatat sebagai salah satu mahasiswa disabilitas yang studi di Teknik Elektro Fakultas MIPA Unpad. Maziyah merupakan mahasiswi yang baru berusia 15 tahun saat diterima melalui jalur SNMPTN 2022.

Bagi Ramadhan atau akrab disapa Dhani, keterbatasan fisik tidak lantas membuat putus asa. Pria 21 tahun ini memiliki mimpi besar untuk menciptakan alat yang mampu membantu penyandang disabilitas.

Kesukaannya pada ilmu fisika berhasil membawanya lolos menjadi mahasiswa Teknik Elektro Unpad pada 2020 silam. Hal ini tidak lepas dari dukungan orang tua dan arahan guru waktu SMA-nya yang menyarankan untuk mengambil program studi tersebut.

“Waktu SMA tidak semua pelajaran saya bisa. Ada beberapa yang hasilnya bagus. Saya konsultasi sama guru. Ternyata guru kasih tahu kalau saya bisa mengambil fisika atau elektro. Saya pilih Teknik Elektro Unpad dan alhamdulillah keterima,” kata mahasiswa penyandang tuna rungu ini, diterjemahkan ibunya Winni Agustiani, dikutip dari laman resmi Unpad, Jumat (7/4/2022).

Bagi Dhani, fisika merupakan ilmu yang mudah dipahami. Ia juga menaruh ketertarikan pada robotika. Menginjak masa kuliah, aktivitas penelitian merupakan aktivitas yang paling disukainya. Karena itu, tidak heran jika mimpinya adalah ingin menjadi penemu dan menciptakan alat berguna bagi banyak orang, khususnya bagi penyandang disabilitas.

“Dari kecil saya ingin sekali membuat mobil terbang hingga mengembangkan pembangkit listrik dari energi berbeda dengan yang ada saat ini. Intinya ingin membuat yang dibutuhkan orang di masa depan,” tuturnya.

Kendati berhasil diterima di Prodi Teknik Elektro, Dhani sempat khawatir bagaimana menjalin komunikasi dengan dosen maupun teman-temannya. Keterbatasan pendengaran dan wicara menjadi penghambatnya kala itu.

Sang ayah, Teguh Husodo, mencoba berbicara dengan pimpinan Prodi Teknik Elektro Unpad saat itu. Gayung bersambut, Prodi Teknik Elektro Unpad menyatakan siap menerima dan melakukan pendampingan akademik terhadap Dhani.

“Dhani punya teman yang baik, bahkan sering main ke rumah. Seluruh kakak angkatannya juga baik,” terang Teguh yang juga dosen di Departemen Biologi FMIPA Unpad.

Pandemi Covid-19 justru menunjangnya berkuliah. Pasalnya, metode pembelajaran daring memudahkan Dhani untuk menangkap materi yang disampaikan dosen. Berbekal perangkat dan aplikasi yang mampu menerjemahkan suara ke teks membuat Dhani lebih mudah memahami materi kuliah.

Selain kemampuan akademik yang moncer, Dhani juga memiliki hobi fotografi. Hobi tersebut berhasil menorehkan prestasi. Salah satunya adalah juara pertama Kompetisi Fotografi Disabilitas yang diselenggarakan pada 2018 silam. Keterbatasan bukanlah penghalang bagi Dhani untuk mengejar mimpinya.

Ada banyak anak berkebutuhan khusus serupa yang memiliki potensi dan mimpi besar yang siap diwujudkan. Karena itu, Dhani berharap perguruan tinggi, termasuk Unpad, dapat lebih banyak menerima mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik.

“Berharap Unpad bisa menerima lebih banyak anak-anak disabilitas dan Unpad mampu memahami bahwa kebutuhan mereka untuk bisa sekolah lebih lanjut,” kata Dhani.

Baca Juga: SUARA SETARA: Ilusi Bandung Kota Ramah Anak
Kota Bandung Darurat Kepala Sekolah
SURAT DARI TAIWAN #1: Puasa Pertama di Negeri Formosa

Maziyah Sakinah diterima Unpad melalui jalur SNMPTN tahun 2022 dalam usianya 15 tahun 11 bulan. (Foto: Unpad)
Maziyah Sakinah diterima Unpad melalui jalur SNMPTN tahun 2022 dalam usianya 15 tahun 11 bulan. (Foto: Unpad)

Maziyah Lulus SNMPTN dalam Usia 15 Tahun

Inspirasi lain datang dari Maziyah Sakinah yang diterima Unpad melalui jalur SNMPTN tahun 2022. Usianya masih sangat muda, 15 tahun 11 bulan. Ia diterima di Prodi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad.

Maziyah mengaku hanya ia yang lolos SNMPTN di sekolahnya, SMA Islam Assyafi’iyah 02, Bekasi. “Awalnya ragu waktu mau buka pengumuman, karena di sekolah sudah banyak yang tidak diterima,” kata perempuan yang akrab disapa May.

May memilih Prodi Teknik Pertanian Unpad sebagai pilihan pertama dalam SNMPTN. Baginya, Prodi Teknik Pertanian memiliki prospek yang luas. Ia juga tertarik dengan materi yang dipelajari di prodi tersebut. “Sudah riset banyak, pas lihat studinya saya sangat tertarik,” imbuhnya.

Bisa masuk perguruan tinggi di usia yang masih belia tak lepas dari jenjang pendidikan yang dijalaninya. May mulai sekolah Taman Kanak-Kanak pada usia 3 tahun. Selanjutnya pada usia 4 tahun, ia sudah masuk Sekolah Dasar.

Kendati terbilang dini, May dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini ia tunjukkan dengan keberhasilan meraih peringkat satu sejak kelas 1 hingga kelas 6. Bahkan karena kemampuan akademiknya yang baik, sejak duduk di kelas 4, ia sudah ditawari gurunya untuk mengikuti akselerasi dan diperbolehkan langsung mengikuti Ujian Nasional. Namun May memilih tetap melanjutkan sekolah sesuai tahapan.

Tawaran akselerasi juga diterima ketika duduk di bangku SMP. Sekali lagi, ia memilih untuk menempuh pendidikan dengan waktu normal. Di bangku SMP hingga SMA, dia terus menduduki peringkat pertama. Selain prestasi akademik, ia juga menjuarai beberapa lomba da’iyah di tingkat Jabodetabek.

Menjadi dai’yah adalah satu satu keinginan dari May. Peserta KIP Kuliah Selain lulus SNMPTN, May juga tercatat sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP K). Program ini menjadi upaya untuk mendukung May bisa berkuliah di perguruan tinggi.

May mengakui kondisi finansial keluarganya tidak bisa dibilang cukup. Namun, hal ini memotivasi dia untuk terus berprestasi agar dapat memperoleh beasiswa, termasuk ketika mendaftar ke perguruan tinggi.

“Aku berupaya jangan sampai prestasi turun, biar terus-terusan dapat beasiswa dan meringankan beban orang tua. Karena nanti kalau kuliah pasti bakal banyak pengeluaran,” terangnya.

Ia sempat ragu dan berpikir berkali-kali saat akan mendaftar SNMPTN. Namun, ibunya terus mendukung dan menguatkan langkah May untuk mendaftar. Dukungan ini yang membuat May yakin untuk mengurus pendaftaran SNMPTN.

Pascadinyatakan diterima di Unpad, May optimistis untuk bisa menyelesaikan studinya dengan baik. Tidak hanya berprestasi kepada akademik, May pun mantap untuk aktif di organisasi kemahasiswaan. “Semoga saya tidak mengecewakan dan masih bisa berprestasi,” pungkasnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//