• Liputan Khusus
  • JELAJAH KUBURAN-KUBURAN DI BANDUNG (4): Ereveld Pandu, Makam Penghormatan Korban Perang Dunia Kedua

JELAJAH KUBURAN-KUBURAN DI BANDUNG (4): Ereveld Pandu, Makam Penghormatan Korban Perang Dunia Kedua

Ereveld Pandu kerap dikunjungi komunitas pecinta sejarah, selain keluarga korban Perang Dunia Kedua dari dalam maupun luar negeri.

Monumen KNIL di Ereveld Pandu, Makam Kehormatan Belanda di Bandung, Senin (7/3/2022). Dari 7 ereveld yang ada di Indonesia, hanya ada satu Monumen KNIL di Ereveld Pandu. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman9 April 2022


BandungBergerak.id – Gunung Tangkuban Parahu menjadi latar kompleks permakaman yang didominasi oleh hamparan rerumputan hijau dengan beribu nisan yang tertancap di dalamnya. Tempat seluas lebih dari dua hektare ini menjadi tempat peristirahatan terkahir bagi para korban Perang Dunia Kedua periode 1940-an hingga penyerahan Papua pada 1962.

Kompleks permakaman yang terletak di Pamoyanan, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung tersebut bernama Ereveld Pandu. Permakaman ini bisa dibilang masih satu wilayah dengan Tempat Permakaman Umum (TPU) Pandu, permakaman umum untuk warga Bandung.

Ereveld Pandu terletak di tengah-tengah TPU Pandu. Jarak gerbang Ereveld Pandu dari kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPU Pandu sekitar 300 meter mengarah ke utara. Sehingga pemandangan Gunung Tangkuban Parahu terlihat cukup jelas di kejauhan, jika langit sedang biru.

Berbeda dengan kompleks permakaman lainnya yang ada di Kota Bandung, ereveld atau makam penghormatan merupakan kompleks permakaman yang dikelola oleh yayasan permakaman dari Belanda, yaitu Oorlogs Graven Stichting (OGS). Di Indonesia, OGS telah mengelola puluhan ribu makam yang tertampung dalam tujuh ereveld.

Meski dikelola oleh yayasan Belanda, Direktur Ereveld Pandu, Eveline C. de Vink menjelaskan bahwa tanah tersebut bukan milik Belanda.

Awalnya pengelolaan makam penghormatan tersebut dikelola oleh OGS dan dibantu oleh bagian militer dari pihak Belanda, sekaligus untuk melakukan identifikasi korban agar sesuai dengan kriteria orang yang berhak dimakamkan di ereveld. Namun pada tahun 1952, pengelolaan permakaman tersebut hanya dikelola oleh OGS sendiri, sementara identifikasi korban masih dibantu oleh pihak Belanda.

Eveline menjelaskan awalnya yang menginisiasi berdirinya ereveld adalah seorang yang bernama Van Latoy. Ide ini didapatkan Van Latoy ketika mengetahui negara Inggris dan Prancis memiliki makam penghormatan sendiri.

“Awalnya seorang yang bernama Van Latoy, dia melihat makam penghormatan Inggris dan Prancis dari Perang Dunia Pertama. Belanda waktu dulu belum punya makam penghormatan, dan baru setelah Perang Dunia Kedua dia berpikir kalau makam penghormatan Inggris dan Prancis merupakan contoh yang bagus bagi Belanda. Jadi makam penghormatan ada di Belanda dan ada juga di Indonesia,” jelas Eveline, kepada BandungBergerak.id, Minggu (03/06/2022).

Eveline menyebut sebelumnya terdapat 22 ereveld yang tersebar di beberapa pulau. Namun setelah melakukan perundingan dan perjanjian dengan pemerintahan Indonesia, kemudian ereveld ditentukan menjadi tujuh permakaman yang dipusatkan di Pulau Jawa.

Sementara ereveld yang berada di luar pulau Jawa semuanya dialihkan ke ereveld yang terdapat di pulau Jawa. Kasus pemindahan makam ini dialami Eveline sendiri pada makam kakeknya yang dimakamkan di Payak Kumbu, dekat Bukittinggi. Karena ereveld sudah dipusatkan di Pulau Jawa, maka makam kakek Eveline dipindahkan ke Ereveld Leuwigajah.

“Waktu itu ada 22 makam penghormatan Belanda di Indonesia, namun sekarang tinggal menyisakan tujuh lokasi. Pengurangan tersebut diminta oleh pemerintah Indonesia karena dirasa terlalu banyak, maka disepakati sebanyak 7 makam yang terpusat di Pulau Jawa,” ungkap Eveline.

Ereveld Pandu merupakan salah satu permakaman di antara tujuh makam penghormatan bagi korban Perang Dunia Kedua lainnya. Ketujuh ereveld yang tersebar di Pulau Jawa tersebut di antaranya terdapat dua ereveld di Jakarta yaitu Ereveld Menteng Pulo dan Ereveld Ancol, kemudian terdapat Ereveld Pandu di Kota Bandung dan Ereveld Leuwigajah di Cimahi.

Ada juga dua ereveld di Semarang, Jawa Tengah, yaitu Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi. Kemudian yang terakhir ada Ereveld Kembang Kuning yang terletak di Surabaya, Jawa Timur.

Hingga saat ini, ketujuh ereveld tersebut masih sangat terawat dan terkelola dengan baik, khususnya Ereveld Pandu. Tercatat juga sebanyak ribuan tamu dari berbagai kalangan telah mengunjungi Ereveld Pandu setiap tahunnya. Eveline berharap setiap kunjungan ke ereveld dapat memberikan wawasan baru.

Baca Juga: JELAJAH KUBURAN-KUBURAN DI BANDUNG (1): Permakaman sebagai Media Literasi
JELAJAH KUBURAN-KUBURAN DI BANDUNG (2): Dari Banceuy ke Pajajaran
JELAJAH KUBURAN-KUBURAN DI BANDUNG (3): Nilai Sejarah dan Masalah di TPU Pandu

Kompleks permakaman di Ereveld Pandu, Makam Kehormatan Belanda di Bandung, Senin (7/3/2022). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Kompleks permakaman di Ereveld Pandu, Makam Kehormatan Belanda di Bandung, Senin (7/3/2022). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Ereveld Pandu untuk Orang Belanda dan Indonesia

Ereveld Pandu usianya lebih muda dari TPU Pandu. Ereveld Pandu didirikan pada tahun 7 Maret 1948. Mereka yang menjadi korban Perang Dunia Kedua, baik dari pihak militer dan sipil dari pihak Belanda dan Indonesia, berhak dimakamkan di ereveld, salah satunya di Ereveld Pandu.

Eveline menjelaskan orang yang berhak dimakamkan di sini memiliki kategori tertentu dan mesti melalui tahap identifikasi terlebih dahulu yang dilakukan oleh pihak berwenang.

“Kalau kategorinya seperti korban perang pada periode PD II sampai penyerahan Papua Nugini. Kemudian harus ada badan atau tulang. Seperti kalau orang yang meninggal karena tenggelam dan tidak ditemukan jasadnya maka tidak ada makam di sini namun nama-nama mereka tertulis di dalam buku spesial di Belanda tapi tidak ada makam,” tutur Eveline.

Hingga saat ini Ereveld Pandu sudah mendata terdapat sebanyak 3.914 korban perang dengan 3.835 tanda makam. Sejumlah makam tersebut kemudian dibagi ke dalam delapan blok, di antaranya blok tiga untuk anak-anak, blok tujuh untuk muslim, dan sisanya campuran.

Bentuk tanda makam yang ada di Ereveld Pandu pun dibedakan menjadi enam bentuk tanda makam, di antaranya terdapat tanda makam untuk yang beragama Islam, Kristen Laki-laki, Kristen Perempuan, Yahudi, Budha, dan Massal.

Opsiter atau pengawas Ereveld Pandu, Dicky, menjelaskan bahwa korban perang tersebut masih dapat ditemukan, sehingga jumlah makam di Ereveld Pandu atau di ereveld lainnya dapat bertambah. Akan tetapi mesti memenuhi kriteria orang yang berhak dimakamkan di ereveld.

“Tanah makam juga masih ada memiliki space dan kadang-kadang masih ada yang ditemukan, terkahir ditemukan sekitar tahun 90-an. Kemudian apabila ditemukan kembali jasad korban perang dan harus memenuhi syarat identifikasi. Maka ada kemungkinan bisa ditampung di ereveld,” tutur Dicky.

Ereveld Pandu memiliki empat monumen makam yang menjadi ciri khasnya. Dicky menjelaskan di antara empat monumen tersebut ada monumen umum dengan ciri terdapat empat pilar dengan dua makam di depannya, monumen ini dapat ditemukan di bagian depan dan sering digunakan sebagai tempat upacara. Monumen ini ada di setiap ereveld. Ini monument pertama.

Kedua, terdapat monumen KNIL yang merupakan replika asli pakaian dinas lapangan KNIL yang dibawa langsung dari Belanda. Dicky meyakinkan bahwa monumen ini hanya ada di Ereveld Pandu.

Ketiga, monumen Padalarang yang didedikasikan untuk sejumlah seniman musik Belanda yang meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat di daerah Padalarang pada tahun 1948.

Keempat, monumen Tjiater Stelling yang dibangun sebagai bentuk penghormatan terhadap korban perang yang gugur ketika melawan Jepang di daerah Ciater.

Dicky menerangkan bahwa semua bagian permakaman di Ereveld Pandu, seperti tanda makam, monumen, rerumputan, hingga berbagai tanaman mendapat perawatan yang intensif. Setidaknya terdapat dua kali dalam sebulan untuk membersihkan semua tanda makam, dan dalam setiap minggunya perawatan rumput dan tanaman secara intensif dilakukan.

“Perawatan Ereveld kami lakukan secara rutin. Selain itu tanda makam sudah pakai beton dan cat khusus, dan juga selalu mengadakan pergantian bila mana ada tanda makam yang sudah rusak atau cat yang sudah rusak, karena kita out door jadi kita selalu ganti apabila ada yang rusak dan sebisa mungkin dalam kondisi prima. Jadi apabila ada keluarganya datang ke sini, mereka akan terhibur jauh-jauh dari Belanda datang ke sini makamnya sudah rapi,” jelas Dicky

Ereveld Pandu sebagai Destinasi Wisata Sejarah

Kegiatan di Ereveld Pandu tidak selalu prosesi memakamkan atau perawatan makam. Di sana juga terdapat kegiatan upacara-upacara untuk memperingati satu event tertentu. Sejumlah kegiatan di Ereveld Pandu tersebut menjadi keunikan tersendiri.

“Uniknya di sini ada upacara untuk hari Pahlawan, kegiatannya upacara di Ereveld Pandu dan kunjungan ke makam pahlawan. Jadi kita respect juga terhadap korban perang dari Indonesia,” katanya.

Ada juga upacara Anzak Day pada 25 April, peringatan 4 Mei sebagai hari Perang Dunia di Eropa, 15 Agustus hari akhir Perang Dunia Kedua di Asia, ada Malam Hening pada 23 Desember, dan upacara lainnya.

Perjalanan panjang Ereveld Pandu dan tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana membuat kompleks permakaman tersebut memiliki nilai sejarah yang cukup kuat. Hal tersebut mengundang para pemerhati sejarah, pecinta sejarah, dan berbagai kalangan lainnya untuk mengunjungi Ereveld Pandu.

Tidak jarang juga berbagai komunitas menyelenggarakan kegiatan di Ereveld Pandu. Seperti kegiatan Pameran Foto yang baru-baru ini digelar oleh Mataholang dalam memperingati pendirian Ereveld Pandu pada 7 Maret.

Tak jarang berbagai komunitas menyediakan tour guide terkait sejarah Ereveld Pandu dan sejarah yang berkaitan dengannya.

Eveline dan Dicky berharap berbagai kegiatan yang diadakan di Ereveld Pandu dapat memberikan manfaat terhadap orang-orang yang berkunjung atau mereka yang menyelenggarakan kegiatan.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//