• Cerita
  • Cucu Raja Koran Berkunjung ke Villa Isola UPI

Cucu Raja Koran Berkunjung ke Villa Isola UPI

Dominique Willem Berretty merajai bisnis media di masanya. Membangun rumah yang ingin ada kolam renang di atapnya, yaitu Villa Isola yang kini kampus UPI.

Gedung Vlla Isola rancangan Charles Prosper Wolff Schoemaker yang kini jadi Rektorat UPI Bandung, Rabu (23/3/2022). Vila ini dibangun tahun 1933 khusus sebagai rumah peristirahatan pribadi milik seorang kaya keturunan Jawa-ltalia Dominique Willem Beretty. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana12 April 2022


BandungBergerak.idVilla Isola di Jalan Setiabudi, Kota Bandung, lebih dari ikonnya kampus UPI. Bangunan dengan fasad khas ini menjadi trademark penting bagi Kota Bandung, sekaligus sebagai penanda peradaban era kolonial yang menjadi cermin bagi masa kini.

Bahwa di balik megahnya Villa Isola yang kini menjadi Gedung Rektorat UPI, ada sosok berpengaruh berdarah Italia, yaitu Dominique Willem Berretty. Berretty adalah wartawan dan raja koran di era Hindia Belanda. Dia direktur kantor berita Aneta.

Rabu, 7 April 2022 lalu, kampus UPI kedatangan cucuk sang raja koran sekaligus pemilik pertama Villa Isola, Josephine Berretty. Ia melakukan kunjungan ke villa milik kakek sepupunya itu, Dominique Willem Berretty. Dalam kunjungannya tersebut, Josephine didampingi oleh suaminya yaitu Joop Heilijgers.

Setiba di kampus UPI, mereka disambut oleh Kepala Museum Pendidikan Nasional UPI, Leli Yulifar dan staf menuju kantor rektorat UPI dan diterima oleh Rektor UPI,  Solehuddin dan Wakil Rektor Bidang Riset, Usaha, dan Kerjasama Bunyamin, di ruang kerja Rektor UPI.

Josephine Berretty dan Joop Heilijgers mengungkapkan bahwa kunjungan ini merupakan salah satu rangkaian kerja beliau di Bandung. “Tadi malam kami melakukan rapat kerja dengan cabang perusahaan kami di Bandung dan pagi ini kami sangat senang bisa berkunjung ke villa yang dibuat oleh pendahulu kami,” ungkap mereka, dikutip dari laman UPI, Selasa (12/4/2022).

Mereka pun bercerita bahwa ini adalah kali kedua mereka mereka berkunjung ke kampus UPI. Sekitar dua puluh tahun lalu mereka juga berkunjung. Kini mereka melihat banyak sekali perubahan, terutama bangunan bangunan baru yang mengelilingi Villa Isola.

Rektor Solehuddin pun mengungkapkan bahwa ke depan Bumi Siliwangi (nama Villa Isola kini) akan dikembalikan pada bentuk dan fungsi awal. Dengan demikian, sebagai cagar budaya villa ini akan lebih optimal.

Baca Juga: Memaknai Jati Diri Melalui Arsip Bandung dan Leiden
Aksi Mahasiswa Bergerak di Bandung, Massa Menolak Kehadiran Anggota DPRD Jabar
Amanat Konstitusi tentang Tanah untuk Rakyat di Reruntuhan Anyer Dalam

Dominique Willem Berretty Sosok Futuristik

Josephine Berretty dan Joop Heilijgers dan para pejabat UPI lantas berkeliling ke bagian dalam Villa Isola, dipandu R. Kurnia dari Sahabat Heritage Indonesia yang juga staf Museum Pendidikan Indonesia.

Bagi Josephine dan Joop ini adalah kali pertama mereka melakukan tour di dalam Villa Isola. Mereka mengungkapkan kekaguman dan kemewahan terhadap villa. R Kurnia mengatakan Dominique Willem Berretty membangun Villa Isola dengan arsitek kenamaan Charles Prosper Wolff Schoemaker. Kepada Schoemaker, Berretty meminta bagian atas atau atap villa dijadikan kolam renang.

“Berretty adalah seorang futuristik, apa yang dulu dia ingin buat pada saat itu yang mungkin terkesan aneh (kolam di atas atap) justru pada saat ini menjadi hal yang biasa, bisa kita lihat di hotel hotel modern banyak sekali dibuat kolam renang di atas atap,” ujar Joop Heilijgers.

Setelah berkeliling mengunjungi bagian dalam dan luar Villa Isola, mereka melanjutkan tur menuju Museum Pendidikan Nasional guna melihat satu ruangan yang nantinya dikhususkan untuk ruang sejarah kehidupan Dominique Willem Berretty.

“Saya sampaikan terima kasih kepada UPI, Ibu Lely sebagai kepala museum juga kepada Pak Kurnia dalam usahanya menjaga warisan Berretty tetap hidup sehingga orang orang bisa tau dan ingat siapa Dominique Berretty serta warisan yang ditinggalkannya,”  kata mereka di akhir kunjungan.

Joop Heilijgers dan Josephine Berretty berencana akan membantu mencetak buku Villa Isola yang mana buku itu akan diserahkan kepada seluruh keturunan D.W. Berretty yang tersebar di Eropa dan berharap suatu saat bisa berkunjung dan menikmati warisan Berretty secara langsung di Bandung.

Potret Dominique Willem Berretty, pemilik Kantor Berita Aneta yang tinggal di Villa Isola, Bandung. (Sumber foto: buku Yang Bertahan Bersama Waktu, UPI Lawas)
Potret Dominique Willem Berretty, pemilik Kantor Berita Aneta yang tinggal di Villa Isola, Bandung. (Sumber foto: buku Yang Bertahan Bersama Waktu, UPI Lawas)

Dominique Willem Berretty Bos Aneta

Dominique Willem Berrety lahir di Jogjakarta, Hindia-Belanda, 20 November 1890 dan meninggal di Suriah, 20 Desember 1934 pada umur 44 tahun. Berretty adalah putera Dominique Auguste Leonardus Berrett, pengusaha dan pemilik sekolah swasta keturunan Italia. Ibu Berrety adalah wanita Jawa bernama Marie Salem.

Mengutip laman p2k.unkris.ac.id, pada tahun 1910, Berretty mulai berkarier sebagai korektor di Bataviaasch Nieuwsblad, tak lama kemudian menjadi reporter kota. Sekitar tahun 1915, dia melakukan pekerjaan juga sebagai redaktur Java-bode di Batavia (Jakarta). Pada tanggal 1 April 1917 di Batavia, Berretty membangun Algemeen Nieuws- en Telegraaf Agentschap (Aneta) dengan uang pinjaman.

Pada masa itu teknik pengiriman berita via telegraf tiba di Hindia-Belanda, yang sangat berguna dalam perdagangan Nusantara-Belanda.

Pada tahun 1919, Berretty mengambil alih dua perusahaan saingannya, sehingga menjadikan Aneta sebagai perusahaan yang memonopoli berita di Hindia Belanda. Dengan surat-surat kabar Hindia Belanda, dia menandatangani perjanjian sebagai kantor berita yang menyediakan berita dengan telegraf bertarif tetap.

Dengan perusahaan medianya, di menjaga citra pemerintah kolonial agar tetap baik. Ia pun berhasil memelihara hubungan baik dengan pemerintah. Hal itu membawanya pada kesuksesan. Dia populer dengan julukan "raja rumor dari Bandoeng". Dia mempunyai kantor agung di Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng), Batavia.

Kejayaan Berretty meredup ketika persaingan media massa meningkat. Hubungannya dengan pemerintah merenggang dan citra perusahaannya terus memburuk karena praktik monopoli informasi.

Villa Isola, Kediaman terakhir Berretty

Berretty menikah 6 kali dan mempunyai 3 orang anak. Pada tahun 1934, dia menjalin asmara dengan salah satu puteri Bonifacius Cornelis de Jonge, Gubernur Jenderal yang sedang berkuasa masa itu. Sayangnya, hubungan tersebut tidak direstui oleh sang ayah, yang memang tidak menyukai Berretty karena monopoli di kantor berita Aneta.

Pada Oktober 1932-Maret 1933 bisa dibilang puncaknya moderenitas di Bandung. Pada kurun waktu ini Berretty mulai membangun Villa Isola yang kontruksinya dirancang Charles Prosper Wolff Schoemaker. Dana pembangunan villa ini disebut berasal dari Jepang dengan nilai mencapai ƒ500.000 (setara Rp 250 juta). Sumber lain, dananya diduga berasal dari korupsi, mengingat ekonomi zaman itu yang tengah depresi.

Berretty hanya menikmati tempat tinggal barunya selama setahun. Dalam perjalanan pulang dari Amsterdam ke Batavia, dia tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Douglas DC-2 Uiver dari KLM yang ditumpanginya jatuh tidak jauh diperbatasan Suriah dan Irak, dekat kilang minyak Ruthbah, pada akhir tahun 1934. Dia dimakamkan di pemakaman Inggris di Baghdad.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//