• Opini
  • JEJAK PRAKTIK BAIK DI BANDUNG #4: Indahnya Berbagi Tanpa Basa-basi

JEJAK PRAKTIK BAIK DI BANDUNG #4: Indahnya Berbagi Tanpa Basa-basi

Buka bersama telah menjadi media yang sangat efektif untuk mempererat hubungan di antara para tokoh lintas agama di Kota Bandung.

Ibn Ghifarie

Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.

Umat Islam usai melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Bandung, 13 Mei 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

16 April 2022


BandungBergerak.idRasanya tak afdal bila buka puasa hanya dilakukan sendirian di rumah, tanpa melibatkan teman sekolah (SD, SMP, SMA), sambil reunian dengan mengenang cerita masa lalu bersama sahabat perjuangan di pondok pesantren, teman kuliah, kawan organisasi, ormas, maupun antarpegiat lintas iman.

Khusus buka puasa bersama dengan pegiat lintas iman, ada nilai lebih dari sisi kepedulian, ada persatuan tanpa melihat segala perbedaan suku, etnis, kepercayaan, agama. Sungguh indahnya berbagi antarsesama manusia tanpa basa-basi.

Tradisi Puasa

Padahal puasa ya puasa. Kita tahu, ini rukun ketiga dalam lima rukun Islam yang kita junjung tinggi dengan sebaik-baiknya. sehormat-hormatnya, lahir maupun batin. Semua orang tahu, puasa itu kewajiban manusia yang diturunkan Tuhan bergenerasi-generasi sebelum zaman kenabian Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW, berlanjut terus di zaman kita hingga kelak di akhir zaman.

Ajaran yang turun dari "langit" itu banyak diwarnai tradisi yang berbau "bumi". Dulu puasa ya puasa begitu saja. Sekarang, sejak kira-kira tahun 1990 berlanjut hingga tahun 2000-an ini, puasa diawali dengan tradisi maaf-memaafkan, seperti tradisi lebaran.

Warna tradisi lain tampak pada saat buka bersama, dengan meriah, dan penuh persaudaraan yang hangat. Di masjid-masjid kampung, buka bersama diselenggarakan secara sederhana. Kue dan minuman serba manis disediakan bagi yang berpuasa. Kemudian salat magrib berjamaah. Sesudah salat tarawih, makanan serupa disediakan. Dan itulah yang membuat tarawih berlangsung sangat meriah (Mohamad Sobary, 2016:113).

Hidangan Tuhan

Salah satu perbuatan mulia pada bulan Ramadan ialah memberikan ifthar (santapan berbuka puasa), kepada orang-orang yang berpuasa. Di dalam tradisi negeri kita (Indonesia), hal semacam itu baru terlaksana di masjid-masjid.

Tradisi menarik orang Mesir saat bulan Ramadan tiba di antaranya, kebiasaan menggelar buka puasa bersama secara cuma-cuma. Tidak hanya di masjid, tapi juga di pinggir-pinggir jalan. Siapa pun bisa mencicipi hidangan di kedai-kedai itu, tanpa dipungut bayaran. Sajian itu dikenal sebagai maidah ar rahman, hidangan Tuhan.

Tradisi semacam itu, sesuai dengan tujuan Iuhur berpuasa di dalam mengempati, mengajak, sekaligus membantu kaum fakir-miskin dan musafir jalanan. Dimensi sosial tradisi maidah rahman begitu kentara, sebagai bentuk Iain dari silaturahmi tulus antara orang kaya-raya dan orang miskin-papa.

Sungguh mulia tradisi di mana orang kaya berduyun-duyun menggelar acara berbuka, bagi mereka yang tengah berpuasa. Bukan karena mencari popularitas dan gengsi, melainkan tertarik dengan janji Nabi SAW, Rasulullah bersabda, dalam HR Tarmizi dan An Nasai, "Barangsiapa memberi ifthar (santapan berbuka) kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa, tanpa harus mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut" (Yusuf Burhanudin, 2006 :84).

Buka Puasa Lintas Agama

Ingat, momentum buka bersama telah menjadi media yang sangat efektif untuk mempererat hubungan di antara para tokoh lintas agama di Kota Bandung. Seperti yang terjadi Senin, 30 Agustus 2010, jam 16-19.00 di Golden Flower Hotel, Jalan Asia Afrika No. 15-17, bertajuk Silaturahmi Buka Puasa bersama para tokoh agama, tokoh masyarakat dan budayawan Kota Bandung.

Sejak jam 16.00 menyambut kedatangan para tamu, Orkes Keroncong "Jempol Jentik" mengalunkan lagu-lagu merdu mendayu-dayu, terdengar juga alunan nyanyian "Bengawan Solo".

Acara silahturahmi buka puasa dipandu oleh M. Ipong sebagai MC, diawali dengan berbagai sambutan. Pastor Abu Kasman, OSC, selaku Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) menyampaikan terima kasih kepada para tamu yang memenuhi undangan panitia.

Semua yang diundang sejumlah 101 undangan seperti tercantum dalam buku tamu. Mereka menyampaikan harapan semoga pertemuan ini menjadi wahana untuk saling berinteraksi, guna meminimalkan hambatan toleransi dalam mewujudkan Kota Bandung sebagai rumah bersama, agar setiap perbedaan memperoleh hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dalam semangat kekeluargaan.

Sementara, Ketua FKUB Kota Bandung menyampaikan tanggapan positif terhadap acara silaturahmi lintas agama tersebut.

Sebelum buka puasa masih disampaikan siraman rohani tentang makna silahturahmi oleh Ketua PCNU Kota Bandung, dan beberapa sambutan dari tamu undangan, termasuk dari Dr. Parwati Supangat, perwakilan agama Budha.

Perjamuan bersama merupakan perwujudan dari hubungan persaudaraan di antara para tamu. Semoga tali silahturahmi semakin meluas, dan menjangkau saudari-saudara yang lain.

Rupanya, pada petang yang sama, Senin, 30 Agustus 2010, di Aula Katedral Bandung, diadakan pula acara buka puasa bersama dengan para pemulung.

Pada Rabu, 1 September 2010, Kerabat Kerja Ibu Teresa Bandung juga mengadakan acara buka bersama dengan saudari-saudara yang kurang beruntung.

Tentunya, ini menandakan bagaimana toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama di Kota Bandung semakin terjalin kuat. Seperti yang dilakukan oleh para tokoh agama dari Keuskupan Bandung yang berkeliling menemui para tokoh pemerintah dan agamawan Islam yang ada di Kota Bandung, dengan menjumpai Gubernur Jawa Barat dan Wakilnya, Pangdam Siliwangi, Wali Kota Bandung dan Wakilnya, mantan Gubernur Jabar Solihin GP, serta Pengurus Pusdai Jawa Barat Dedem Ruchlia (Dr. H. Agus Ahmad Safei, M.Ag., 2020:99-100).

Baca Juga: JEJAK PRAKTIK BAIK di BANDUNG #1: Mengokohkan Rumah Bersama
JEJAK PRAKTIK BAIK DI BANDUNG #2: Merawat Spirit Konferensi Asia Afrika
JEJAK PRAKTIK BAIK DI BANDUNG #3: Hidupkan 12 Nilai, Ciptakan Budaya Damai

Umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Bandung, 13 Mei 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Bandung, 13 Mei 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Dinamika Berbagai Takjil, Rumah Bersama Urang Bandung

Pada Senin, 13 Juni 2016, Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (FLADS) intensif menyerukan kampanye persaudaraan lintas agama. Caranya dengan berbagi buka puasa untuk khalayak luas.

Para pegiat FLADS membagikan makanan untuk berbuka puasa secara gratis di empat kawasan di Kota Bandung; Cikapayang-Dago, Sudirman-Rajawali, Mohammad Toha -BKR, dan Cibiru.

Sekretaris FLADS, Jeffrey Samosir mengatakan pembagian makanan berbuka puasa ini merupakan momen untuk mengkampanyekan setiap orang harus mengasihi sesamanya.

"Setiap orang yang sedang beribadah kepada Tuhan itu sedang mencari kebaikan dan dengan kebaikan itu sedang mengusahakan kebaikan juga bagi semua. Nah kalau kita yang lain bisa memandang itu secara positif maka kita senang kalau teman-teman yang beribadah puasa dalam hal ini umat muslim sekarang, kita juga harus ikut senang," ujarnya.

Pembagian makanan berbuka puasa secara gratis yang dilakukan hampir oleh 200 orang di empat kawasan Kota Bandung itu merupakan rangkaian kampanye damai bertajuk "Kita Semua Bersaudara".

Menurutnya, seluruh anggota Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (FLADS) yang terdiri dari berbagai penganut ajaran agama ini juga menggelar buka puasa bersama di gereja kebaktian. Buka puasa itu digelar FLADS bersama Jaringan Kerukunan Umat Beragama.

Aktivitas Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (FLADS) membagikan sebanyak 2.500 makanan buka puasa secara gratis kepada masyarakat untuk menunjukkan keindahan dalam menjalani kehidupan beragama secara damai.

Pada Senin 12 Juni 2017 Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (FLADS) yang terjadi dari GKI MY, Jakatarub, GMKI, PMKRI, PMII melakukan berbagi takjil gratis di enam titik Kota Bandung.

Mereka membagikan 4.000 takjil kepada masyarat yang ada di jalan raya. Kira-kira pukul 17:00 WIB , seluruh takjil mulai dibagikan.

Koordinator kegiatan pembagian takjil, Mahen mengatakan ada 3 pesan yang ingin disampaikan pada kegiatan ini."Damai itu indah, kita saudara, dan kita Indonesia," tegasnya.

Pembagian takjil kepada masyarakat yang akan berbuka puasa disertai stiker yang berisi pesan perdamaian.

Saat pembagian takjil di Jalan Ir H Juanda Bandung, lalu lintas cukup padat. Mereka membagikan takjil di sejumlah persimpangan. "Kami bagi takjil dari Cikapayang Dago, Merdeka-Balai Kota, Simpang Lima, Gatot Subroto-Kiaracondong, Moh.Toha-PT Inti, dan Sudirman-Rajawali, menjadi titik konsentrasi pembagian takjil gratis," ujarnya.  

Pada Selasa, 5 Juni 2018, lalu lintas cukup padat di sejumlah titik di Kota Bandung. Namun, di beberapa pusat keramaian Kota, itu tampak sekelompok orang di persimpangan jalan. Mengusung spanduk berwarna merah putih, dengan tertib mereka menghampiri para pengendara jalan saat lampu merah. Membagikan 7.200 paket takjil serta stiker berisikan pesan perdamaian.

Ada dua belas titik yang dijadikan pusat pembagian takjil bertajuk “Yuk Berbagi Cerita Damai,” yang diselenggarakan; perempatan Cikapayang, Geger Kalong-Setiabudi, Pasteur-Suryasumantri, Kebonjati-Gardujati, Cibadak, Pasirkoja-Pajagalan, Moh. Toha-Tegalega, Soekarno Hatta-Buahbatu, Kiaracondong-Binong, Bunderan Cibiru, Ciumbuleuit-Siliwangi dan Bunderan Cibeureum.

Lewat tindakan sederhana membagikan takjil yang diperoleh dari usaha mandiri berbagai elemen lintas agama di Kota Kembang ini, mereka berharap bisa menunjukkan bagaimana kebersamaan yang melintas batas seperti itu bisa diwujudkan dalam banyak aspek kehidupan.

Koordinator kegiatan tahun 2018, Jefferey Samosir menuturkan, "Ini adalah contoh cerita damai. Di masa sekarang orang memang lebih mudah berbagi cerita hoax yang nyata-nyatanya sangat merusak. Tetapi hari ini kami di Kota Bandung, menciptakan ceritanya sendiri. Cerita damai yang menyejukkan dan membangun,” tegasnya.

Sejak tahun 2011 kegiatan berbagi takjil di Bulan Ramadan sudah menjadi agenda rutin yang digagas oleh Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (FLADS) dan Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) bersama berbagai organisasi dan komunitas antarumat beragama di Kota Bandung.

Kegiatan ini merupakan teladan solidaritas umat beragama bersama rekan-rekan Muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadan, sekaligus sebagai seruan agar terus menumbuh-kembangkan perdamaian di Kota Bandung.

Lebih luas dari penyelenggaraan sebelumnya, kegiatan tahun ini mengajak beragam komunitas di 12 titik di Kota Bandung untuk saling bersinergi. Membagikan pesan damai pada masyarakat kota Bandung lewat berbagi takjil.

Dalam persiapan acaranya saja, silaturahmi dan sinergi itu sendiri sudah terbentuk. Karena di tiap titik tersebut, tiap komunitas bekerja sama dengan sejumlah elemen lintas agama lainnya. Diharapkan lewat acara ini, komunitas-komunitas di tiap titik tadi dapat merintis dan meneruskan kegiatan yang mendukung kebhinekaan untuk waktu ke depannya.

Ketua FLADS, Kiagus Zaenal Mubarok, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah langkah menyerukan perdamaian. “Kegiatan Ramadan seperti ini memperluas kesadaran untuk berbagi. Sekecil dan sesederhana apa pun akan bermanfaat bagi upaya merajut kebersamaan dalam nilai kemanusiaan, itulah pemeliharaan kita dalam pengabdian pada Tuhan,” pesannya.

Bagi Sekjen Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub), Risdo Maulitua, kesempatan untuk bekerja sama dan menyumbangkan sekian banyak jerih payah adalah cerita tersendiri. “Saya yakin teladan dan kepedulian yang ditunjukkan masyarakat lintas agama ini adalah semangat yang selalu ada di keseharian bangsa kita. Dalam keberagaman kita bisa saling mendukung dan berlomba berbuat kebaikan,” ungkapnya.

Kegiatan ini merupakan kerja udunan dari lebih 20 elemen lintas agama di Kota Bandung; FLADS, Jakatarub, Jarilima, PWNU Jawa Barat, GP Anshor Kota Bandung, PKKP Universitas Kristen Maranatha, GKI Klasis Bandung, MKAI Bandung, IJABI Bandung, JAI Bandung, GKI Taman Cibunut, GMKI Bandung, PMII Kab. Bandung, HMI Kab/Kota Bandung, PMKRI Bandung, Sekolah Hijau Lestari, AsKaRa, Keuskupan Bandung, MAKIN Bandung, WALUBI Bandung, PHDI Bandung, PGPI, GKPB Fajar Pengharapan, GKIM Gloria dan GIA Lengkong.

Pada Jumat, 17 Mei 2019, FLADS bersama lebih dari 30 komunitas agama serta kelompok masyarakat di Bandung dan sekitarnya kembali menggelar kegiatan berbagi takjil.

Kegiatan itu ada dalam bentuk sederhana. Umat lintas agama dari berbagai komunitas membagikan takjil beserta stiker dengan pesan perdamaian pada pengendara yang melintas di persimpangan jalan raya.

Kiagus Zaenal Mubarok menyampaikan ini adalah kegiatan yang sejak tahun 2011 jadi cerita Ramadan dari FLADS bersama berbagai komunitas agama dan kemasyarakatan di Kota Bandung sekitarnya. Bermula di satu titik pada 2014, hingga tahun 2019 berbagi takjil hadir di tiga puluh titik di Kota Bandung dan Cimahi (Bundaran Cibiru, Flyover Antapani, Jl. Cibadak, Jl. Djuanda, Jl. Kebonjati, Jl. Pahlawan, Jl. Kopo, dll) dengan 300-500 paket takjil di tiap titik. Cerita ini terus meluas dan menginspirasi, sudah melibatkan lebih dari 30 komunitas.

FLADS menegaskan bahwa momen ini merupakan bentuk solidaritas umat beragama bersama rekan-rekan muslim, yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Sesederhana membagikan takjil dan pesan damai pada yang sibuk berkendara, forum yang berdiri sejak November 2010 ini, meyakini bahwa solidaritas dan kesehatian antar warga bisa selalu dihadirkan dalam keseharian.

Kerja guyub yang melibatkan umat beragama, adalah cerita yang sangat menginspirasi. “Lebih dari sekedar beberapa detik membagikan takjilnya. Justru di balik persiapannya, ada ruang untuk bertemu dan memulai kerjasama antarberbagai komunitas agama. Lewat itu banyak sekali tali persaudaraan baru yang terbangun,” ungkapnya.

Memang dalam proses persiapan kegiatan ini, berbagai komunitas keagamaan dan kelompok masyarakat di satu wilayah terdekat, diminta untuk bekerja sama dalam menyediakan takjil dan membagikannya.

Tema yang diangkat tahun 2019 adalah Sahate ti Urang Bandung (Bandung Sehati), di mana kesehatian umat berbagai agama dalam mempersiapkan acara ini diharapkan jadi inspirasi agar cerita damai ini terus berlanjut.

Kegiatan ini melibatkan berbagai komunitas keagamaan dan kelompok masyarakat antara lain: FLADS, Jakatarub, JariLima, PCNU Kota Bandung, Keuskupan Bandung, GKI Klasis Bandung, GKP Bandung, GKJ Bandung, GP Ansor Bandung, PMII Jawa Barat, GMKI Bandung, GKPB Fajar Pengharapan, PGPK Kota Bandung, PHDI Bandung, MAKIN Bandung, API, FKLG, IJABI Bandung, JAI Bandung, Masyarakat Bahai, MLKI Bandung, WALUBI Bandung, PKKP UK Maranatha, AsKaRa, FPK Jawa Barat, MKAI Bandung, dan PMKRI Bandung (Liputan6, 15 Juni 2016, Tribun Jabar, 12 Juni 2017, Dwi Wahyuni, 2020:27, www.deklarasi-sancang.org).

Buka Bersama sebagai Momentum Berbagi

Maraknya aktivitas buka bersama menjadi petanda atas menguatnya prilaku modernisasi kita. Pasalnya, kegiatan buka bersama merupakan aktivitas makan dan minum bersama pada waktu magrib sebagai pemutus amalan puasa (menahan haus dan lapar) dalam satu hari.

Dalam kaca mata A. Zaki Mubarak terdapat beberapa catatan menarik saat buka bersama yang sudah menjadi tradisi masyarakat perkotaan. Analisisnya lebih condong kepada fenomena sosial-ekonomi yang sangat menarik untuk dipahami terkait dengan prilaku baru dalam masyarakat kita.

Mengingat sejak Islam hadir di Indonesia, sepertinya buka bersama dan dilaksanakan di rumah makan yang menjamur di pusat kota telah menjadi tradisi (kekhususan) tersendiri bagi Islam kita.

Bisa jadi tradisi ini sudah ada sejak dulu, cuman caranya yang berbeda. Kalau dahulu ketika hidup di pedalaman saat remaja buka bersama dilakukan di pos ronda bersama komunitasnya. Makanan yang disediakan adalah bekal dari rumah masing-masing dan pada saat berbuka kita bisa berbagi dan saling merasakan bekal masing-masing. Kami menyebut buka bersama ini "botram". Sebenarnya aktivitas botram bukan hanya untuk buka bersama, tetapi lebih umum yaitu untuk istilah di mana ada makan berjamaah bersama dengan bekal makanan-minuman dari rumah masing-masing (A. Zaki Mubarak, 2019:338).

Sungguh syahdu. Ikhtiar bersama membentuk, persaudaraan, toleransi antarumat beragama hadir dalam aktivitas berbagi takjil, buku bersama lintas iman.

Memang berbagi takjil di bulan Ramadan merupakan kegiatan yang sangat berharga untuk melipatgandakan amal kebaikan, kesempatan demi membahagiakan orang saat berbuka puasa. 

Sudah saatnya, buka bersama menjadi momentum untuk saling berbagi, berinteraksi, bercerita dalam mewujudkan Kota Bandung sebagai rumah bersama. Dengan semangat berbagi, mari bersama kita meringankan beban kemanusiaan, saudara seagama, antaragama, yang masih membutuhkan uluran tangan. Jika bukan kita, siapa lagi dan jika tidak sekarang, kapan lagi. Semoga.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//