• Opini
  • Berlomba Menebar Kebahagiaan Ramadan

Berlomba Menebar Kebahagiaan Ramadan

Hadirnya Ramadan yang sering disebut ‘bulan penuh berkah ini’ menjadi keistimewaan tersendiri bagi Dadah Dahlan, tukang las patri di Bandung selatan.

Dhela Septianty

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Kegiatan berbagi takjil Meraki Berbagi yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid. (Foto: Dokumen Pribadi Meraki)

29 April 2022


BandungBergerak.idSetelah menempuh berkilo meter perjalanan, Dadah Dahlan akhirnya menemukan tempat peristirahatannya. Urat-urat tangan dan kakinya kini bisa meregang setelah berkeliling berbekal alat patri dan andalan jasa yang biasa ia tawarkan.

Meski lelah diserang terik, Dadah  tak pantang dengan kata 'menyerah'. "Ada tanggung jawab di rumah," ucapnya. Anak bungsunya  juga masih sekolah, sehingga Dadah harus mencari nafkah untuk ia bawa pulang ke rumah.

Lelaki 72 tahun itu sudah bertahun-tahun menawarkan jasa patri dan jasa apa pun yang bisa ia lakukan di wilayah selatan Bandung. Bola hitam matanya sudah sedikit berwarna abu. Pendengarannya juga sudah sedikit terganggu.

Namun, ia harus terus berjalan mencari rumah yang membutuhkan kehadirannya. Menambal alat masak dengan sistem las tradisoional, mengasah pisau, hingga membetulkan atap rumah yang bocor, semuanya ia lakoni.

Sejak pagi, Dadah pamit dari rumahnya dengan menjinjing tas berisi berbagai perkakas. Saat berkeliling dan bekerja, ia berpakaian rapi menggunakan kemeja. Tak lupa juga topi yang membantunya melawan terik. Di dalam tasnya, ia juga membawa selimut berukuran 1x1 meter untuk menyelimuti tubuh jika harus berteduh di kala hujan.

Demi mendapat pelanggan dan membawa uang ke rumah, Dadah rela menempuh berkilo-kilo meter sambil harus menahan lapar dan dahaga di bulan puasa ini. Bagaimanapun juga, ia tetap harus bekerja. Perihal menahan lapar, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Hadirnya bulan Ramadan yang sering disebut ‘bulan penuh berkah ini’, menjadi keistimewaan tersendiri bagi Dadah. Baginya, kesempatan berpuasa saja sudah menjadi keistimewaan yang Tuhan berikan.

Namun, ada keistimewaan lain yang ia rasakan. Dari pengalamannya, selama bulan Ramadan rezekinya bisa bertambah hingga dua kali lipat dari biasanya.

“Kalau buat bapak, kalau bulan Ramadan, rejeki bisa ampir dua kali lipat, neng. Kerjaan gak ada, tapi ada saja yang ngasih. Bukan bapak yang minta. Bukan musafir bapak. Kalau ada kerjaan ya kerja,” ujarnya.

Selama bulan Ramadan, pria sepuh ini juga tak perlu khawatir dengan makanan berbuka. Di perjalanan pulang menjelang magrib, banyak orang baik yang menawarkannya takjil.

“Kalau daerah sini, banyak orang baik, neng. Bukan bapak yang mau dikasih, tapi itu (pemberi) yang nyari”, katanya, ketika menceritakan tentang banyaknya orang-orang baik yang membagikan takjil menjelang berbuka.

Kegiatan berbagi takjil Meraki Berbagi yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid. (Foto: Dokumen Pribadi Meraki)
Kegiatan berbagi takjil Meraki Berbagi yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid. (Foto: Dokumen Pribadi Meraki)

Semangat Berbagi Ramadan

Kepercayaan akan bertambahnya kebaikan di bulan Ramadan, mendorong banyak umat muslim untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. Mereka percaya bahwa kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadan, akan mendapat pahala yang berkali-kali lipat.

Melansir dari laman Kemenag Jawa Barat, keutamaan dilipatgandakannya pahala di bulan Ramadan, pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW:

"Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan" (HR. Bukhari-Muslim).

Hadist di atas memperlihatkan bagaimana meningkatkan kebaikan dan bersedekah sangat dianjurkan untuk umat Islam. Hal itu juga diamalkan oleh banyak orang, seperti yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid, sebagai wadah bagi siapa saja yang ingin mendekatkan diri pada Tuhan.

Selain mengaji dan mendalami ilmu agama, Majelis Dzikir Santri Tauhid aktif melaksanakan banyak kegiatan sosial, khususnya di bulan Ramadan. Majelis ini memiliki program bernama Meraki, sebagai wadah anggotanya untuk berpartisipasi melakukan kebaikan dengan cara berbagi.

Meraki didirikan untuk menciptakan ‘rasa’ bagi para anggotanya. Neng Syifa Wildaini (19), selaku penginisiasi program dan koordinator Meraki mengaku, ingin agar anggota majelis bisa melakukan sesuatu dengan penuh rasa, penuh jiwa, dan penuh cinta melalui berbagi rasa.

“Kita semuanya harus saling punya rasa. Gak cuma rasa kasihan, tapi nganggap kalau manusia itu harus saling peduli,” jelasnya.

Untuk memeriahkan bulan Ramadan, Meraki melakukan berbagai kegiatan berbagi. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagi pada anak yatim dan berbagi takjil pada masyarakat sekitar, di mana lokasi majelis berada.

Bagi Neng Syifa, ada keutamaan di bulan Ramadan yang bisa dimanfaatkan Meraki untuk meraih kebaikan. Selain penuh dengan berkah, Neng mengatakan, ada banyak pahala yang bisa diambil selama bulan Ramadan, termasuk memberi kepada orang yang sedang berpuasa.

Neng juga percaya bahwa Allah memerintahkan ibadah puasa untuk seluruh umat muslim agar mereka bisa merasakan bagaimana rasanya berada dalam kesulitan. Hal-hal tersebut yang mendorong Meraki untuk lebih gencar melakukan kegiatan berbagi pada bulan Ramadan dari pada bulan lainnya.

Untuk melaksanakan kegiatan berbaginya, Meraki juga memberi kesempatan untuk masyarakat umum berbagi melalui donasi. Hasil donasi tersebut akan disalurkan pada mereka yang membutuhkan melalui kegiatan Meraki.

Baca Juga: Menjahit Harapan di Pinggiran Kosambi
Dengan Bedug dan Gamelan Sunda, Ajang Merentang Harapan
Ramadan di Tahun Pagebluk (1): Dari Terminal ke Terminal

Kegiatan berbagi takjil Meraki Berbagi yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid. (Foto: Dokumen Pribadi Meraki)
Kegiatan berbagi takjil Meraki Berbagi yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Santri Tauhid. (Foto: Dokumen Pribadi Meraki)

Berbagi pada Sesama, Salah Satu Cara Mengingat Tuhan

Majelis Dzikir Santri Tauhid sendiri memaknai berbagi sebagai salah satu cara mereka mengingat Allah.

“Kita selalu diajarin untuk berguna bagi orang lain, salah satu caranya adalah dengan saling berbagi. Saling berbagi ini juga menjadi salah satu cara untuk berdzikir, mengingat Allah,” ucap salah satu anggota Majelis, Theana (19).

Ada prinsip ‘rasa dan cipta’ yang juga diajarkan pada anggota Majelis ini. Menurut Neng Syifa, hal tersebut berkaitan dengan bagaimana berbagi dan peduli pada sesama bisa membantu mereka untuk berzikir mengingat Allah.

“Rasa itu apa? Rasa itu kesadaran terhadap segala yang kita rasa dan lakukan. Sedangkan cipta adalah perwujudan dari apa yang kita pikirkan,” ucap Neng Syifa. Menurutnya, selain memiliki rasa peduli pada sesama, ada cipta berupa tindakan berbagi.

Ia berpandangan bahwa semua manusia itu sama, dengan jalan cerita yang berbeda. Untuk itu, sebagai manusia, ia harus memiliki rasa peduli pada sesama.

Berbagi Kebahagiaan Melalui Rasa

Bagi Meraki, perwujudan rasa dan cipta tidak selalu perihal materi, tetapi juga perihal kebahagiaan. Dalam momentum Ramadan, mereka juga berbagi kebahagiaan pada anak yatim melalui kegiatan mengaji bersama, perlombaan cerdas cermat, hingga bermain game.

Salah satu anggota Majelis Dzikir Santri Tauhid, Theana (19) mengungkapkan, “Aku juga diajarin kalau berbagi pada sesama gak selalu pake uang, membuat orang bahagia juga termasuk ke dalam kegiatan berbagi,” ujarnya. 

Neng Syifa memaknai kegiatan berbagi sebagai sebuah kebahagiaan. Melalui berbagi, hasil yang diharapkannya adalah adanya kebahagiaan bagi semua yang terlibat dan terdampak. Hal ini pulalah yang juga tertanam dalam diri para anggota Majelis Dzikir Santri Tauhid.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//