Membedah Hubungan Pancasila dan Agama
Agama ibarat rumah yang menyajikan tata kelola mental, spiritual, dan seluruh sendi kehidupan. Pancasila adalah rumah besar bagi ragam anak bangsa.
Penulis Luqy Lukman Anugrah30 Juni 2022
BandungBergerak.id - Hubungan Pancasila dan agama selalu relevan untuk dikaji. Ada kalanya hubungan ini dipertanyakan atau dipertentangkan, meski sebenarnya keduanya saling mengisi dan mengokohkan, bukan saling meniadakan.
Hubungan Pancasila dan agama dibedah dalam Seminar Nasional yang digelar Lembaga Pusat Studi Pancaasila Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Auditarium Pusat Pembelajaran ARNT-Geise PPAG Unpar Bandung, Rabu (29/6/2022).
Seminar yang mengusung tema “Pancasila dalam Narasi Agama dan Kepercayaan” ini menghadirkan narasumber Ayi Yunus Rusyana, Andreas Doweng Bolo, Juwita Jati Kusumah Putri, dan Ahmad Zaki Mubarok sebagai perwakilan dari KH A Bunyamin Ruhiat yang berhalangan hadir.
Keempat pembica membawa topik mengenai bagaimana nilai Pancasila bersatu dalam kehidupan beragama, juga bagaimana tantangan dari masa ke masa dalam mengahadapi nilai Pancasila dalam pendidikan.
Dalam pemaparan Ahmad Zaki Mubarok mengungkapkan bahwa darah pesantren khusunya di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya sudah sesuai dengan Pancasila.
“Pesantren sejak dini sudah melek terhadap perbedan juga pesantren sejak dulu sudah mengidentitaskan dirinya sebagai identitas yang mengabungkan nilai Pancasila,” ungkap Ahmad.
Dalam pemaparannya tersebut Ahmad menjelaskan tantangan dari masa ke masa dalam menghadapi nilai-nilai Pancasila baik dalam pendidikan pesantren khususnya dan Islam pada umumnya.
“Pemahaman agama yang dangkal menjadi salah satu kelemahan bagaimana Islam menghadapi nilai-nilai Pancasila itu sendiri,” tambahnya.
Selanjutnya, Ayi Yunus Rusyana menambahkan bahwan Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia dan tidak didirkan dengan dasar agama melainkan Pancasila.
“Agama dan Pancasila sudah diharmonisasikan oleh para ulama dan founding fathers bangsa kita,” tambah Yunus.
Yunus pun menyampaikan bahwa agama diibaratkan sebagai rumah yang menyajikan tata kelola mental, spiritual, dan seluruh sendi kehidupan manusia. Sedangkan Pancasila adalah rumah besar bagi ragam anak bangsa.
“Pancasila sebagai kaliwatun sawa, titik temu agama agama, serta Pancasila dan agama harus saling menguatkan,” tutupnya.
Pengahayat Sunda Wiwitan Juwita Jati Kusumah sebagai pembicara ketiga menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila diambil dari karakter manusia Indonesia. Ia menyebutkan, masyarakat Indonesia adalah bangsa kesatuan, bangsa yang sudah terbiasa dengan perbedaan.
“Kita hidup dengan cara gotong royong yang merupakan karakter masyarakat nusantara,” ungkap Juwita.
Selain itu menerut Juwita sebagai penghayat kepercayaan leluhur bahwa masyarakat adat Indonesia merupakan benteng terakhir dalam menjaga keutahan Negara Kesatuan Replubik Indonesia (NKRI).
Baca Juga: Pancasila sebagai Aktualisasi, bukan Alat Pengatur
Pancasila, Phronesis Berbangsa
Pancasila Bukan sekadar Asas Partai Politik
Film The Uniqueness Of Religions
Seminar ini sebagai bentuk perayaan Bulan Pancasila. Acara dibuka oleh sambutan Rektor Unpar Mangadar Siumorang, selanjutnya diawali pemutaran film documenter “The Uniqueness of Religions” yang merupakan hasil produksi PSP Unpar.
Andreas Doweng Bolo sebagai pembuat ide dalam film “The Uniqueness Of Religions” mengungkapan bahwa Agama yang terkadang membosankan menjadi sesuatu yang menarik dalam pembuatan film tersebut.
Andreas juga menyatakan, seminar ini merupakan upaya kecil dalam membangun kesadaran Bhinneka Tungal Ika, sekaligus autokritik untuk penerapan Bhinneka Tungka Ika. Selanjutnya, seminar ditutup oleh senandung dari Juwita Jati Kusumah.