NGULIK BANDUNG: Maison Bogerijen, Pemasok Resmi Makanan Bagi Ratu Belanda di Bandung #2
Pemindahan lokasi restoran ke jalan utama Bragaweg ternyata keputusan yang tepat. Tidak hanya banyak dikunjungi pelanggan, namun juga dilirik Sang Ratu Belanda!
Merrina Listiandari
Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB: Merrina Kertowidjojo, IG: merrina_kertowidjojo, atau FB page: Djiwadjaman
30 Juni 2022
BandungBergerak.id—Café Hollandais akhirnya resmi berpindah tangan kepada Leendert van Bogerijen. Restoran baru itu diberi nama berbau Perancis, Maison Bogerijen, yang berarti Rumah Bogerijen. Pembukaan restoran secara resmi pada tanggal 7 September 1918 dan berlangsung sangat meriah. Orkestra mengalun di bagian depan restoran, beberapa rangkaian bunga yang indah terpasang di dekat kaki para pemusik.
Pengunjung terus berdatangan, suasana yang ramai dan lampu-lampu yang menerangi restoran memberi daya tarik tersendiri. Para pasangan senang duduk di tepi jalan yang ramai sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan. Para tentara lebih memilih bar minuman keras. Benar-benar sebuah pesona baru! L. van Bogerijen, benar-benar tahu cara untuk menjalankan bisnisnya (De Preanger- Bode, 8 September 1918).
Tidak hanya L. van Bogerijen yang merasa senang malam itu. Keberadaan restoran dengan konsep dan tampilan yang baru itu, benar-benar membuat masyarakat Bandung bahagia. Bragaweg (kini Jalan Braga) mendapatkan tampilan terbaiknya.
Berbagai Acara di Helat di Maison Bogerijen
Bangunan Maison Bogerijen (kini Braga Permai) yang awalnya merupakan sebuah kesatuan usaha Café Hollandais bersama N.V. Maison Kuijl & Verstg, telah diubah oleh L. van Bogerijn. De Preanger-bode, edisi 7 Agustus 1918 melaporkan bahwa tempat tersebut telah bertransformasi menjadi sebuah istana kue nan lengkap serta modern. Restoran tersebut kini memiliki teras yang telah diperlebar sebesar 130 meter persegi, serta ruang makan yang diperbesar mampu untuk menampung 50 orang pelanggan.
Perubahan semacam itu membuka peluang bagi masyarakat Bandung untuk mengadakan berbagai acara di restoran tersebut. Tiga bulan setelah Maison Bogerijen dibuka, bertepatan dengan festival perayaan St. Nicholas, tanggal 5 Desember, restoran ini pun kembali dipenuhi oleh masyarakat yang tumpah ruah di sana. Suasananya sangat meriah walau dibumbui sedikit kekacauan akibat ulah pengunjung (De Preanger-bode, 6 Desember 1918).
Suksesnya perhelatan festival membuat Maison Bogerijen menjadi tempat favorit bagi masyarakat kolonial di Bandung untuk mengadakan acara. Militer Belanda salah satu yang paling sering menggelar beragam pesta di sana.
Sudah menjadi hal yang lazim juga bagi pihak militer mengadakan acara perpisahan di sana bagi anggota yang harus berpindah tugas di kota lain atau pulang ke negeri Belanda. Minuman keras dingin selalu menjadi pilihan favorit mereka, di selang dengan menonton film yang diputar di Bioskop Elita, lalu kembali lagi ke Maison Bogerijen untuk berpesta hingga pagi menjelang (De Preanger-bode, 9 Januari 1919).
Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Maison Bogerijen, Restoran Kerajaan Belanda di Jalan Braga #1
NGULIK BANDUNG: Dua Legenda Gunung Tangkuban Parahu
NGULIK BANDUNG: Mobil-Mobil di antara Bandoeng-Batavia
Marketing Handal, Menjual Hampers Menu Andalan di Hari Raya
Restoran dengan konsep café modern serta bangunan yang menyesuaikan zaman ini, benar-benar memikat hati para penikmat kuliner Kota Bandung kala itu. Tidak hanya disukai oleh pengunjung yang langsung datang dan makan minum di tempat, Maison Bogerijen pun mulai diikutsertakan dalam berbagai perhelatan, atau sengaja dipakai jasanya untuk memasok konsumsi berbagai acara.
Sistem jemput bola pun mereka lakukan untuk menambah pasar mereka. L. van Bogerijen tidak canggung untuk mendatangi berbagai hotel dan kantor untuk menawarkan sistem kerja sama. Mereka pun rajin memasang iklan di berbagai surat kabar untuk menawarkan paket-paket makan resmi atau camilan-camilan istimewa menjelang hari-hari besar semacam Paskah.
Ya, jauh hari sebelum toko-toko kue di zaman modern ini menjual paket-paket hampers, Maison Bogerijen sudah melakukannya di awal abad ke-19. Dalam berbagai iklan surat kabar yang beredar di Hindia Belanda, salah satunya adalah De Preanger-bode, 22 Maret 1920, Maison Bogerijen tidak hanya menjual roti-roti yang enak, tapi mereka juga menjual permen, coklat, bahkan karangan bunga, yang dikemas menarik khusus serta spesial.
Maison Bogerijen yang dikenal sebagai istana kue, dalam kesempatan istimewa tersebut tak tanggung-tanggung juga menyediakan fine dine lengkap dengan pelayanan rumah. Menu yang mereka tawarkan antara lain Gebraden Kalkoenen, Ganzen, Eenden, Kapoenen, Kippen gevuld of ongevuld, Pasteitjes, Croquettes, Cannelons, Rissoles, Canapees, Saucyzenbroodjes, Hors d' Oeuvres Variees, Kreeften, Zalm, Huzaren, Haring Salades serta berbagai hidangan ikan dan daging spesial lainnya, yang dapat dihidangkan dingin ataupun hangat.
Maison Bogerijen selalu Disertakan dalam Perhelatan Resmi
Bragaweg diterangi oleh lampu-lampu sorot kaca yang khusus dipasang oleh Biro Teknis Sunda, yang sengaja diperintahkan oleh Dewan Perdagangan Kota. Tampilan Bragaweg yang terang benderang, tampak sangat fantastis. Pameran perdagangan yang rutin di helat oleh Jaarbeurs Kantoor setiap tahun, kali ini diadakan di sepanjang Bragaweg. Tenda yang menyediakan sate, poffertjes dan makanan lain didirikan di depan Bank Denis, menjadi tanggung jawab Maison Bogerijen (De Preanger-bode, 05 Mei 1920).
Harian De Preanger- bode, tanggal 25 Mei 1920 mengabarkan, sejak acara pameran perdagangan tersebut, Jaarbeurs secara rutin menggunakan Maison Bogerijen sebagai perusahaan jasa penyedia konsumsi untuk berbagai perhelatan yang mereka adakan. Kali ini Maison Bogerijen, bertanggung jawab terhadap jamuan makan siang resmi bagi Gubernur Jenderal van Limburg Stirum, beserta istri serta rombongan yang berjumlah 40 orang.
Tak berhenti sampai di sana, undangan permintaan untuk memenuhi jasa konsumsi resmi pun terus menerus berdatangan. Tidak hanya dari Dewan Kota dan Jaarbeurs, permintaan untuk menyediakan makan malam resmi yang indah pun datang dari perkumpulan pacuan kuda Hindia Belanda. Sebuah jamuan khusus yang mewah dan elegan, dengan para tamu diwajibkan menggunakan dresscode berupa tuxedo serta gaun malam bagi pasangannya (De Preanger-Bode, 10 Agustus 1920).
Mengajukan Petisi untuk Mendirikan Bangunan Baru
Permintaan untuk memenuhi kebutuhan jamuan resmi terus berdatangan. Maison bogerijen benar-benar telah mendapat tempat di hati setiap pelanggannya, selain tentu saja karena kehebatan sistem marketing mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, Van Bogerijen sudah memperluas area teras, namun tetap tidak cukup mengakomodir kebutuhannya. Maka van Bogerijen mulai berpikir untuk mencari tempat yang jauh lebih besar.
Bragaweg sukses menjadi sebuah jalanan yang sibuk. Berbagai jenis usaha perdagangan berdiri, perlahan dan pasti Bragaweg menjelma menjadi situs belanja di Kota Bandung. Di sanalah, di tengah Bragaweg yang terus tumbuh, L. van Bogerijen mendapatkan tempat untuk membangun Maison Bogerijen yang lebih besar. Dia telah merencanakan sebuah desain yang unik serta modern, dengan teras yang terbuka.
Van Bogerijen kemudian mengajukan petisi pada pemerintah kota untuk dapat membeli tempat di tengah Bragaweg untuk membangun Maison Bogerijen sesuai dengan impiannya. Dengan pertimbangan desain yang diajukan akan mengganggu tata kota, petisi Van Bogerijen ditolak (De Preanger-bode, 24 Januari 1923).
Van Bogerijen tidak membiarkan kekecewaannya berlangsung lama. Dia tak gentar untuk terus memperjuangkan keinginannya. Tempat yang dia gunakan sekarang, di Bragaweg no. 64 sudah tak mampu mengakomodir kegiatan restoran tersebut. Dia terus mengajukan banding dengan memberikan alasan bahwa keberadaan restoran tersebut di tengah Bragaweg akan menimbulkan dampak positif bagi berbagai usaha dagang di sekitarnya (De Preanger-bode, 22 Februari 1923).
Mendapat Predikat Pemasok Makanan Bagi Ratu dari Kerajaan Belanda
Maison Bogerijen, tidak hanya tersohor di Kota Bandung, namun di seluruh Hindia Belanda. Kepiawaian restoran tersebut dalam menyediakan penganan kecil hingga jamuan makan resmi yang mewah ternyata terdengar ke telinga Gubernur Jenderal van Limburg Stirum. Dia teringat saat mendapat jamuan makan siang pada acara Jaarbeurs di Bandung pada tahun 1920.
Maka dalam kunjungannya ke daerah-daerah Vorstelanden (daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan empat monarki pecahan dari Kesultanan Mataram, yaitu Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman) Bandung menjadi pikirannya. Harian De Preanger-bode, 31 Mei 1923 menyebutkan bahwa makan malam sang Gubernur Jenderal di residen Solo dan residen Djokja, menjadi tanggung jawab perusahaan milik L. van Bogerijen ini.
Maka sejak saat itu Maison Bogerijen berhak untuk menyebut dirinya sendiri sebagai Leveranciers van Z. E. den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie atau pemasok bagi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Hingga pada akhirnya Sang Ratu merestui dan langsung mengirimkan lambang agung dari Belanda untuk dipasang di depan bangunan restoran mereka. Maison Bogerijen berhak untuk menyematkan Hofleveranciers van H. M. de Koningin der Nederlanden pada restoran mereka, yang berarti pemasok resmi untuk Ratu Belanda (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 1 Maret 1931).
Menempati Bangunan Baru dengan Tungku dan Mesin Modern
Bukan sebuah usaha yang mudah, setelah menghadap berbagai penentangan, selama hampir satu tahun akhirnya L. van Bogerijen, mendapatkan restu dari Wali Kota Bertus Coops untuk mendirikan restorannya dengan desain teras terbuka di tengah Bragaweg. Maka sejak peletakan batu pertama pendiriannya, akhirnya gedung baru nan megah di Bragaweg no.44 itu pun dibuka serta diresmikan dengan acara yang sangat meriah pada hari Kamis, tanggal 21 November 1923 (De Preanger-Bode, 22 November 1923).
Kehadiran bangunan baru Maison Bogerijen melengkapi berbagai toko lain yang juga baru berdiri di sana. Bragaweg semakin cantik dengan penampilan barunya. Sehingga tak salah akhirnya Bragaweg saat itu menjadi kawasan utama bagi masyarakat Bandung untuk berbelanja hingga mencari tempat hiburan.
Perpindahan gedung baru Maison Bogerijen tersebut rupanya benar-benar menjadi strategi marketing yang tepat. Pelanggan restoran tersebut semakin banyak, hingga Maison Bogerijen merasa perlu memasang lift khusus untuk mengantarkan makanan dari dapur di lantai pertama, ke ruang makan di lantai dua, agar service pada pelanggan semakin baik.
Tidak hanya lift pengantar makanan yang ditambahkan di bangunan baru tersebut. De Preanger-bode, 10 Agustus 1923 melaporkan, dalam pameran perdagangan Jaarbeurs, perusahaan Waal & Boom, supplier alat pemotong daging dengan bangganya mengumumkan bahwa Maison Bogerijen adalah salah satu pelanggan yang menggunakan mesin pemotong daging yang mereka jual. Tidak hanya alat pemotong daging, alat panggang keluaran H.J. van de Kamp Ovenbouw Machinefabriek St. Oedenrode, pun ditambahkan di bangunan baru tersebut.
Demikianlah Kota Bandung memiliki kebanggaan yang besar akan sebuah prestasi yang dicapai oleh Maison Bogerijen. Tidak saja sebagai restoran yang berkelas dengan fasilitas yang modern serta menakjubkan, tetapi mendapatkan pengakuan Sang Ratu.
*Tulisan kolom Ngulik Bandung, yang terbit setiap Kamis, merupakan bagian dari kolaborasi antara www.bandungbergerak.id dengan Komunitas Djiwadjaman.