Pameran Arsip Virtual UGM, Zaman Pelonco Dokter sampai Demonstrasi Reformasi 1998
Pascakemerdekaan, pergolakan revolusi fisik tak juga mereda. Jakarta dan Bandung tidak kondusif. Banyak pelajar dan mahasiswa yang meninggalkan kota-kota besar.
Penulis Iman Herdiana10 Mei 2021
BandungBergerak.id - Masih ingat peristiwa reformasi Mei 1998? Saat itu hampir seluruh mahasiswa turun ke jalan menuntut rezim Suharto mundur. Tak terkecuali mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang fotonya diabadikan dalam pameran arsip virtual: “UGM Dalam Pusaran Pendidikan”. Mengutip laman resmi UGM, Senin (10/5/2021), pameran ini bisa disimak di arsip.ugm.ac.id dimulai 2 Mei hingga 2 Juni 2021.
Foto demonstrasi reformasi 1998 itu diberi judul “Unjuk Rasa Reformasi Tahun 1998” di Grha Sabha Pramana, UGM. Selain foto kolosal ini, pameran arsip virtual UGM menampilkan arsip lainnya, seperti foto wisuda tahun 1983, Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 1979, Festival Olahraga UGM 19 Mei 1983, Tes Calon Mahasiswa 30 Mei 1985, dan lain-lain.
Kepala Bidang Informasi dan Pengembangan Sistem Kearsipan, Arsip UGM, Supriyanto, mengatakan pameran “UGM Dalam Pusaran Pendidikan” untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini. Pameran juga diselenggarakan sebagai sarana mengenang kembali perjalanan UGM dalam menjalankan tridarma pendidikan serta dapat menginspirasi dalam merintis pendidikan, termasuk di masa pandemi Covid-19 saat ini.
“Arsip-arsip yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan khazanah Arsip mulai dari awal perintisan kampus UGM hingga menempati kampus Bulaksumur,” jelas Supriyanto.
Menurutnya, pameran ini menyajikan 31 arsip meliputi 8 arsip tekstual dan 23 arsip foto. Dari 31 arsip tersebut terbagi dalam 5 bagian cerita. Pertama, arsip-arsip yang merekam UGM di awal kemerdekaan seperti perintisan/cikal bakal pendidikan tinggi UGM dari tahun 1946-1949.
Kedua, masa awal berdirinya UGM yang menjalankan perkuliahan di kompleks Keraton Yogyakarta dan Ngasem sekitar tahun 1949-1960. Ketiga, potret perkuliahan zaman dulu seperti kegiatan opspek, perkuliahan, dan lainnya.
Pameran arsip virtual UGM berikutnya, dipamerkan arsip UGM dalam pembangunan pendidikan di luar Jawa melalui Program Pengerahan Tenga Mahasiswa. Terakhir, UGM kampus Bulaksumur menyajikan berbagai arsip pembangunan kampus UGM di kompleks Bulaksumur, salah satunya peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat UGM oleh Presiden RI, Sukarno pada 19 Desember 1951.
“Pameran virtual ini pertama kali kita adakan dan rencananya akan menjadi agenda rutin tahunan. Harapannya melalui pameran arsip virtual nantinya bisa mengedukasi dan memasyarakatkan arsip sebagai salah satu sumber informasi sekaligus rekam jejak sejarah bangsa,” paparnya.
Baca Juga: Colenak Murdi dan Sate Madrawi Jamuan KAA 1955
Mencermati Teknologi Robot yang Semakin Dekat dengan Manusia
Konferensi Asia Afrika dan Sukarno di Mata Pram
FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19
ITB Bebaskan UKT Seleksi Mandiri bagi Mahasiswa Kurang Mampu
Cikal Bakal UGM
Menelusuri pameran arsip virtual UGM, pengunjung diajak bertamasya ke masa lalu, ke cikal bakal berdirinya kampus UGM. Pascakemerdekaan, pergolakan revolusi fisik tak juga mereda. Jakarta dan Bandung tidak kondusif. Banyak pelajar dan mahasiswa yang meninggalkan kota-kota besar mencari daerah yang aman.
Disebutkan, Ibukota RI dan beberapa kantor pemerintahan dipindahkan ke Yogyakarta dan Klaten. Sejak tahun 1946 hingga berdirinya UGM tahun 1949, didirikan berbagai perguruan tinggi di Klaten dan Yogyakarta. Perguruan tinggi inilah yang kemudian pada tahun 1949 digabung menjadi Universitit Negeri Gadjah Mada yang kini kita kenal dengan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pameran arsip itu membuktikan keberadaan perguruan-perguruan tinggi pada masa sebelum lahirnya UGM. Antara lain, arsip SK Menteri Kesehatan RI No. 319/Peg. tertanggal 3 Mei 1946 tentang pengangkatan Dr. M. Sardjito sebagai Guru Besar pada Perguruan Tinggi Kedokteran dan pemberian gelar profesor kepadanya (AS/OA.PF/1). SK ini menjadi bukti keberadaan Perguruan Tinggi Kedokteran pada tahun 1946.
Kuliah di Kraton
UGM didirikan melalui PP No. 23 Tahun 1949 tertanggal 16 Desember 1949. Setiap tahun UGM memperingati dies natalis pada tanggal 19 Desember. Pada awal berdiri UGM menempati berbagai lokasi di antaranya komplek Kraton Yogyakarta, Komplek Ngasem, dan Jetis. Periode awal UGM dipimpin oleh Presiden Universitas, Prof. Dr. M. Sardjito.
Dipamerkan pula PP 23 Tahun 1949 tanggal 16 Desember 1949 tentang Penggabungan Universitit menjadi UNGM. SK ini menunjukkan UGM terdiri dari berbagai perguruan tinggi yang telah ada yang kemudian digabung menjadi satu.
Dokumen UGM juga menyebut, pada awal berdiri tahun 1949, kampus ini belum memiliki gedung sendiri. Saat itu UGM menempati gedung di berbagai lokasi di antaranya komplek Kraton dan Ngasem hingga tahun 1970-an. Dengan segala keterbatasan, berbagai kegiatan kampus tetap diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya perkuliahan, plonco, seminar, ujian promosi doktor, pengambilan sumpah dokter, penganugerahan honoris causa, dan lain-lain.
Dipamerkan bagaimana foto hitam putih perpeloncoan di masa lalu yang dilakukan mahasiswa kedokteran. Foto ini menunjukkan mahasiswa yang mengenakan pakaian dalam sedang menggotong seorang mahasiswa lain ke atas air atau mungkin lumpur. Ada pula foto penganugerahan Gelar Doktor HC kepada Ir. Sukarno yang berlangsung di Sitihinggil tanggal 19 September 1951. Pada kesempatan ini, Sukarno tampak masih muda dan ramping, mengenakan safari dan peci hitam khasnya.
Selama menempati gedung di berbagai lokasi, UGM mempersiapkan pembangunan kampus di komplek Bulaksumur. Diawali dengan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat UGM pada 19 Desember 1951.
Pembangunan Gedung Pusat UGM selesai tahun 1959 dan diresmikan oleh Presiden Sukarno tanggal 19 Desember 1959. Pembangunan gedung-gedung fakulas dilakukan secara bertahap. Beberapa fakultas ada yang menggunakan Gedung Pusat UGM sebagai tempat perkuliahan.