• Cerita
  • Kecamatan Sukajadi: Cerita Wabah “Maut Hitam” dan Vaksin dr Otten

Kecamatan Sukajadi: Cerita Wabah “Maut Hitam” dan Vaksin dr Otten

Kecamatan Sukajadi menjadi daerah di Bandung yang paling banyak dihuni garda kesehatan. Terkait erat dengan sejarah wabah hitam di Priangan sampai COVID-19.

Jalan Layang Pasteur Surapati (Pasupati) yang melintasi Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Jalan layang ini menjadi gerbang Bandung dari wilayah barat (Jakarta). (Foto: Iqbal Kusumadirezza)

Penulis Iman Herdiana27 Maret 2021


BandungBergerak.id - Wabah atau pandemi bukan kali ini saja terjadi di Indonesia dan dunia. Sejarah telah merekam berbagai jenis wabah yang pernah melanda, termasuk di Jawa Barat. Di antara rangkaian wabah, nama Dr Otten sering dibawa-bawa.

Dr Otten diabadikan sebagai sebuah nama jalan di Bandung. Posisi jalan ini tak jauh dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Kebetulan, di kawasan ini juga berdiri pabrik vaksin Bio Farma. Di masa pandemi COVID-19, Bio Farma menjadi tumpuan karena menjadi pusat uji klinis vaksin Covid-19.

Baik RSHS, Bio Farma maupun Dr Otten sama-sama menyimpan sejarah panjang khususnya dalam penanganan penyakit di negeri ini. RSHS dan Bio Farma sama-sama berdiri di Jalan Pasteur. Sementara Dr Otten pernah memimpin gedung cikal-bakal Bio Farma.

RSHS dibangun sejak masa penjajahan Belanda tahun 1920, demikian dijelaskan dokumen resmi RSHS. Pada 15 Oktober 1923, rumah sakit ini diresmikan dengan nama “Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis” alias Rumah Sakit Umum Bandung. Masyarakat sempat menyebut rumah sakit ini sebagai RS Ranca Badak, berasal dari nama kampung di wilayah tersebut, yakni Kampung Ranca Badak.

Jauh sebelum RSHS berdiri, Bio Farma sudah lebih dulu dibangun untuk mengantisipasi berbagai wabah di nusantara, salah satunya wabah cacar. Bahkan Gedung Bio Farma sempat dinamai Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur, seperti disebutkan di laman resmi Bio Farma.

Dalam buku “Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia” Dirjen PP & PL Departemen Kesehatan RI (2007), disebutkan sekitar abad ke-19, wabah cacar menjangkit Batavia, kini Jakarta.

Teknologi vaksin waktu itu sudah dikembangkan, meski jangan membayangkan teknologinya secanggih sekarang. Pada 1896 didirikan Parc Vaccinogen Instituut Pasteur. Institut inilah yang menjadi embrio pabrik vaksin Bio Farma.

Penanganan cacar Hindia Belanda kemudian dipusatkan ke Parc Vaccinogen Instituut Pasteur. Nama institut ini pun berubah menjadi Landskoepok Inrichting en Instituut Pasteur.

Masa 1921-1940, Dinas Cacar melaporkan kejadian cacar dengan dua kematian (22%) dari 9 penderita pada 1938. Di masa inilah Dr L. Otten mengambil peranan. Ia berhasil menyempurnakan pembuatan vaksin dari larutan dalam gliserin menjadi vaksin kering in vac.

Selain cacar, negeri ini pernah diserang warbah sampar, seperti tercatat dalam buku “Jaman Woneng: Wabah Sampar di Priangan, 1925-1937” yang ditulis Atep Kurnia (Penerbit Layung dan Ayo Bandung, Garut, 2020).

Woneng merupakan sebutan warga dalam menyebut sampar, merujuk dari upaya pemerintah dalam memberantas penyakit ini dengan memperbaiki dan membangun kembali rumah (verbeterde woningen).

Sasaran program verbeterde woningen, kata Atep Kurnia, adalah rumah-rumah bambu yang rentan menjadi sarang tikus, agen pembawa bibit penyakit sampar.

Sampar dikenal juga sebagai penyakit pes yang dipicu bakteri Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa hewan pengerat seperti tikus. Penyakit ini menyerang kulit, limpa, paru-paru, dan organ tubuh lainnya.

Wabah sampar pernah menjadi pandemi yang disebut wabah “maut hitam” pada abad pertengahan di Eropa. Wabah maut hitam merenggut sedikitnya 25 juta jiwa.

Penyakit sampar kini sudah ditemukan obat dan vaksinnya. Akan tetapi penyakit ini tetap harus diwaspadai mengingat tikus-tikus masih berkeliaran.

Menurut Atep Kurnia, wabah “maut hitam” sampar terjadi secara bergelombang yang dimulai di Malang pada 5 November 1910, menjalar ke Kediri, Blitar, Tulungagung, Madiun, Surakarta, Yogyakarta, Ambarawa, Parakan, Banyumas.

Diperkirakan korban sampar mencapai ratusan ribu jiwa. Sampar masuk wilayah Jawa Barat pada gelombang ketiga, yakni 1923. Mula-mula masuk Kuningan, Majalengka, dan Ciamis.

Dari situ menjalar ke barat sampai Priangan termasuk Bandung. Kematian disebabkan sampar pada 1932 mencapai 4.366 jiwa, pada 1933 meningkat menjadi 15.000, dan 1934 mencapai 23.239.

Priangan menjadi episentrum sampar di Jawa Barat. Hampir seluruh daerah di Kabupaten Bandung terinfeksi wabah ini.

Sama seperti COVID -19, penanganan sampar menggantungkan harapan harapan pada vaksin sebagai pembentuk kekebalan tubuh. Akhir 1934, dr Otten yang menjabat Direktur Instituut Pasteur, berhasil menemukan vaksin dari uji coba tikus yang ditangkap di Ciwidey.

“Dokter Otten berhasil melakukan percobaan sehingga akhirnya menemukan bahwa basil sampar pada tikus yang ditangkap di Ciwidey ternyata cocok untuk dijadikan vaksin massal,” tulis Atep Kurnia.

Sukajadi dan Tempat Kumpulnya Garda Kesehatan

Jika ditanya kecamatan mana yang punya fasilitas kesehatan paling banyak dan lengkap di Bandung? Sukajadi jawabannya. Kecamatan ini satu dari 30 kecamatan di Kota Bandung dengan luas 430,90 hektar dan berada di ± 730 meter di atas permukaan laut.

Fasilitas kesehatan yang berdiri di kecamatan ini mulai dari rumah sakit, fakultas kedokteran, perusahaan vaksin BUMN Bio Farma, Puskesmas, Posyandu, praktek dokter, bidan, dan lainnya.

RSHS merupakan satu dari sekian fasilitas kesehatan yang masuk wilayah Sukajadi. RSHS menjadi rujukan Puskesmas yang ada di Bandung dan Jawa Barat. Data Badan Pusat Statistik 2019 mencatat, selain RSHS di wilayah ini juga terdapat 2 rumah sakit. Sehingga total ada 3 rumah sakit di Kecamatan Sukajadi.

Fasilitas Puskesmas yang tersedia sebanyak 2 unit dan Posyandu terdapat 72 unit yang tersebar di masing-masing kelurahan. Sedangkan tenaga kesehatan yang tercatat berpraktek di Kecamatan Sukajadi adalah dokter dan bidan.

Total ada 44 dokter dan 16 bidan praktek yang tersebar di masing-masing kelurahan. Sementara jumlah apotek ada 22 unit dan jumlah poliklinik ada 2 unit.

Fakultas kedokteran yang berdiri di kawasan ini ialah Rumah Sakit Pendidikan Unpad yang terintegrasi dengan RSHS. Institusi swastanya ada Universitas Maranatha yang juga punya fakultas kedokteran.

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tempo dulu. RSHS dibangun Belanda tahun 1920 dengan nama Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis. (Dok RSHS)
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tempo dulu. RSHS dibangun Belanda tahun 1920 dengan nama Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis. (Dok RSHS)

Kecamatan Sukajadi posisinya masih di tengah kota. Secara geografis kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cidadap di utara. Di bagian selatan berbatasan dengan Cicendo, bagian timur berbatasan dengan kecamatan Coblong.

Wilayah Sukajadi sangat strategis karena di wilayah barat berbatasan dengan Kota Cimahi. Di wilayah ini terdapat Gerbang Tol Pasteur (Cipularang) yang menghubungkan lalu lintas dari Jakarta langsung ke tengah kota melalui Jalan Layang Pasupati. 

Kecamatan ini terdiri atas 5 yaitu Kelurahan Sukawarna, Sukagalih, Sukabungah, Cipedes, dan Pasteur. Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) dari lima kelurahan tersebut 49 RW dan 332 RT. Kelurahan Sukagalih memiliki wilayah terluas, yakni 131 hektar. Kelurahan Sukabungah menempati wilayah terkecil yaitu 49,9 hektar.

Penduduk Kecamatan Sukajadi didominasi laki-laki dari total penduduk sebanyak 110.356, terdiri dari 55.087 laki-laki dan 55.269 perempuan. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2015 sebanyak 108.512 jiwa.

Bila melihat distribusi penduduk Kota Bandung, Cipedes menjadi kelurahan terpadat, yakni 31.840 6.764 jiwa, disusul Sukabungah 25.388 5.199 penduduk, Sukagalih 18.799 3.329 penduduk, Pasteur    19.746 5.261 penduduk, dan Sukawarna 14.583 3.041 penduduk.

Rentang umur penduduk Kecamatan Sukajadi sebagian besar berada pada rentang usia produktif, yaitu usia 20-39 tahun sebanyak 53.996 jiwa, dan usia 40-49 tahun sebanyak 16.548 penduduk. Jumlah usia anak, yakni 0-19 tahun, sebanyak 27.621, dan lansia 50-65 tahun ke atas sebanyak 10.310.

Warga Belum Tamat SD

Survey BPS tentang jenjang pendidikan yang ditempuh penduduk 10 tahun ke atas menunjukkan, ada 475 warga yang tidak atau belum pernah sekolah. Warga yang belum tamat SD sebanyak 1.921 jiwa, warga lulusan SD/MI/ Sederajat sebanyak 10.413 jiwa.

Kemudian lulusan SMP/MTs sebanyak 5.081 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 6.419 orang, SMK/sederajat  sebanyak 88 orang, lulusan Diploma I/II sebanyak 2.688 orang, lulusan Diploma III/Sarjana sebanyak 1.741 orang. Lulusan Diploma IV/S1 sebanyak 412 orang dan S2/S3 sebanyak 297 orang.

Mata pencaharian warga Kecamatan Sukajadi beragam, terdiri dari dari PNS 6.633 orang, TNI/Polri 307 orang, pegawai swasta 19.804 orang, pedagang 18.847 orang, pelajar 1.278 orang, mahasiswa 391 orang, pensiunan 4616 orang, dan lainnya 53 orang.

Sarana pendidikan yang tersedia di wilayah ini terdiri dari SD sampai perguruan tinggi negeri. Jumlah SD di Kecamatan Sukajadi sebanyak 23 unit yang menjadi sarana belajar 3.869 murid dan diampu 394 guru. Masing-masing kelurahan memiliku SD.

Cipedes sebagai kelurahan terpadat memiliki 7 unit SD, 449 murid, dan 45 guru. Pasteur dan Sukabungah masing-masing 5 unit SD, kemudian Sukagalih 2 unit SD.

SMP di Kecamatan Sukajadi ada 4 unit yang tersebar di Sukawarna, Sukagalih, Cipedes, dan Pasteur. Namun data BPS tidak mencantumkan jumlah murid dan guru SMP. Sementara Sukabungah tidak tercatat adanya SMP.

SMA di Kecamatan Sukajadi ada 5, yakni di Sukawarna 1 unit, Sukagalih 2 unit, Sukabungah 1 unit, dan Cipedes 1 unit. Hanya di Pasteur yang tercatat tidak ada SMA.

SMK tercatat ada 1 unit di Sukawarna. Namun baik data jumlah murid maupun guru di Kecamatan Sukajadi, BPS tidak mencantumkannya.

Wilayah Sukajadi tercatat ada 2.138 Kepala Keluarga (KK) penerima raskin. Volume bantuan berupa beras mencapai 26.295 kilogram. Penerima raskin tersebar di kelurahan Sukawarna sebanyak 260 KK, Sukagalih 470 KK, Sukabungah 525 KK, Cipedes 478 KK, dan Pasteur 405 KK.

Warga penyandang disabilitas di kecamatan ini terdiri dari difabel tunadaksa 117 orang, tunawicara 63 orang, tunarungu 65, tunanetra 86, gangguan mental dan lain-lain sebanyak 71 orang. Mereka tersebar di masing-masing kelurahan.

Sarana peribadatan terdiri dari tempat ibadah umat Islam dan Kristen Protestan. Sarana ibadah untuk umat Islam berupa masjid dan musola yang jumlahnya 96 unit. Sedangkan Gereja Protestan tersebar di Sukagalih 2 gereja, Cipedes 1 gereja, dan Pasteur 2 gereja.

Jenis gangguan Kamtibmas di wilayah ini berupa kasus pencurian yang terjadi di Sukawarna, Sukabungah, Cipedes, dan Pasteur yang masing-masing terdiri dari 1 kasus. Kasus kebakaran tercatat di Sukagalih dan Sukabungah masing-masing 1 kali.

Kelompok Organisasi kemasyarakatan terdiri dari LPM 5, karang taruna 5, kesenian 25, olahraga, bulutangkis 12, footsal 6, basket 1, sepakbola 1.

Geliat Ekonomi di Sukajadi

Industri yang berkembang di kecamatan ini terdiri dari industri besar 1 unit, sedang 15 unit, SPBU 6 unit. Perdagangan dilakukan di pasar tradisional dan modern. Tercatat ada 2 pasar tradisional, 10 kelompok pertokoan, 26 minimarket, 2 toserba, 4 dept store, 10 super market, 2 hyper market.

Usaha kuliner terjadi dalam usaha makan dan minum yang terdiri dari 416 warung makan, 37 rumah makan dan 21 restoran. Juga terdapat sekitar 50 hotel berbintang dan hotel melati.

Sarana pariwisata dan rekreasi berupa bioskop terdapat 1 unit di Cipedes, 6 tempat karaoke di berbagai kelurahan, 6 pusat kebugaran, 3 diskotik, 4 biliar, dan 1 panti pijat.

Perputaran uang di kecamatan ini bisa dilihat dari penerimaan anggaran yang terbagi dalam penerimaan rutin mencapai Rp1.050.000.000 dan penerimaan pembangunan Rp910.000.000. Penerimaan dari pajak mencapai Rp 4.200.190.122.

Pemberi zakat di wilayah ini tercatat ada 17.687 orang dengan penerima zakat fitrah sebanyak 6.714. Jumlah zakat fitrah yang terkumpul terdiri dari beras sebanyak 16.902 kilogram dan uang Rp43.610.500.

Sektor keuangan dilayani lembaga keuangan perbankan dan non-perbankan. Bank umum ada 29 unit, 2 unit BPR. Juga terdapat 66 koperasi, 1 Pegadaian, 8 asuransi, 2 money changer.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//