• Foto
  • Satwa-satwa di Lahan Sengketa

Satwa-satwa di Lahan Sengketa

Di luar isu sengketa lahan, memanajemeni Kebun Binatang Bandung tidak mudah. Perlu manajerial mumpuni dalam menjalankan konservasi sekaligus rekreasi.

Fotografer Prima Mulia21 Juni 2023

BandungBergerak.idPlang penanda aset Pemerintah Kota Bandung terpasang di halaman dekat kantor macaw, kantor staf Bandung Zoological Garden atau Kebun Binatang Bandung, Senin (19/6/2023). Babak baru konflik perebutan aset kebun binatang antara Yayasan Margasatwa Tamansari (pengelola Bandung Zoo) dan Pemerintah Kota Bandung semakin memanas.

Setelah menang di pengadilan, pemerintah melalui Badan Keuangan dan Aset Daerah berencana menyegel Bandung Zoo pada Juli 2023 dan menagih uang sewa lahan yang nunggak dari tahun 2008 sampai 2023 sebesar 17,1 miliar rupiah. Bandung Zoo mendaftarkan kasasi ke Mahkamah Agung, lahan konflik masuk status quo, jadi penyegelan harus menunggu hasil putusan inkracht atau berkekuatan hukum tetap.

Lahan lembaga konservasi dan hutan kota seluas 13,9 hektare yang  jadi obyek perseteruan ini juga memancing tanggapan dari Gubernur Ridwan Kamil yang mendukung Pemkot Bandung untuk mengambil alih Bandung Zoo sesuai keputusan pengadilan.

Bulan Agustus tahun 2022 sempat berlangsung aksi penandatanganan petisi jangan tutup Bandung Zoo. Pengunjung dan para peserta festival kebaya waktu itu ikut menandatangani petisi mendukung taman satwa dengan 680 ekor hewan itu.

Kebun Binatang Bandung didirikan pada 1930 oleh Bandung Zoological Park (BZP), dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland. Pengesahan kebun binatang ini dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, kemudian dituangkan pada keputusan 12 April 1933 No.32. Di masa pendudukan Jepang yang penuh kekacauan, kebun binatang tak dikelola dengan baik.

Tahun 1948 kebun binatang mengalami rehabilitasi agar fungsinya kembali sebagai lembaga konservasi satwa. Atas inisiatif Ema Bratakusumah, Bandung Zoological Park dibubarkan dan berganti  nama menjadi Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1957.

Di tengah gonjang-ganjing rebutan aset, aktivitas di Bandung Zoo masih berjalan normal. Para pengunjung asyik lalu lalang menjelahi seluruh area kebun binatang. Zona Afrika, zona binturong, dan zona karnivora selalu jadi favorit. Pengunjung bisa berinteraksi sambil memberi makanan untuk binturong atau jerapah.

Pada hari biasa, Bandung Zoo rata-rata menerima sekitar 400 pengunjung. Akhir pekan di hari Sabtu meingkat sampai 1.000, di hari Minggu bisa 2.000 pengunjung. 

"Libur lebaran dan libur sekolah adalah puncak kunjungan tertinggi. Lebaran kemarin dalam 10 hari Bandung Zoo dikunjungi 49.000 wisatawan," kata Sulhan Syafii, humas Bandung Zoo.

Menurut Sulhan, keuntungan tiket masuk ke Bandung Zoo disisihkan untuk program renovasi kandang dan fasilitas lain. Untuk perbaikan seluruh area bisa menghabiskan total 75 miliar rupiah, kandang elang saja membutuhkan 700 juta rupiah per unit. Bandung Zoo mengklaim semua kandang sudah sesuai standar kesejahteraan satwa (animal welfare).

"Zona karnivora dan herbivora belum semua direnovasi kecuali kandang singa. Itu sudah sesuai aturan dalam bentuk kandang prerange untuk singa Afrika. Kandang prerange adalah kandang tanpa pagar, kawat, atau kaca pengaman, jadi pengunjung leluasa melihat aktivitas satwa. Kandang ini hanya dibatasi oleh parit cukup dalam dan instalasi kejut khusus untuk hewan agar tidak melewati batas parit. Kandang prerange ini sudah sesuai dengan standar animal welfare,” beber Sulhan.

Yang sudah standard adalah zona afrika, zona reptil, zona elang,  kubah burung, kandang gajah, untuk zona Asia sedang dalam pembangunan. Perbaikan nfrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya sudah lebih dari 50 persen," kata Sulhan.

Bandung Zoo juga dikenal sebagai  salah satu lembaga konservasi yang mampu breeding tapir dengan nilai terbaik, koleksinya ada 10 ekor tapir. Selain itu Bandung Zoo juga jadi salah satu lembaga konservasi pilihan utama BKSDA untuk rescue macan tutul Jawa.

Lokasi lahan kebun binatang dan hutan Bandung Zoo ini memang sangat strategis, selalu diwarnai dengan wacana-wacana pembangunan mulai dari transportasi oleh pemerintah terdahulu, lalu isu bakal direlokasi karena lahannya diprediksi cocok untuk proyek properti, sampai yang diklaim oleh banyak orang dengan bukti dan argumentasinya masing-masing.

Terlepas dari sengkarut kepemilikan lahan, manajemen sebuah lembaga konservasi bukanlah hal yang mudah. Bukan sekadar nilai aset dan gula-gula bisnis saja, diperlukan kemampuan manajerial yang mumpuni untuk mengawal kebun binatang menjalan fungsinya sebagai sebuah lembaga konservasi, selain tempat rekreasi.

"Jadi keeper dan pengurus di kebun binatang mah harus rido, ini menyangkut kesejahteraan hewan yang kita kelola. Di saat satwa-satwa langka semakin terancam punah, kebun binatang itu jadi benteng terakhir konservasi satwa-satwa tersebut," kata Sulhan.

Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//