• Foto
  • Dalam Diam Suara Munir semakin Lantang

Dalam Diam Suara Munir semakin Lantang

Kamis (7/9/2023) kemarin tepat 19 tahun kematian Munir. Aktivis yang memperjuangkan pelanggaran HAM itu dibunuh dalam perjalanan udara menuju Belanda.

Fotografer Virliya Putricantika10 September 2023

BandungBergerak.idKematian Munir Said Thalib meninggalkan bekas mendalam. Sampai hari ini namanya terus diperjuangkan, termasuk oleh Wanggi Hoed. Seniman pantomim yang tinggal di Bandung ini lantang menyuarakan kasus pembunuhan Munir dalam aksi diamnya.

Kamis (7/9/2023) tepat 19 tahun kematian Munir, aktivis yang memperjuangkan pelanggaran HAM itu dibunuh dalam perjalanannya menuju Belanda. Sejak siang hari, Wanggi mengabarkan di media sosialnya akan melakukan longmars dari Taman Pramuka sampai Taman Cikapayang.

Mengenakan baju hazmat berwarna kuning, Wanggi menjelaskan dengan suara beratnya yang khas tentang rute-rute mana saja yang akan diambil dalam aksi senyapnya, sebelum bergabung dengan Aksi Kamisan Bandung yang memperingati September Hitam.

Mengedukasi orang-orang muda yang mungkin mulai lupa dengan Munir menjadi tujuannya. Setelah memoles wajah dan menyiapkan beberapa properti, Wanggi segera menggendong ranselnya. Bersiap menyusuri jalan dengan jarak tiga kilometer.

Di perjalanan sesekali ia berhenti untuk mengingatkan masyarakat akan sosok Munir. Tidak hanya di persimpangan jalan, tapi juga di beberapa warung kopi dan distro baju di Jalan Trunojoyo. Wanggi memanggil ingatan orang-orang muda di sana untuk kembali mengingat tragedi penghilangan nyawa seseorang oleh kekuasaan.

Selama 50 menit ia menyusuri jalanan di Bandung, selama itu juga Wanggi merenungkan yang terjadi pada Munir dan pelanggaran HAM yang masih terjadi sampai hari ini.

“Tadi saya hampir nangis beberapa kali,” cerita Wanggi sambil beristirahat di Taman Cikapayang. “Udah 19 tahun saja ini (kematian Munir Said Thalib),” tambahnya.

Munir berangkat ke Belanda untuk melanjutkan S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht, 6 September 2004, menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 974 tujuan Amsterdam. Dalam perjalanan ini Munir diracun arsenik.

Proses hukum terhadap pembunuhan Munir berlangsung kontroversial. Pada 25 Januari 2008 Peninjauan Kembali Mahkamah Agung menyatakan Pollycarpus bersalah dalam kasus pembunuhan Munir. MA menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara.

Sebelumnya, Februari 2008 mantan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Indra Setiawan divonis penjara satu tahun.

Depitu V BIN/Penggalangan (2001-2005) Muchdi Purwoprandjono (Muchdi PR) diduga kuat terlibat dalam perencanaan pembunuhan Munir. Namun, di ujung tahun 2008, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Muchdi PR bebas murni dari segala dakwaan.

Tahun 2016, Presiden Joko Widodo meminta Jaksa Agung HM Prasetyo untuk mengusut kembali kasus pembunuhan Munir. Sampai saat ini kasus pembunuhan Munir belum terungkap.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//