• Foto
  • Menutup Mata dari Perlintasan Sebidang

Menutup Mata dari Perlintasan Sebidang

Ratusan perlintasan sebidang kereta api tak berpenjaga. Menutup mata dari perlintasan sebidang sama dengan membiarkan kecelakaan, bahkan maut.

Fotografer Prima Mulia10 September 2023

BandungBergerak.idSebatang galah bambu menjulang di perlintasan sebidang rel kereta api di Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, 4 September 2023. Galah ini jadi pengganti pintu penutup manakala rangkaian kereta api melintas menuju atau baru keluar dari Stasiun Rancaekek. Lokasinya sangat berdekatan dengan Stasiun Rancakek dan stasiun depo sepur kilat Jakarta Bandung.

Warga sekitar bergantian mengoperasikan palang bambu ini saat kereta lewat. Perlintasan ini jadi salah satu jalan pintas pengendara sepeda motor dari arah Rancaekek ke Cileunyi sekaligus satu-satunya akses keluar masuk warga kampung ke arah Rancaekek. Perlintasan ini biasa ramai sejak pagi sampai sore hari.

"Warga saja yang mengoperasikan pintu perlintasan bergantian. Ada beberapa pengendara yang suka memberi uang, seikhlasnya saja. Tapi sering juga yang memaki sambil marah-marah minta pintu dibuka saat kereta akan lewat. Akses jalan ini juga penting bagi warga kampung saat terjadi kondisi darurat," kata seorang wanita berusia 48 tahun yang enggan disebut namanya.

Menurut dia, akses ini tidak akan ditutup oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) asalkan warga bisa menjaga dan memastikan keamanan di perlintasan.

BandungBergerak.id menyusuri beberapa perlintasan sebidang dari ujung barat di Padalarang sampai Cicalengka di wilayah timur. Situasi perlintasan sebidang ini tak banyak berubah setidaknya dalam  satu dekade terakhir ini. Masih dijaga sukarelawan dari warga sekitar dengan fasilitas seadanya. Ada juga yang sudah cukup mentereng seperti di depan Masjid Al Jabbar, Cimincrang, Gedebage, yang sudah dilengkapi pintu otomatis dan gardu penjaga, walau belum berfungsi dan masih dijaga secara manual. 

Ajun (50 tahun), warga Desa Sukatani, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, berjaga di sebuah pos perlintasan di dekat terowongan kereta cepat. Jaraknya hanya sekitar 300 meter saja dari Stasiun Padalarang dan Stasiun Kereta Cepat Padalarang. Kondisi perlintasan kereta api di jalan penghubung antarkampung ini masih sama seperti 10 tahun silam, cukup dengan palang dari galah bambu berwarna merah putih.

"Berjaga gentian, nanti yang sore ke malam giliran yang lain. Setiap dua hari sekali dapat libur.  Lumayanlah masing-masing bisa dapat 30-40 ribu (rupiah) per hari dari sumbangan pengendara yang lewat," kata Ajun.

Saat musim libur seperti hari besar atau tahun baru, perjalanan kereta api biasanya bertambah sibuk. Ajun dan kawan-kawan bisa dapat insentif dari PT KAI 500 ribu rupiah selama berjaga.

Sama seperti Ajun, Ade penjaga palang pintu di perlintasan kereta api Guruminda, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, juga bergantian jaga dengan beberapa temannya. Pria 33 tahun ini mengandalkan sumbangan sukarela dari pengendara yang lewat.

Gambaran ini mencerminkan kondisi perlintasan sebidang di jalur rel kereta api sejak masa lalu sampai abad artificial intelligence sekarang ternyata masih sama: primitif. Ada yang dijaga warga secara sukarela, ada juga yang tak berpenjaga. Insiden kecelakaan mobil atau sepeda motor yang dilanggar kereta api di perlintasan sebidang tak pernah berkesudahan.

Menutup Mata dari Risiko Maut

Jalur rel kereta api tanpa palang pintu otomatis di perlintasan sebidang masih jadi masalah yang tak kunjung usai ditangani. Jika dipasang pintu otomatis tentu harus ada operator yang berjaga. Dan banyak perlintasan sebidang yang lokasinya jauh ke pedalaman atau jauh dari keramaian.

Ada opsi lain yang masuk akal, yaitu dengan membuat underpass atau overpass. Salah satu solusi pembuatan overpass yang diklaim murah dan cepat pengerjaanya adalah dengan konstruksi baja bergelombang seperti jembatan pelangi di Jalan Jakarta. Jembatan pelangi adalah jembatan pertama di Indonesia yang mengadaptasi teknologi baja bergelombang. Teknologi  ini seharusnya bisa diterapkan pada pembangunan perlintasan sebidang di seluruh daerah. Biaya pembuatannya diklaim 60 persen lebih murah dan waktu pengerjaanya 50 persen lebih cepat dibanding jembatan beton bertulang.

Saat pembangunan megah stasiun-stasiun kereta api gencar dilakukan pemerintah, menggantikan bangunan tua stasiun-stasiun lama, bahkan mengancam salah satu stasiun bersejarah di Cicalengka, pembenahan ratusan perlintasan sebidang tampaknya tetap tak tersentuh.

Perlintasan sebidang layaknya seperti benda cagar budaya masa kolonial, tak boleh dirubah atau dirobohkan, harus terus lestari. Ini ironi karena risiko menutup mata pada bahaya perlintasan sebidang tidaklah main-main, bisa maut taruhannya.

Ada 406 perlintasan sebidang di wilayah Daop 2 dan 302 perlintasan di antaranya tak dijaga. Angka kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang masih tinggi tiap tahunnya, terutama di perlintasan tanpa penjaga. Saat ini ada 3.776 perlintasan sebidang di Indonesia, tapi baru 1.728 perlintasan yang dijaga dan dilengkapi palang pintu serta rambu.

Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//