Sejarah Tumpas di Stasiun Kami
Saksi bisu sejarah kereta api era Hindia Belanda di Bandung satu per satu tergusur bangunan baru. Setelah Stasiun Rancaekek, Stasiun Cicalengka menyusul punah.
Saksi bisu sejarah kereta api era Hindia Belanda di Bandung satu per satu tergusur bangunan baru. Setelah Stasiun Rancaekek, Stasiun Cicalengka menyusul punah.
BandungBergerak.id - Pangling, begitu saat kembali menjejakan kaki di emplasmen stasiun kereta api Cicalengka (+689 mdpl), di Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, awal Juni 2023 lalu. Terakhir saya ke sini saat membuat foto-foto untuk esai tulisan sejarah kereta api di BandungBergerak.id tahun 2021. Saat ini, pagar seng menutup sebagian area stasiun, sejumlah pekerja terlihat bekerja di atas rangka-rangka baja menjulang sebagai struktur bangunan baru stasiun.
Di dalam stasiun, pekerja lalu lalang menyelesaikan pembuatan jalur rel baru. Stasiun yang sudah beroperasi sejak 1884 ini segera memiliki bangunan baru yang lebih modern, dipastikan akan memiliki atap dengan desain gedung sate dan sky bridge yang melintang di atas rel. Seperti bangunan-bangunan stasiun kereta api baru di Cimekar, Gedebage, dan Rancaekek.
Saya terakhir menyambangi stasiun di wilayah timur Bandung ini pada bulan Oktober 2021. Waktu itu belum terlihat aktivitas pembangunan rangka-rangka baja konstruksi bangunan. Yang sedang dikerjakan adalah proyek konektivitas rel ganda Bandung Cicalengka.
Gonjang ganjing rencana penggusuran bangunan tua Stasiun Cicalengka muncul setelah rangka-rangka baja mulai berdiri, informasinya bangunan stasiun lama akan digusur alias dirobohkan. Rencana ini mendapat reaksi keras dari sebagian warga dan para pemerhati sejarah di Cicalengka, termasuk Bandung Heritage.
Pemerintah bergeming. Balai Teknik Perkeretaapian Direktorat Jenderal Kereta Api Jawa Barat memastikan stasiun lama Cicalengka akan dirobohkan. Stasiun Cicalengka dianggap tidak memiliki nilai historis (bukan bangunan cagar budaya). Kabarnya bangunan stasiun akan dipereteli dan dirangkai ulang di museum kereta api di Ambarawa.
Tahun 1862 Cicalengka berstatus sebagai ibukota Afdeling Bandung Selatan. Pada perkembangan berikutnya, tahun 1871 Afdeling Bandung Selatan dirubah jadi Afdeling Cicalengka. Sebagai salah satu afdeling penghasil komoditi utama perkebunan, Stasiun Cicalengka berdiri dan resmi beroperasi mengangkut manusia dan barang pada 10 September 1884. Stasiun Cicalengka juga tercatat dalam sejarah perkeretaapian sebagai bagian dari awal terhubungnya jaringan kereta api jalur barat di Jawa Barat antara Cianjur dan Bandung. Sepertinya jelas Stasiun Cicalengka memiliki nilai historis dan layak diajukan jadi bangunan cagar budaya.
Pengelolaan cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian warisan budaya bersifat kebendaan ini penting karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, dan sedikitnya telah berumur 50 tahun.
Dalam tulisan Atep Kurnia di BandungBergerak.id tentang Sejarah Kereta Api Di Bandung Raya, pembangunan jalur kereta api ke arah Cicalengka didasarkan pada Undang-undang 6 Juni 1878 yang tertuang dalam Staatsblad Nomor 201, dengan petak jalan yang meliputi Bogor-Cicirug, Cicurug-Sukabumi, Sukabumi-Cianjur, Cianjur-Bandung, dan Bandung-Cicalengka.
Rencana penggusuran stasiun kereta api berusia 139 tahun ini memantik reaksi beragam dari warga masyarakat pengguna kereta api, pemerhati sejarah, dan pegiat Lingkar Literasi Cicalengka (LLC) yang intinya meminta dukungan agar Stasiun Cicalengka tak dirobohkan.
Usai diskusi bertema Cicalengka Darurat Cagar Budaya, petisi daring “Jangan Hancurkan Stasiun Cicalengka Yang Bersejarah” bergulir di dunia maya, untuk menghimpun dukungan masyarakat luas, khususnya warga Cicalengka.
Stasiun Cicalengka masih memiliki arsitektur stasiun yang khas, corong air, dan turn table atau pemutar lokomotif peninggalan masa Hindia Belanda. Turn table seperti ini juga masih bisa dilihat di eks Stasiun Ciwidey (jalur kereta api Bandung-Ciwidey), masih utuh dan terhimpit rumah-rumah penduduk.
Upaya pelestarian bangunan Stasiun Cicalengka penting untuk dipertahankan. Kita bisa berkaca pada bangunan asli Stasiun Rancaekek (+668 mdpl) di Rancaekek Wetan, Kabupaten Bandung, yang sudah lenyap. Awal tahun 2021, stasiun yang juga sudah beroperasi sejak tahun 1884 ini masih memiliki bangunan tua berupa ruang tunggu stasiun, gudang, sebuah bangunan rumah besar yang dijadikan kantor PT KAI, dan monumen roda kereta api uap.
Agustus 2021, bangunan rumah besar Stasiun Rancaekek sudah roboh, sementara jalur rel baru sudah mengarah ke bangunan stasiun lama, hanya terhalang oleh dinding bangunan gudang, tinggal tunggu waktu untuk ditembus. Desember 2022, semua bangunan lama sudah hilang, bangunan stasiun baru tengah dalam proses pengerjaan. Tahun 2023, seluruh operasional Stasiun Rancaekek sudah berjalan di fasilitas yang baru.
Nilai sejarah Stasiun Cicalengka dan Rancaekek jelas berkelindan satu sama lain. Atep Kurnia menuliskan, di masa lalu Stasiun Rancaekek dimanfaatkan bukan hanya oleh penduduk Afdeling Cicalengka, tapi juga penumpang dari Sumedang dan Cirebon (esai BandungBergerak.id tanggal 8 November 2021)
Para menak Sunda dan orang-orang Eropa setiap akhir pekan kerap menumpang kereta api ke Rancaekek. Mereka pergi berburu burung-burung air (hahayaman, kuntul, blekok) di kawasan sawah, lahan basah, dan rawa-rawa maha luas di Rancaekek.
Modernisasi fasilitas publik seperti stasiun kereta api penting, tapi tak juga harus dengan melenyapkan nilai-nilai sejarah sebuah tempat yang diwakili oleh benda berupa stasiun bernama Cicalengka. Fasad bangunan Stasiun Cicalengka mungkin bisa bisa dipertahankan bersanding dengan bangunan baru stasiun yang modern.
Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS