Keringat Warga di Balik Peresmian Kampung Wisata Literasi Cinambo
Warga di kampung kota harus bergerak sendiri mengaktifkan kegiatan-kegiatan literasi. Setelah itu, pemerintah tinggal meresmikan.
Warga di kampung kota harus bergerak sendiri mengaktifkan kegiatan-kegiatan literasi. Setelah itu, pemerintah tinggal meresmikan.
BandungBergerak.id - Seorang anak usia sekitar 10 tahun berkain sarung dengan santai duduk di depan rumah sambil mengikuti sekolah daring melalui ponselnya di Kampung Sukamulya, hanya sepelemparan batu dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sukamulya, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/12/2021).
Sementara Hafid Maulana dan Habib Al Murawin tampak tak sabar menunggu pintu taman bacaan dibuka. Bocah usia 7 dan 8 tahun tersebut berkumpul bersama beberapa kawannya sepulang sekolah luring di halaman taman bacaan. Mereka sudah biasa berkegiatan di sana saat santai sepulang sekolah.
Anak-anak berteriak kegirangan saat melihat kedatangan Rd Nonih Suarnih di ujung gang. Nonih adalah pengajar, Ketua TBM Sukamulya, sekaligus penggiat literasi di kawasan tersebut. Setelah Nonih membukakan pintu TBM Sukamulya, anak-anak pun berhamburan ke dalam taman bacaan itu.
Anak-anak usia 5 sampai 6 tahun itu langsung mengambil beberapa buku dari rak dan duduk berjajar di atas karpet. Rupanya mereka menunggu Nonih yang terbiasa membacakan dongeng sebagai pembuka kegiatan harian di sana.
“Membacakan dongeng, lalu anak-anak juga harus bisa mendongengkan kembali apa yang tadi saya bacakan, lalu ada sesi dialog dengan anak-anak tentang budaya dan perilaku, setelah itu bebas. Mereka biasanya bermain sambil membaca di sekitar TBM, atau buku dibawa ke teras rumah sambil main dengan kawan-kawannya,“ kata wanita 56 tahun itu.
Menurut Nonih, ada 6 literasi dasar yang diajarkan ke mengikuti konsep program 1 RW 1 TBM sejak tahun 2017 lalu, yaitu baca tulis, numerik, finansial, ilmu pengetahuan, digital, dan budaya kewargaan. “TBM ini bisa merubah pola pikir masyarakat,” katanya.
Pemkot Bandung mentasbihkan Kampung Sukamulya sebagai salah satu Kampung Wisata Literasi Cinambo, sekaligus menggenapi jumlah kampung wisata yang ada menjadi 4 lokasi. Beberapa tahun lalu, selebriti asal Cinambo, Chika Jesika, juga didapuk jadi duta literasi di kampung halamannya. Jadi Cinambo sejak satu dekade terakhir ini telah aktif bergeliat dengan budaya literasi. Rencananya sampai tahun 2023 nanti bakal ada 8 kampung wisata di beberapa kecamatan berbasis kearifan lokal.
Pendapukan kampung wisata itu dihelat cukup gebyar melalui seremonial formal. Di luar gempita penobatan kampung wisata oleh pemerintah kota, saya lebih memilih untuk menyusuri lorong-lorong gang di Sukamulya yang penuh spanduk dan poster tentang kampung wisata dan literasi.
Anak-anak berlarian ke sana kemari. Beberapa anak usia sekolah dasar masih asyik mengerjakan tugas sekolah mereka di teras-teras rumah. “Lagi bikin tugas, minggu ini kebagian sekolah daring,” kata mereka.
Penasaran dengan spanduk-spanduk kampung literasi yang bertebaran lengkap dengan sponsor produk mi instan kenamaan, obrolan berlanjut dengan seorang pria yang tengah membenahi taman bacaan. Ia keberatan menyebut nama. Menurutnya, spanduk-spanduk sponsor ini terpasang saat peresmian Kampung Wisata oleh Wali Kota Oded Danial (almarhum) dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung.
“Saya nggak tahu juga apa berkontribusi secara finansial ke TBM atau tidak, saya nggak ngerti. Tapi setahu saya ini semua sudah dikerjakan oleh event organizer saat peresmian. Kita mah nurut saja saat kampung dihias dan ditempeli segala macam sponsor,” kata pria tersebut.
Beberapa kriteria jadi kampung wisata murni harus berbasis masyarakat. Partisipasi warganya harus aktif alias bottom up. Jadi pemerintah sebetulnya tak perlu lagi pusing untuk membuat program-program di lapangan, saat semua berjalan aktif dan berkesinambungan sebagai bagian dari kegiatan berbasis masyarakat, pemerintah tinggal datang dan menobatkan daerah tersebut jadi kampung wisata.
Kembali ke masalah literasi, khususnya di masa pandemi, kini semakin banyak perkampungan di wilayah kota bergeliat dengan aktivitas sosial dan pojok-pojok baca untuk mengimbangi dampak perubahan karakter pada anak-anak selama pandemi.
Nonih memaparkan betapa perubahan perilaku anak-anak sangat terpengaruh oleh lingkungan. Lingkungan sangat berdampak pada karakter. Nonih bergelut setiap saat menangani masalah-masalah psikososial pada anak dan remaja yang erat kaitannya dengan kondisi dan kekerasan dalam rumah tangga, belum lagi paparan minuman alkohol yang bisa saja terjadi di permukiman-permukiman padat.
“TBM dan program-programnya bisa merubah mindset dan karakter masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Selain TBM, kita di sini juga melaksanakan program PKBM (Pelatihan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) kesetaraan untuk anak-anak dan remaja putus sekolah yang bermasalah dengan penyakit-penyakit sosial di lingkungannya. Intinya, budaya literasi berbasis masyarakat ini bisa merubah mindset dan karakter,” papar Nonih Suarnih.
Teks dan Foto: Prima Mulia
COMMENTS