• Kolom
  • SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #14: Soetan Goenoeng Moelia Pengunjung ke-10.000 

SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #14: Soetan Goenoeng Moelia Pengunjung ke-10.000 

Soetan Goenoeng Moelia tercatat sebagai guru di HIK Bandung, kemudian tercatat sebagai anggota Volksraad.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Potret Mr. Dr. Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia tahun 1954. (Sumber: Pekan Buku Indonesia 1954)

28 Oktober 2022


BandungBergerak.idPengelola Museum Geologi Bandung zaman Hindia Belanda termasuk rajin mencatat jumlah pengunjung. Bahkan pada Rabu, 26 Desember 1934, Museum Geologi mencatat pengunjungnya yang ke-10.000. Pengunjung istimewa itu adalah Soetan Goenoeng Moelia (1896-1966), guru di sekolah calon guru bumiputra (Hollandsch Inlandsche Kweekschool, HIK) Bandung.

Kejadian langka tersebut antara lain direkam oleh koran De Koerier edisi 27 Desember 1934. Dengan tajuk berita “De 10.000ste Bezoeker” (pengunjung ke-10.000), koran tersebut menyatakan kemarin pagi tercatat pengunjung ke-10.000 yang datang ke Geologisch Laboratorium (“Gistermorgen werd 10.000ste bezoeker van het Geologisch Laboratorium genoteerd”).

Untuk merayakan peristiwa langka itu, pihak Museum Geologi memberikan cenderamata kepada Soetan Goenoeng Moelia berupa penindih kertas yang terbuat dari batu obsidian (“Hem werd als souvenir een pressepapier van obsidiaan aangeboden”). Batu yang tanda mata tersebut berasal dari sekitar Nagreg.

Selain itu, De Koerier melaporkan jumlah keseluruhan pengunjung ke Museum Geologi pada Rabu tanggal 26 Desember 1934 itu. Jumlahnya, dalam sehari itu mencapai 635 orang. Dengan catatan, mereka tidak dipungut bayaran alias gratis (“Nog kunnen wij melden, dat van de gelegenheid om het Geologisch Museum gratis te bezichtigen, gister gebruik werd gemaakt door in totaal 635 personen”).

Lalu, siapakah sebenarnya Soetan Goenoeng Moelia? Bagaimana prosesnya hingga dia diangkat menjadi guru HIK Bandung? Dan bagaimana hubungannya dengan kunjungannya ke Museum Geologi tanggal 26 Desember 1934?

Informasi ringkas terkait biodata Soetan Goenoeng Moelia saya dapatkan dari buku Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa susunan Gunseikanbu zaman Jepang. Buku tersebut kemudian diterbitkan ulang oleh Gadjah Mada University Press pada tahun 1986. Selebihnya saya memperoleh rincian dari guntingan koran.

Soetan Goenoeng Moelia menjadi pengunjung Museum Geologi ke-10.000 pada 26 Desember 1934. (Sumber: De Koerier, 27 Desember 1934)
Soetan Goenoeng Moelia menjadi pengunjung Museum Geologi ke-10.000 pada 26 Desember 1934. (Sumber: De Koerier, 27 Desember 1934)

Guru di Bandung

Data dari Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa (1986: 398) menunjukkan nama lengkap Soetan Goenoeng Moelia adalah Mr. Dr. Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia. Ia dilahirkan di Padang Sidempuan, Tapanuli, Sumatra Utara, pada 21 Januari 1896.

Pendidikan yang ditempuhnya antara lain sekolah dasar Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS, lulus pada 1910), sekolah guru Leiden (memperoleh hulpacte pada 1915 dan hoofdacte pada 1917), jurusan hukum Universitas Leiden (1932), jurusan filsafat dan kesusastraan di Universitas Amsterdam (mendapatkan gelar Drs., 1933), dan promosi doktor dalam bidang filsafat dan sastra di Universitas Leiden (1933).

Selama tahun 1915 hingga 1920, Soetan Goenoeng Moelia sempat menjadi guru di sekolah rendah di Leiden, mengajar bahasa Indonesia untuk Vereeniging Tropische Geneeskunde di Leiden, dan guru sekolah dasar berbahasa Belanda untuk bumiputra atau Hollandsch Inlandsche School (HIS) Bengkulu. Kemudian antara 1920-1927, ia menjabat sebagai guru kepala di HIS Kotanopan, Tapanuli. Antara 1927-1929, Soetan Goenoeng Moelia menjadi wakil kepala Normaal School (NS) di Jatinegara, Batavia, merangkap sebagai anggota Volksraad antara 1922-1929.

Pekerjaan berikutnya menjadi guru di HIK Bandung antara 1934-1936. Soetan Goenoeng Moelia lalu ditarik menjadi pegawai Departemen Urusan Ekonomi (Departement van Economische Zaken) antara 1936-1942. Selama di Bandung hingga 1942, ia juga tercatat sebagai anggota Volksraad antara 1935-1942.

Di lingkungan Volksraad, ia terpilih menjadi ketua muda dewan rakyat tersebut pada tahun 1940 hingga 1942. Di masa pendudukan Jepang, sejak 1943, Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi pegawai Kantor Pengadjaran dan anggota Panitia Adat dan Tatanegara di Jakarta.

Dari biodata di atas, kita dapat mengetahui bahwa Soetan Goenoeng Moelia menjadi guru di Bandung antara 1934 hingga 1936, dengan tambahan sebagai anggota Volksraad sejak 1935. Informasi rinci ihwal pengangkatannya sebagai guru HIK Bandung dapat dibaca antara lain dari Deli Courant (23 Januari 1934) dan Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie (27 Januari 1934).

Dari Deli Courant diketahui Soetan Goenoeng Moelia yang telah kembali dari Eropa untuk belajar akan ditempatkan sebagai guru HIK. Dalam Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, informasinya lebih rinci. Di situ dikatakan bahwa Soetan Goenoeng Moelia, yang merupakan bekas anggota Volksraad, kembali hari ini (27 Januari 1934). Ia menumpang kapal laut Johan van Oldenbarnevelt, setelah menghabiskan tiga tahun belajar di Eropa dan menggondol gelar doktor bidang filsafat dan sastra.

Dia akan diangkat menjadi guru HIK Bandung, yang posisinya akan diterimanya besok (28 Januari 1934). Selebihnya, informasinya sama dengan Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa, ditambah keterangan bahwa dedikasinya dihargai oleh pemerintah kolonial dengan penghargaan berupa Officierskruis in de Orde van Oranje-Nassau.

Baca Juga: SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #11: Putra Mahkota Belgia dan Mineral Astridit
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #12: Departemen Induk Berganti Dua Kali
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #13: Seiya Sekata dengan Bandoeng Vooruit

Berita pengangkatan Soetan Goenoeng Moelia sebagai guru HIK Bandung. (Sumber: Deli Courant, 23 Januari 1934)
Berita pengangkatan Soetan Goenoeng Moelia sebagai guru HIK Bandung. (Sumber: Deli Courant, 23 Januari 1934)

Lowongan Kerja di Departemen Ekonomi

Dalam De Sumatra Post (6 Mei 1935), saya mendapatkan alasan mengapa Soetan Goenoeng Moelia kembali belajar di Belanda selama tahun 1930-1934. Konon, saat menjadi anggota Volksraad antara 1921-1929 sebagai perwakilan dari partai CSP, ia terlibat konflik dengan partainya.

Oleh karena itu, Soetan Goenoeng Moelia mengundurkan diri sebagai anggota Volksraad dan memilih pergi ke Belanda untuk kuliah. Setelah menempuh pendidikan tinggi, dia kembali ke Hindia Belanda pada November 1933. Saat ini katanya dia menjadi guru HIK Bandung.

Konteks berita De Sumatra Post adalah pengangkatan Soetan Goenoeng Moelia sebagai anggota Volksraad sebagai perwakilan dari Sumatra (“De Sumatraansche Volksraadsen”). Selain dia, perwakilan Sumatra adalah Toeankoe Mahmoed, yang diajukan oleh gubernur Aceh sekaligus satu-satunya calon anggota Volksraad dari Aceh.

Pada minggu kedua Juli 1936 tersiar kabar Afdeeling Algemeene Ecomische (bagian ekokomi umum) pada Departement van Economische Zaken (departemen urusan ekonomi) menyediakan lowongan kerja bagi Mr. Todoeng Gelar Soetan Goenoeng Moelia, yang masih bekerja sebagai guru HIK Bandung (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 11 Juli 1936).

Dari uraian di atas, terjawab sudah perihal identitas Soetan Goenoeng Moelia yang menjadi pengunjung ke-10.000 Museum Geologi Bandung. Terjawab juga proses bagaimana dia akhirnya diangkat menjadi guru HIK Bandung. Tinggal masalah bagaimana hubungannya dengan kunjungannya ke Museum Geologi.

Dalam hal terakhir itu, saya pikir, sebagai guru bagi sekolah calon guru, besar kemungkinan, Soetan Goenoeng Moelia menjadi salah seorang pemimpin rombongan yang membawa murid-muridnya untuk berekskursi ke Museum Geologi. Meskipun terbuka pula kemungkinan, kunjungannya ke museum di lingkungan jawatan pertambangan Hindia Belanda itu adalah inisiatif Soetan Goenoeng Moelia sendiri. Mungkin dalam kerangka mengisi liburan Natal.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//