SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #13: Seiya Sekata dengan Bandoeng Vooruit
Hasil kerja Bandoeng Vooruit antara lain pembuatan jalan ke kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Papandayan.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
15 Oktober 2022
BandungBergerak.id - Paling tidak sejak 1933, Museum Geologi sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Bandung mendapat perhatian dari organisasi yang hendak memajukan perkembangan pariwisata di kota tersebut. Itulah Bandoeng Vooruit atau setelah masa Indonesia merdeka sempat disebut Bandung Permai.
Bukti kepentingan Bandoeng Vooruit terhadap Museum Geologi Bandung terlihat dari berkala yang diterbitkannya, yaitu Mooi Bandoeng. Pada edisi 1933-1938, saya mendapatkan banyak bukti manajemen Bandoeng Vooruit hendak memperkenalkan Museum Geologi ke tengah khalayak banyak, terutama yang berbahasa Belanda. Dalam berbagai edisinya, saya memperoleh banyak pengumuman mengenai Museum Geologi, termasuk tulisan khusus pegawai jawatan pertambangan, R.W. van Bemmelen.
Sebelum membahas bagaimana Museum Geologi ditampilkan dalam Mooi Bandoeng, saya akan mengurai dulu sekilas sejarah dan perkembangan Bandoeng Vooruit berdasarkan guntingan koran berbahasa Belanda dan Mooi Bandoeng.
Berita paling lama tentang sejarah Bandoeng Vooruit berasal dari tahun 1925. Dari Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie dan De Locomotief edisi 18 Februari 1925, saya mendapatkan fakta pembentukan Bandoeng Vooruit. Di situ disebutkan bahwa terjadi rapat pengukuhan Bandoeng Vooruit yang dihadiri oleh wali kota Bandung dan anggota dewan kota. Para pengurusnya adalah Reitsma, Hoogland, Poldervaart, De Vroom dan Biezeveld. Sedangkan tujuan pembentukannya untuk memajukan minat-minat terhadap Bandung dan wisata.
Fakta Bandoeng Vooruit dibentuk tahun 1925 juga digarisbawahi saat organisasi tersebut berubah nama menjadi Bandung Permai, paling tidak sejak 1952. Menurut wakil ketua Bandung Permai R.A.A. Soerianataatmadja, Bandoeng Vooruit didirikan pada 17 Februari 1925 (De Preangerbode, 24 Juli 1953).
Hasil kerja Bandoeng Vooruit antara lain pembuatan jalan ke kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Papandayan; pembangunan beberapa sekolah, termasuk sekolah pertukangan (ambachtsschool); memasang papan arah di sepanjang berbagai jalan; memasang bangku-bangku di tempat yang berpanorama indah; mempersiapkan pendirian kebun binatang, kolam uji coba (proefvijver), dan akuarium; berinisiatif membangun jalan ke mata air panas Cikijang, dari sana kemudian muncul Maribaya.
Jalan ke Kawah Tangkuban Parahu
Langkah pertama Bandoeng Vooruit adalah menyampaikan petisi agar rumah panti asuhan (weeskamer) di Bandung tidak disatukan dengan yang ada di Batavia (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 27 Februari 1925). Sebulan kemudian, organisasi baru itu mengajukan gagasan untuk membangun jalan ke kawah Tangkuban Parahu. Dalam Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie (9 Maret 1925) dikatakan pengurus Bandoeng Vooruit menyampaikan petisi kepada residen Priangan berupa pembangunan jalan ke Tangkuban Parahu.
Jalan tersebut akan bermula dari jalan militer Lembang-Sagalaherang di Desa Wates. Jalan yang akan dibangun tidak akan melintasi tanah penduduk, hanya akan melewati hutan. Bandoeng Vooruit memohon izin untuk menebang pepohonan di mana perlu dan tidak usah membayar, sekaligus memohon izin kepada pihak tentara di sekitar Pamanukan dan Ciasem untuk membangun jalan ke kawah Tangkuban Parahu.
Pada 14 Maret 1925, dewan Kota Bandung memutuskan untuk mengucurkan subsidi sebesar 1.000 gulden kepada Bandoeng Vooruit untuk pembalakan jalan ke kawah Tangkuban Parahu (De Locomotief, 14 Maret 1925). Dewan yang sama kemudian bergabung menjadi anggota dan memberikan subsidi sebesar 500 gulden (De Locomotief, 27 Maret 1925). Sementara pihak tentara menolak mengabulkan permohonan dengan alasan pertahanan militer, sedangkan dari para pengelola hutan tidak keberatan (De Locomotief, 30 Maret 1925). Seandainya rutenya menggunakan jalur lain ada kemungkinan pihak militer mengabulkan permohonan (De Indische courant, 11 April 1925).
Untuk gagasan tersebut, sebenarnya Bandoeng Vooruit telah menemukan rute dan mengumpulkan biayanya, berikut mengirimkan pengumuman kepada biro pariwisata di Amerika akan dibangunannya rute baru, yang memungkinkan lebih banyaknya pengunjung datang ke Bandung. Setelah beraudiensi dengan Kepala Staf Umum Mayor Jenderal Van Genderen Stort, Bandoeng Vooruit disarankan untuk mencari alternatif rute lain (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13 April 1925).
Pihak tentara memberikan bantuan melalui jawatan topografi untuk mencarikan rute baru (Bataviaasch nieuwsblad, 2 Juni 1925). Dengan bantuan militer ditemukan rute agak bagus dari Gunung Putri ke kawah Tangkuban Parahu. Namun, jalurnya lebih jauh dan lebih sulit dikerjakan (De Locomotief, 4 Januari 1926).
Bandoeng Vooruit sempat menyampaikan petisi lainnya beberapa kali. Mereka antara lain memohon agar dewan Kota Bandung tidak memberikan izin penggunaan lahan di pinggir kota tempat berdirinya Departement van Gouvernements-bedrijven. Karena lahan luas di sekitarnya akan dijadikan sebagai taman (Bataviaasch nieuwsblad, 9 Juli 1925).
Dalam pertemuan di pendopo Kabupaten Bandung, di bawah ketua Bandoeng Vooruit S.A. Reitsma, terjadi pembicaraan ihwal memajukan kunjungan wisatawan ke Bandung. Organisasi itu memutuskan akan melayangkan pengumuman kepada biro perjalanan di Amerika dan Australia, untuk mengatur perjalanan ke Bandung. Untuk mendukung upaya tersebut, Reitsma akan menulis buklet propaganda daya tarik Bandung dalam bahasa Inggris (De Locomotief, 3 Mei 1926).
Dalam Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie (29 Juni 1926) dikatakan buku Reitsma itu bertajuk Bandoeng, the mountain city of Netherlands India terbitan G. Kolff & Co. Selain karya Reitsma, ada buklet lain dalam bahasa Belanda karya F.B. Jantzen. Dalam laporan tahunan 1926 disebutkan buklet Reitsma itu dicetak sebanyak 10.000 eksemplar, dengan maksud agar Bandung dikenal sebagai kota hunian, tempat liburan dan pusat pariwisata (Bandoeng als woonstad, vacantieoord en toeristencentrum) (Bataviaasch Nieuwsblad, 24 Januari 1927).
Bandoeng Vooruit pada April 1927 mengajukan petisi pendirian taman rusa (hertenkamp) kepada wali kota Bandung. Tempatnya di sekitar Ceramstraat dengan biaya sekitar 1.350 gulden dan organisasi itu akan mendatangkan rusa, kijang, kancil, dan unggas air. Maksudnya untuk menambah daya tarik Bandung dan diharapkan akan jadi sebelum penyelenggaraan pameran higienitas dan Jaarbeurs (De Locomotief, 11 April 1927). Dalam pertemuan dewan Kota Bandung, permohonan itu dikabulkan, kecuali anggota bumiputra yang semuanya menolak gagasan tersebut (De Locomotief, 29 April 1927).
Dua bulan kemudian, Bandoeng Vooruit menerima sumbangan beberapa ekor rusa dari gubernur jenderal dan administratur perkebunan Wanasuka C. Opolski. Dewan kota memberikan subsidi 1.300 gulden untuk pendiriannya. Taman rusa akan dibuat di dekat Jaarbeurs, sebelah barat lapangan tenis dan sebelah utara patung Pastor Verbraak, dan akan dibuka sebelum Jaarbeurs dan ETHINI (Bataviaasch Nieuwsblad, 11 Juni 1927).
Secara resmi taman rusa dibuka pada hari Rabu, di Ceramstraat. Maksud sumbangan Opolski adalah dua ekor kancil betina, yang dibawa ke sana dalam kerangkeng dengan mobil. Sementara rusa sumbangan dari gubernur jenderal berasal dari taman Istana Bogor. Ditambah unggas air. Luas taman rusa itu lebih dari satu bahu, yang dihampari rerumputan dan pepohonan peneduh (De Locomotief, 24 Juni 1927).
Di sisi lain, akhirnya, pihak militer meninjau kembali keputusan mereka dan mengizinkan untuk membuat jalan ke kawah Tangkuban Parahu. Ini tertuang dalam surat keputusan tanggal 20 Juni 1927 No. 67/IV (De Locomotief, 24 Juni 1927). Yang menambah gembira pengurus Bandoeng Vooruit adalah bergabungnya gubernur jenderal sebagai anggota mereka. Ini terjadi saat mengunjungi ETHINI pada 9 Juli 1927 (De Locomotief, 9 Juli 1927).
Baca Juga: SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #10: Temuan-Temuan G.H.R. Von Koenigswald
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #11: Putra Mahkota Belgia dan Mineral Astridit
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #12: Departemen Induk Berganti Dua Kali
Dari Mooi Bandoeng
Pencapaian lain organisasi itu antara lain fusi dengan Vereeniging tot bevordering van het Vreemdelingenverkeer Bandoeng en Omstreken atau Vereeniging voor Vreemdelingenverkeer (VVV). Gagasan penyatuannya mulai mengemuka pada November 1932 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 25 November 1932) dan pelaksanaannya terjadi pada awal 1933. Nauta, Buenen, Rosberger, dan De Wilde dari VVV selanjutnya diangkat menjadi pengurus Bandoeng Vooruit (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 2 Januari 1933).
Setelah fusi, Bandoeng Vooruit menerbitkan majalah bulanan Mooi Bandoeng sejak Juli 1933. Dalam “Voorwoord” Mooi Bandoeng No. 1, Jaargang I, Juli 1933, dikatakan penerbitan majalah ini dilatarbelakangi oleh adanya fusi antara Bandoeng Vooruit dengan VVV dan penerbitan mingguan Wekelijkschen Gids van Bandoeng. Tapi mereka merasa belum cukup hanya dengan mengandalkan mingguan itu, sehingga memutuskan untuk menerbitkan publikasi lainnya, berupa bulanan.
Pada terbitan pertamanya, Mooi Bandoeng menyajikan enam tulisan, yaitu “Waarom terug naar Europa? Blijft in Indie” (Mengapa pergi ke Eropa? Di Hindia saja), “Danau Tjibitoeng” (Danau Cibitung), “Wat is wat doet en wat wil ‘Bandoeng Vooruit’” (Apa yang dilakukan dan diinginkan Bandoeng Vooruit), “Tangkoeban Prahoe Gids” (Panduan ke Gunung Tangkubanparahu), “Museum van den Dienst van Mijnbouw” (Museum Jawatan Pertambangan), dan “Wat de bergstad U biedt” (Apa yang ditawarkan kota pegunungan kepada anda).
Museum Jawatan Pertambangan di atas tentu saja merujuk kepada Museum Geologi Bandung. Hal ini memperlihatkan pentingnya museum tersebut bagi perkembangan pariwisata Bandung. Bahkan dalam “Voorwoord” dikatakan bahwa Bandoeng Vooruit berhutang budi kepada Museum Geologi dan Hotel Homann yang telah memungkinkan adanya maket kawah-kawah sekitar Gunung Tangkuban Parahu.
Dalam tulisan “Museum van den Dienst van Mijnbouw” disajikan informasi singkat mengenai Museum Geologi. Pada awal tulisan disebutkan museum tersebut berada di kompleks Geologisch Laboratorium di Rembrandtstraat dan dibuka pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu dari pukul 10.00 hingga 12.00.
Museum Geologi Bandung berisi koleksi geologi, paleontologi, petrografi, mineralogi, dan vulkanologi dari seluruh wilayah Hindia Belanda. Di tengah aula ada rekonstruksi terumbu karang dari Teluk Jakarta, lalu fosil pepohonan dari Banten Selatan, maket riset minyak bumi di Jambi, di dinding museum ada peta geologi Hindia, koleksi batu meteor, kerangka dan belulang kerbau dan gajah purba dari Jawa. Sayap kiri museum diperuntukkan bagi koleksi geologi, terutama percontoh mineral-mineral bermanfaat, dan lain-lain.
Pengumuman tentang Museum Geologi disajikan lagi dengan menyajikan keterangan “Waar Wij Praehistorische Kennis Kunnen Opdoen” (di mana kita memperoleh pengetahuan prasejarah) dengan jawaban “Geologisch Museum” yang “iederen Maandag, Woensdag en Zaterdag geopend van 10-12” (dibuka setiap Senin, Rabu dan Sabtu, jam 10-12).
Dalam Mooi Bandoeng No. 3, September 1933, diumumkan bahwa di kompleks Departement van Gouvernementsbedrijven berkantor Staatsspoor tramwegen, Post Telegraaf en Telefoondienst, Dienst van den Mijnbouw (bersama laboratorium dan Museum Geologi yang dibuka untuk umum pada Senin, Rabu, dan Sabtu pukul 10.00-12.00), dan Dienst voor Waterkracht en Electriciteit. Dalam Mooi Bandoeng No. 5, November 1933, dikatakan untuk mengunjungi Museum van den Dienst van den Mijnbouw tidak dipungut bayaran (kosteloos).
Pada tulisan “Bandoeng Vooruit in 1933” (Mooi Bandoeng No. 8, Februari 1934) disebutkan Bandoeng Vooruit memperoleh maket Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Papandayan, dan Dataran Tinggi Bandung sebagai hadiah dari Museum Geologi dan Hotel Homann. Maket-maket itu dipamerkan dalam Jaarbeurs ke-14 di Bandung.
Informasi singkat Museum Geologi Bandung diiklankan lagi Mooi Bandoeng No. 10, April 1934, dengan tajuk “Het Geologisch Museum van den Opsporingsdienst”. Di situ antara lain dikatakan kunjungan ke museum, yang dipandu oleh orang yang berpengetahuan, mengandung arti liburan yang menyenangkan sekaligus bermanfaat. Dalam edisi yang sama ada pengumuman singkat mengenai jadwal buka Museum Geologi seperti sebelumnya.
Bukti seiya sekatanya yang paling jelas antara Museum Geologi Bandung dengan Bandoeng Vooruit adalah tulisan karya R.W. van Bemmelen, ahli geologi yang bekerja untuk jawatan pertambangan. Ia menulis artikel mengenai Museum Geologi Bandung secara bersambung dalam Mooi Bandoeng. Judulnya “Het Geologisch Museum te Bandoeng”. Bagian pertama dimuat dalam Mooi Bandoeng No. 6, Juni 1938, dan bagian kedua dalam Mooi Bandoeng No. 7, Juli 1938.