• Berita
  • Korban Jiwa Berjatuhan Akibat Lemahnya Sistem Transportasi Publik di Kota Bandung

Korban Jiwa Berjatuhan Akibat Lemahnya Sistem Transportasi Publik di Kota Bandung

Sejak tahun 70an, transportasi umum di Kota Bandung didominasi angkot yang dikelola swasta. Pelayanan terhadap penumpang pun berjalan apa adanya.

Angkutan kota (angkot) di Terminal Cicaheum, Bandung, 5 September 2022. Sejak tahun 70an angkutan umum di Bandung tidak banyak berubah. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana14 Desember 2022


BandungBergerak.id - Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu sumber penyebab kematian di Kota Bandung. Membludaknya jumlah sepeda motor maupun mobil pribadi turut memperparah terjadinya maut di jalan raya. Minimnya jumlah transportasi umum juga berkaitan erat dengan tingginya kasus kecelakaan lalu lintas ini.

Transformasi transportasi publik di Kota Bandung sendiri relatif tidak berjalan. Di saat kota-kota lain di Indonesia mulai melakukan pembaruan transportasi publiknya, misalnya Jakarta yang memaksimalkan busway dengan sistem pembayaran nontunai, tidak demikian dengan Kota Bandung.

Sejak tahun 1970-an hingga saat ini, transportasi publik di Bandung didominasi angkutan kota (angkot) yang dikelola swasta. Dalam kurun waktu setengah abad lebih itu, nyaris sistem perangkotan di Kota Bandung tidak banyak mengalami perubahan yang ditujukan untuk melayani penumpangnya.

Para penumpang yang biasa menggunakan kendaraan umum karena berbagai alasan – mulai dari tidak memiliki kendaraan pribadi hingga alasan lingkungan karena memakai kendaraan umum akan lebih hemat BBM – terpaksa menerima angkot apa adanya.

Sementara transportasi publik yang dikelola pemerintah di Kota Bandung jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Itu pun kerap menuai konflik seperti yang dialami Trans Metro Pasundan belakangan ini.

Niatan untuk membangun sistem transportasi umum di Kota Bandung sebenarnya sudah lama disuarakan banyak pihak. Niat ini juga muncul dari Pemkot Bandung sendiri sebagai pemegang kebijakan.

Misalnya dalam siaran pers terbarunya menjelang Hari Peringatan Sedunia untuk Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Pemkot Bandung meluncurkan Bandung Road Safety Annual Report 2021 di Balai Kota Bandung, Senin 12 Desember 2022.

Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan, salah satu solusi menekan angka kecelakaan yakni dengan memperbaiki transportasi publik.

"Kita punya mimpi besar. Jika sudah terakomodasi dengan public transport maka penggunaan kendaraan pribadi itu akan jauh berkurang," ujar Ema.

"Kalau itu sudah terjadi artinya potensi kecelakaan korban lalu lintas juga saya yakin akan jauh lebih berkurang. Tentunya harus dikelola dengan sistem yang baik," imbuhnya.

Ema menjelaskan, membengkaknya jumlah kendaraan di Kota Bandung tak sejalan dengan pertumbuhan jalan. Panjang jalan Kota Bandung mencapai 1.139 kilometer. Jalan raya ini dipadati roda empat sebanyak 500.000 unit dan roda dua 1,7 juta unit.

Kenaikan jumlah kendaraan di Kota Bandung di atas 10 persen, bahkan pernah 13 persen per tahun. Sedangkan penambahan jalan di Kota Bandung tidak sampai 1 persen.

Baca Juga: Trans Metro Pasundan adalah Hak Warga untuk Mendapatkan Transportasi Publik
Bukan Hanya Jalan Layang, tapi Juga Layanan Transportasi Publik
Mahasiswa ITB Memodifikasi Aplikasi Pencarian Sarana Transportasi

Maut di Jalan Kota Bandung

Ema Sumarna memaparkan, menurut data WHO, setiap 24 detik ada satu orang meninggal di dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia, setiap 3 jam selalu juga ada korban jiwa akibat kecelakaan.

Meski demikian, Pemkot Bandung tidak merilis data kecelakaan lalu lintas. Namun kasus maut di jalan-jalan kota Bandung sudah banyak diteliti para akademikus, antara lain oleh Anan Anisarida dari Universitas Winaya Mukti dan Wimpy Santosa dari Universitas Katolik Parahyangan dalam jurnal berjudul Korban Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Di Kota Bandung.

Anan Anisarida dan Wimpy Santosa menganalisa data kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung periode 2013 hingga tahun 2017. Disebutkan bahwa jumlah kecelakaan mengalami penurunan dari 838 kejadian (tahun 2013) menjadi 501 kejadian (tahun 2017).

Dari jumlah tersebut, kecelakaan didominasi sepeda motor. Pada 2013 terjadi 730 kejadian dan berkurang menjadi 447 pada tahun 2017. Jumlah rata-ratanya 614 kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor per tahun.

Disebutkan bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas sepeda motor memiliki proporsi terbesar terhadap jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi Kota Bandung. Proporsi kecelakaan lalu lintas sepeda motor berada pada rentang antara 87 persen hingga 93 persen terhadap jumlah kecelakaan lalu lintas total pada periode 2013 hingga 2017

“Data yang ada ini mengindikasikan bahwa sepeda motor merupakan moda transportasi yang mendominasi kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung,” kata Anan Anisarida dan Wimpy Santosa.

Angka penurunan kecelakaan di Kota Bandung antara 2013 hingga 2017 bukanlah kabar baik. Sebab para peneliti mencatat jumlah kematian akibat kecelakaan sepeda motor ini tetap tinggi dan bahkan meningkat dari 75 korban pada tahun 2016 menjadi 127 korban pada tahun 2017.

Angka-angka yang dianalisa para peneliti tersebut dikhawatirkan bisa bertambah jika sistem transportasi publik di Kota Bandung dibiarkan tanpa pembaruan. Pembaruan ini tentunya harus didasari pelayanan terhadap penumpang, bukan bisnis atau pencitraan.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//