• Kolom
  • NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (4)

NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (4)

Tahun 1928 Bosscha menyerahkan teleskop Zeiss pada observatorium di Lembang. Atas sumbangsihnya, Kerajaan Belanda memberinya gelar kehormatan Oranje-Nassau-orde. 

Ahmad Fikri

Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB page: Djiwadjaman

Observatorium Bosscha di Lembang sekitar tahun 1935. (Koleksi KITLV 182274, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)

18 Maret 2023


BandungBergerak.id – Pada pertengahan tahun 1925, Direktur Observatorium J.G.E.G Voûte melawat ke Eropa untuk memeriksa sekaligus membantu perancangan teleskop Zeiss yang dipesan Bosscha di pabriknya di Jena, Jerman (De locomotief, 27 Mei 1925). Namun, hasil lawatan tersebut mendapati kemajuan pembuatan lensa teleskop masih belum memuaskan. Dengan begitu pengiriman teleskop Zeiss baru dilakukan tahun depan jika semua berjalan sesuai rencana (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 2 Oktober 1925).

Sekembalinya dari Eropa, Voûte sempat menjelaskan hasil lawatannya selama hampir enam bulan untuk melihat langsung perkembangan pembuatan teleskop raksasa di pabrik Zess di Jena, Jerman. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? tanggal 4 Oktober 1925 menuliskan hasil wawancara kantor berita Aneta dengan Voûte untuk menjawab rasa penasaran soal teropong yang digadang-gadang akan menjadi yang terbesar yang dimiliki observatorium yang berada di belahan bumi bagian selatan.

Voûte menjelaskan, teropong tersebut panjangnya kira-kira 11 meter, dengan diameter lensanya 60 sentimeter. Bobot lensa dan bingkainya saja mencapai 700 kilogram. Sementara teropongnya sendiri jika sudah rampung bobotnya menembus 23 ton. Bagian teropong tersebut akan dikirimkan bertahap dan untuk selanjutnya dirakit kembali di Lembang. Teleskop tersebut kemungkinan akan dikirimkan dari Hamburg menggunakan kapal laut menuju Hindia Belanda.

Tuan Wolters, seorang mekanik dari Tjimahi akan dikirimkan ke pabrik Zeiss di Jena untuk belajar merakit teleskop tersebut. Sebab, perakitan teleskop tersebut akan dilakukan seluruhnya oleh pekerja yang ada di Lembang tanpa bantuan teknisi dari pabrik Zess. Tuan Wolters yang akan memandu pekerjaan perakitan tersebut.

Jika semua berjalan mulus, pertengahan tahun 1926, bagian demi bagian teleskop tersebut akan mulai dikirimkan langsung ke Lembang. Nyatanya, yang ditunggu tak kunjung datang.

Tahun 1926, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock kembali mengunjungi Observatorium di Lembang. Surat kabar De Indische courant tanggal 29 Juni 1926 memberitakan lawatannya di penghujung masa jabatannya sebagai gubernur  jenderal tersebut.  Tanggal 28 Juni 1926 pagi ia dan rombongan tiba di Bandung menggunakan kereta lalu menginap sehari. Di Bandung ia sempat menyaksikan pacuan kuda, sebelum esoknya mengunjungi observatorium di Lembang.

Koran De locomotief tanggal 30 Juni 1926  memberitakan kunjungan singkatnya di Lembang. Ketua Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) K.A.R. Bosscha bersama Voûte menyambut kunjungan rombongan gubernur jenderal yang tiba sore hari di observatorium. Pukul tujuh malam, iring-iringan mobil yang membawa gubernur jenderal kembali  ke Bandung dan malamnya langsung meninggalkan Bandung menggunakan kereta. Selama lawatan tersebut, tak disinggung sama sekali kabar soal teropong raksasa dari pabrik Zeiss.

Kabar teropong tersebut baru diketahui setahun kemudian. Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 14 Maret 1927 mengabarkan teropong belum rampung. Yang lebih mengecewakan, pabrik Zeiss di Jerman akan mengirimkan teropong tersebut tahun depan.

Kendati demikian, simpati tetap tertuju pada observatorium di Lembang. Koran De locomotief tanggal 27 April 1927 mengabarkan sumbangan besar yang diterima observatorium dari Tuan Klein, asal Garut. Ia meninggalkan warisan 170 ribu Gulden untuk pengoperasian observatorium.

Teleskop besar untuk observatorium di Lembang hampir selesai di bengkel di Jena. Di sebelah kiri instrumen di pabrik Zeiss. Di sebelah kanan salah satu lensa besar, masing-masing berbobot 300 K.G. (Sumber De locomotief, 31-12-1928)
Teleskop besar untuk observatorium di Lembang hampir selesai di bengkel di Jena. Di sebelah kiri instrumen di pabrik Zeiss. Di sebelah kanan salah satu lensa besar, masing-masing berbobot 300 K.G. (Sumber De locomotief, 31-12-1928)

Teleskop Zeiss

Pabrik Zeiss di Jena, Jerman, menepati janjinya. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? tanggal 14 Januari 1928 mengabarkan teleskop raksasa pesanan Bosscha sudah tiba di Hindia Belanda. Kapal Rott. Llyod memberikan layanan transportasi gratis untuk pengangkutan teleskop tersebut yang dibawa adalam 27 kotak, yang masing-masing berukuran 125 meter kubik, dengan berat keseluruhan menembus 30 ton.

Kabar tersebut membawa kehebohan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Andries Cornelis Dirk de Graeff mengumumkan akan mengunjungi observatorium di Lembang. Ia bahkan mengumumkan pembatalan kunjungan rutinnya di perhelatan Jaarbeurs tahun ini, dan memilih melihat langsung teleskop raksasa pesanan Bosscha tersebut di Lembang (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, tanggal 16 Mei 1928).

Acara penyambutan kunjungan gubernur jenderal disiapkan. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? tanggal 21 Mei 1928 mengabarkan, gubernur jenderal akan berkunjung pada 7 Juni 1928, sekaligus hari yang sama akan menyaksikan penyerahan teleskop tersebut dari Bosscha secara pribadi pada observatorium dalam sebuah upacara di Lembang. Antusiasme menular. Perusahaan kereta Hindia Belanda, Staatssporwegen di koran tersebut juga mengumumkan akan menggratiskan perjalanan kereta tamu undangan yang akan berangkat menuju Bandung untuk menyaksikan upacara tersebut. Perusahaan otomobil di Bandung juga akan menyiapkan kendaraan yang dibutuhkan untuk mengangkut rombongan tamu undangan menuju Lembang.

Berita upacara penyerahan teleskop sumbangan Bosscha yang disaksikan langsung oleh Gubernur Jenderal De Graeff pada 7 Juni 1928 diberitakan hampir semua surat kabar saat itu. Koran De koerier terbitan 7 Juni 1928 langsung memberitakan rincian upacara penyerahan teleskop raksasa Bosscha hari itu juga.

Gubernur Jenderal De Graeff dan hampir semua petinggi militer Hindia Belanda datang dari Weltevreden Batavia hadir dalam upacara tersebut. Perusahaan kereta Staatssporwegen mengerahkan 10 kereta tambahan untuk mengangkut rombongan tamu undangan menuju Bandung.

Sejumlah pejabat tiba menggunakan kereta pertama. Di antaranya Tuan Welter, anggota Dewan Hindia Belanda Neytzell de Wilde, Ketua Volksraad Tuan Maas Geesteranus, Direktur Binnenlandsch Bestuur Wakil Laksamana Broecke Hoekstra, serta anggota Volksraad Pangeran Koesoemojoedo, Monod de Froideville, Moetar, Jahja, dan Ruckert. Rombongan langsung diantar menggunakan mobil yang sudah dipersiapkan menuju observatorium di Lembang.

Pukul sebelas siang, Gubernur Jenderal De Graeff dan rombongan tiba menggunakan kereta dari Weltevreden. Rombongan disambut meriah, dan langsung menaiki mobil yang sudah disiapkan menuju Lembang. Sepanjang jalan menuju Lembang dihiasi bendera Belanda. Wilhelmus, lagu kebangsaan Kerajaan Belanda diperdengarkan menyambut gubernur jenderal saat tiba di observatorium.

Memulai upacara tersebut, Ketua NISV K.A.R Bosscha memberikan pidato menyambut tamu yang datang. Di kesempatan tersebut ia menjelaskan alasannya membeli teropong raksasa yang hari itu akan diserahkan pada observatorium. Giliran Voûte, Direktur Obsevatorium yang memberi pidato.

Toen wij dan ook in 1920 met onze plannen begonnen hadden we zeer zeker geen van allen durven hopen, dat in 8 jaren een sterrenwacht zou ontstaan zooals deze thans voor ons staat, en die, dat mag ik wel zeggen, zich ontwikkelt in een toenemend tempo. (Oleh karena itu, ketika kami memulai rencana kami pada tahun 1920, tidak seorang pun dari kami yang berani berharap bahwa dalam 8 tahun sebuah observatorium seperti sekarang berdiri di depan kami, dan yang dapat saya katakan, berkembang dengan kecepatan yang meningkat),” kata Voûte, dikutip dari koran De koerier,7 Juni 1928.

Voûte menyebutkan sejumlah pihak yang memberikan kontribusinya untuk membangun observatorium tersebut. Diantaranya panglima militer angkatan darat yang mengerahkan insinyur dan prajurit serta layanan topografi untuk memulai penentuan letak sekaligus membantu membangun observatorium, Gouvernement Bedrijven, Rotterdamschen Lloyd dan Maatschappij Nederland yang membantu pengiriman teleskop, Gebeo, Hollandsche Beton Mij.,Provinciale Werken, dan tentu saja Bosscha yang membuka kemungkinan membangun observatorium.

Menyusul sejumlah pesan telegraf juga dibacakan saat itu Di antaranya dari Bestuursleden van det Koninklijk Instituut, kemudian Jenderal Swart, serta lembaga astrologi di Belanda, serta pesa Carl Zeiss sendiri yang membangun teleskopnya.

Pada acara tersebut diresmikan patung Bosscha yang dipasang di atas tugu yang ditempatkan di depan salah satu bangunan observatorium. Pada patung tertulis kalimat Coeli Australis Regïnes Benefactor, yang berarti kira-kira Surga Selatan Seorang Dermawan Kerajaan. Gubernur Jenderal De Graeff membuka sendiri selubung patung yang dibuat sendiri oleh Wolf-Schoemaker sebagai tanda penghormatan pada Bosscha atas sumbangannya itu.

Het ontwerpen van dit huldeblijk hebben we te danken aan onzen kunstenaar Prof. C.P. Wolff Schoemaker, Mag ik van deze plaats, Prof, Schoemaker, de vertolker zijn van onze erkentelijkheid voor de door U verleende steun en medewerking. (Kami berutang desain penghargaan ini kepada artis kami Prof. C.P. Wolff Schoemaker, Izinkan saya dari tempat ini, Prof. Schoemaker, menjadi juru bahasa ucapan terima kasih kami atas dukungan dan kerjasama yang telah Anda berikan),” kata Voûte, dikutip dari koran De koerier,7 Juni 1928.

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (1)
NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (2)
NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (3)

Patung K.A.R. Bosscha di Observatorium Bosscha di Lembang. (Koleksi KITLV 15571, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)
Patung K.A.R. Bosscha di Observatorium Bosscha di Lembang. (Koleksi KITLV 15571, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Gelar Kehormatan dan Kepergian Bosscha

Koran Bataviaasch nieuwsblad terbitan 8 Juni 1928 juga memberitakan upacara tersebut dengan rinci. Koran ini memberitakan penyematan gelar kehormatan Commandeurskruis der Oranje- Nassau-orde dari Kerajaan Belanda pada K.A.R Bosscha atas sumbangannya yang memungkinkan pendirian observatorium di Lembang.

Mengutip Bataviaasch nieuwsblad, Gubernur Jenderal De Graeff menceritakan, awalnya dirinya tidak berniat hadir dalam undangan peresmian observatorium. Tapi niatnya berubah ketika dirinya mendapat perintah langsung dari Ratu Belanda untuk menyerahkan gelar kehormatan Oranje-Nassau-orde langsung pada Bosscha.

Inderdaad: eere-burger van Indië, als is het dan niet ‘officieel’ — dat is de heer Bosscha! Weinigen hebben het als hij verstaan, de gemeenschap te dienen met heel den mensch! (Sungguh: warga negara kehormatan Hindia, jika tidak ‘secara resmi’ — itulah Tuan Bosscha! Hanya sedikit yang memahaminya seperti dia, melayani komunitas dengan manusia seutuhnya!),” kata Gubernur Jenderal De Graeff mengutip Bataviaasch nieuwsblad, 8 Juni 1928.

Gelar kehormatan yang diberikan Kerajaan Belanda seperti menjadi penutup perjalanan hidup Bosscha. Tanggal 26 November 1928, Hindia Belanda dikejutkan dengan kabar meninggalnya K.A.R. Bosscha. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? di tanggal tersebut memberitakan kabar kematiannya. Berikut kutipan penggalan berita koran tersebut.

De heer K.A.R. Bosscha, van Malabar, is door een beroerte getroffen. Zijn toestand is, naar wy vernemen, kritiek (Tuan K.A.R. Bosscha, dari Malabar, menderita stroke. Kondisinya diyakini kritis).

Aneta meldt ons heden-morgen vroeg, dat de heer Bosscha bereids is overleden (Aneta memberi tahu kami pagi ini bahwa Tuan Bosscha telah meninggal dunia).

Gisterenmiddag werd hij bewusteloos in den tuin gevonden en in alleriji naar zijn woning overgebracht (Kemarin sore dia ditemukan tidak sadarkan diri di taman dan dilarikan ke rumahnya).

Hij kwam evenwel niet meer bij en overleed vannacht om 3 uur (Namun, dia tidak sadar kembali dan meninggal tadi malam pada pukul 3).

De heer Karel Albert Rudolf Bosscha was wel de bekendste planter van Java (Mr Karel Albert Rudolf Bosscha adalah pemilik perkebunan paling terkenal di Jawa).

Teras rumah kediaman K.A.R. Bosscha di perkebunan teh Malabar. Foto diambil sekitar tahun 1928. (Koleksi KITLV 18550, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)
Teras rumah kediaman K.A.R. Bosscha di perkebunan teh Malabar. Foto diambil sekitar tahun 1928. (Koleksi KITLV 18550, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Administratur perusahana teh dan kina N.V Assam Malabar, komisaris perusahaan teh Assam Ardjoena, pemilik perkebunan karet di Basilam, perkebunan di Boekit Lawang, Kaba Wetan, dan banyak lagi. Nama Bosscha tercatat dalam kepemilikan 33 perusahaan di Hindia Belanda. Bosscha juga memimpin banyak organisasi dan perkumpulan, dermawan, inisiator pendirian rumah sakit, lembaga penelitian kanker, warga kehormatan Kota Bandung, dan terakhir mendapat gelar kehormatan dari Kerajaan Belanda. Kabar kematiannya diumumkan secara resmi dalam rapat pagi Volksraad.

De Voorzitter van den Volksraad deelde in de zitting van heden-morgen het overlijden van den heer K. A. R. Bosscha, oud- Volksraads-lid, mede en memoreerde de verdiensten van den overledene voor Indië. De leden hoorden de rede staande aan (Pada sidang pagi ini, Ketua Volksraad mengumumkan wafatnya Bapak K.A.R. Bosscha, mantan anggota Volksraad, dan mengenang jasa almarhum untuk Hindia Belanda. Para anggota mendengarkan pidato sambil berdiri),” tulis koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 26 November 1928.

Bosscha dimakamkan tanggal 27 November 1928. Koran De locomotief tanggal 27 November 1928 memberitakan proses pemakaman yang diwartakan koresponden koran tersebut lewat telepon. Bosscha dimakamkan pukul sepuluh pagi. Jenazahnya dibawa dari rumah kediamannya menuju lahan yang dipersiapkan untuk makamnya di antara rimbun tanaman teh perkebunan Malabar. Hampir semua pejabat militer dan pemerintah, tuan tanah, kolega, sahabat-sahabatnya, dan kerabatnya hadir. Dr. Jan Bosscha, kakaknya hadir memimpin pemakaman mewakili keluarga.

Hingga kematiannya, perhatian Bosscha belum berakhir pada observatorium di Lembang. Koran De locomotief tanggal 15 Desember 1928 mengumumkan K.A.R. Bosscha mewariskan 300 ribu Gulden pada NISV, dana untuk mengelola Observatorium Bosscha.  Sebulan kemudian teleskop Bamberg yang dipesan Bosscha bersama Voûte di Berlin, Jerman tiba di Hindia Belanda (Soerabaijasch handelsblad, 19 Januari 1929).

*Tulisan kolom Ngulik Bandung yang terbit setiap Kamis, merupakan bagian dari kolaborasi antara bandungbergerak.id dan Komunitas Djiwadjaman

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//