• Cerita
  • Indonesia Kembali Berlaga di Turnamen Dunia Sepak Bola Jalanan (Homeless World Cup) 2023

Indonesia Kembali Berlaga di Turnamen Dunia Sepak Bola Jalanan (Homeless World Cup) 2023

Komunitas Rumah Cemara meluncurkan timnas sepak bola jalanan Indonesia untuk Homeless World Cup 2023 di Sacramento, Amerika Serikat, 8-15 Juli 2023.  

Punggawa timnas Indonesia yang sudah siap berlaga dan membawa pulang prestasi di Homeless World Cup 2023. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya15 Mei 2023


BandungBergerak.idSetelah sempat vakum selama 3 tahun karena Covid-19, kejuaraan dunia sepak bola jalanan bagi orang-orang terpinggirkan secara sosial (Homeless World Cup) 2023 akan kembali digelar di Sacramento, Amerika Serikat, 8-15 Juli 2023. Tim Nasional Sepak Bola Jalanan Indonesia yang dimotori komunitas Rumah Cemara siap mengikuti turnamen ini.

Tim diluncurkan Rumah Cemara di LEN Urban Space, Bandung, Minggu (14/5/2023). Sebanyak delapan orang pemain dan tiga orang ofisial yang terdiri dari orang dengan HIV/AIDS, pengguna NAPZA, minoritas gender, dan kelompok marginal berkesempatan mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional ini.

Sejak pertama kali ikut serta pada tahun 2011, turnamen ini menjadi agenda penting bagi Rumah Cemara untuk menggaungkan visi Indonesia tanpa stigma.

"HWC bukan cuma soal sepak bola prestasi, tapi ada nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang sangat ditonjolkan di sini," terang Albert Rudiana, pelatih tim nasional (timnas) Indonesia di ajang Homeless World Cup 2023.

Tahun ini, timnas sepak bola jalanan Indonesia mengusung tema fairness in opportunity. Melalui tema tersebut, timnas ingin membuktikan siapa pun dapat memiliki kesempatan yang sama untuk ikut serta turnamen. Selain itu, tema ini juga mencoba memperluas makna keadilan bersepak bola bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Tidak hanya di sepak bola, semua orang berhak mendapat keadilan dan kesempatan yang sama dalam segala hal tanpa dilihat latar belakang dan gendernya," lanjut Albert yang sebelumnya mendampingi timnas Indonesia di HWC 2019 di Cardiff, Wales.

Homeless World Cup adalah ajang sepak bola sosial. Oleh karenanya, Albert mengatakan bahwa dirinya dan tim tidak terbebani oleh peringkat tertentu. Namun meski demikian, ia tidak menampik bahwa terselip harapan dari masyarakat Indonesia, terutama suporter, untuk membawa pulang prestasi ketika pulang nanti.

"Ya, kalaupun memang harus ada target, saya sih berharap tim tahun ini bisa meraih peringkat lebih baik dari tim sebelumnya," ujar pelatih yang sempat membawa Persikab Kabupaten Bandung promosi ke Liga 2 pada 2022 lalu.

Selain peluncuran timnas untuk gelaran Homeless World Cup 2023, dalam agenda hari ini juga dilangsungkan diskusi terkait persiapan dari tim dan isu yang akan dibawa.

Homeless World Cup 2023, Isu Miskin Kota dan Kesetaraan Gender Menjadi Sorotan

Sejak berdiri pada tahun 2003, Rumah Cemara selalu mencoba memperjuangkan kesempatan yang sama bagi kelompok rentan untuk terus maju, mendapatkan layanan HIV, NAPZA yang bermutu, serta memperoleh perlindungan konstitusi. Salah satu media yang digunakan oleh Rumah Cemara untuk menggaungkan isu-isu kelompok marginal tersebut adalah melalui olahraga, terutama sepak bola.

Tahun 2011 adalah tahun pertama tim dari Rumah Cemara mengikuti gelaran HWC di Paris, Prancis, setelah tahun sebelumnya gagal berangkat karena biaya. Sejak keikutsertaannya, perwakilan Indonesia ini mencuri perhatian dunia. Lewat ajang turnamen ini, Rumah Cemara membuktikan bahwa para pecandu obat-obatan, orang dengan HIV/AIDS, dan kelompok marginal, juga dapat berprestasi, bahkan sampai tingkat internasional.

Manajer timnas Indonesia untuk Homeless World Cup 2023 Subhan Panjaitan mengatakan, tahun ini pun sebagian besar pemain yang berangkat memiliki latar belakang miskin kota. Dari delapan pemain terpilih, dua di antaranya perempuan. Jadi isu yang dikedepankan adalah miskin kota dan kesetaraan gender.

"Mau dia miskin, kaya, konsumen narkotika, orang dengan HIV, laki-laki, atau perempuan, semua berhak mendapatkan keadilan dan kesempatan yang sama," kata Subhan.

Ketika ditanyai soal kesiapan dari timnya, Subhan mengatakan bahwa pengumuman dari panitia Homeless World Cup yang mendadak menjadi salah satu kendala, baik dalam hal seleksi, pencarian dana, maupun tetek bengek administrasi. Meski demikian, dengan modal semangat membara dan mental baja, timnas Indonesia tetap bersungguh-sungguh menjalankan latihan demi hasil yang terbaik.

“Tahun ini dengan formasi yang sangat mendadak, kami memutuskan untuk tidak membuka seleksi ke beberapa provinsi seperti yang sudah-sudah secara umum,” keluh Subhan, seraya berharap tahun depan, bila memang masih diberikan kesempatan, pihaknya akan melakukan proses seleksi sebagaimana biasanya.

Subhan lanjut bercerita, selama gelaran Homeless World Cup, timnas Indonesia kerap beberapa kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, seperti pelecehan, kekerasan, diskriminasi, anggapan remeh, dan stigma. Untuk menyiasati hal tersebut, timnas Indonesia membuat beberapa peraturan untuk menjaga satu sama lain.

Selaku punggawa perempuan, Shilpi Yanti mengaku sedikit khawatir ketika nanti bermain satu lapangan dengan laki-laki. Namun meski demikian, perempuan 29 tahun ini mencoba mengantisipasi sendiri kekhawatirannya dengan menjaga apa yang bisa ia jaga.

“Tapi tujuan saya juga untuk di Homeless World Cup ini ada semacam penelitian gitulah. Misalkan, di tingkat internasional, di tingkat dunia, ketika laki-laki dan perempuan di satu lapang, respect antara laki-laki dan perempuan itu seperti apa,” ujar Shilpi

Sebagai perwakilan dari pemain yang nanti berlaga, Shilpi memohon doa dari masyarakat Indonesia. Harapannya, hal-hal baik selalu menyertai, tindakan-tindakan buruk tidak terjadi, dan timnya dapat membawa prestasi yang membanggakan.

“Selalu mendukung kami, agar kami di sana bisa berjuang maksimal,” tutup Shilpi.

Baca Juga: PROFIL RIVERSIDE FOREST: Membangun Sepak Bola Rakyat di Tangga Batu Tamansari
Riverside Forest dan Sepak Bola yang Lain
Teruslah Terbang Tinggi, Riverside Forest!

Perwakilan Indonesia dalam Homeless World Cup 2023

Dalam ajang ini, Indonesia mengirimkan delapan orang pemain serta tiga orang ofisial. Berikut adalah nama-nama mereka:

Pemain:

1. Muhammad Azka Vidriansyah Ahyadi (21 tahun)

2. Shilpi Yanti (29 tahun)

3. Adis Annisa Suma (25 tahun)

4. Aditya Triana (32 tahun)

5. Andi Kurniawan (26 tahun)

6. Dena Adryana (29 tahun)

7. Oka Setiawan (23 tahun)

8. Raisal Anugrah Hermawan (22 tahun)

Pelatih: Albert Rudiana

Manager: Subhan Panjaitan

Petugas Media: Prima Prakasa.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//