• Opini
  • Menambah Daya Tarik Ruang Publik di Kolometer Nol Citarum melalui Wisata Edukasi Berbasis Teknologi

Menambah Daya Tarik Ruang Publik di Kolometer Nol Citarum melalui Wisata Edukasi Berbasis Teknologi

Pemanfaatan teknologi di ruang publik Kilometer Nol Citarum dapat menularkan wisata edukasi tentang pelestarian lingkungan.

Heryan Choirul Fikri

Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Telkom

Kilometer Nol Sungai Citarum, Situ Cisanti, di Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Maret 2018. Sungai Citarum mengalir dari Kabupaten Bandung dan bermuara ke Bekasi. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

15 Juni 2023


BandungBergerak.idPembangunan di suatu daerah diharapkan tidak hanya semata-mata menekankan pada pembangunan ruang ekonomi, permukiman, dan ruang transportasi saja, melainkan juga harus memperhatikan kebutuhan masyarakat akan tersedianya ruang publik yang layak dan memadai. Ruang publik merupakan area penting dalam suatu wilayah sebagai wadah bagi publik untuk melakukan berbagai aktivitas baik secara individu maupun bersama-sama.

Kebutuhan akan ruang publik ini mencerminkan sisi humanis bagi suatu daerah karena akan melahirkan berbagai interaksi antarmanusia bersama dengan lingkungan dan alam sekitar yang dikemas dalam sebuah ruang publik. Pengelolaan ruang publik yang dilakukan secara optimal dan berkelanjutan akan dapat memberikan sejumlah fungsi dan manfaat baik bagi warga sekitar maupun bagi publik secara luas, seperti meningkatkan keamanan dan kenyamanan publik, mendorong peningkatan ekonomi lokal, meningkatkan daya tarik pariwisata lokal, serta mendukung terjalinnya interaksi sosial antar masyarakat.

Oleh karenanya optimalisasi perencanaan ruang publik memainkan andil penting yang harus diperhatikan dalam tata kelola suatu daerah.

Ruang Publik Kilometer Nol Citarum

Ruang publik memiliki potensi sebagai destinasi wisata. Salah satu potensi ruang publik yang menarik diteliti adalah Kilometer Nol Citarum. Area ini memiliki destinasi wisata lokal yang cukup dikenal bernama Situ Cisanti yang lokasinya ada di kawasan Perhutani pada jalur menuju perkebunan teh yang indah.

Situ Cisanti merupakan danau buatan yang menampung air dari 7 mata air utama Sungai Citarum, yakni mata air Pangsiraman, Cikolebere, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti. Situ Cisanti memiliki area ruang publik yang dijadikan objek wisata dan mulai mengalami peningkatan pengunjung pada tahun 2015 dan 2016 sebagai efek dari popularitas di dunia maya melalui penyebaran postingan di sosial media. Sebelum disahkan secara resmi oleh pemerintah daerah, area tersebut hanya sebagai daerah perhutanan yang tidak dikelola dengan baik.

Berbagai aktivitas publik dan pariwisata telah banyak dilaksanakan di area publik yang ada di kawasan Kilometer Nol Citarum mulai dari wisata edukasi melalui penanaman bibit pohon oleh para pelajar dan mahasiswa, kegiatan pelestarian lingkungan oleh sekolah-sekolah, berkemah, sampai dengan aktivitas bersantai yang dilakukan pengunjung dengan duduk dan menikmati alam yang ada di area tersebut.

Namun cukup disayangkan, jumlah pengunjung di area ruang publik tersebut kurang didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga menyebabkan pengunjung kurang tertarik untuk datang kembali. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu upaya pengelolaan dan pengembangan kembali terhadap area ruang publik di titik nol Citarum demi mendukung kenyamanan dan kebutuhan para pengunjung yang berdampak pada daya tarik mereka untuk mencegah tingkat penurunan jumlah pengunjung.

Seluruh aktivitas tersebut pada dasarnya memang telah memenuhi kriteria yang tepat dalam pemanfaatan ruang publik, akan tetapi jika diteliti lebih lanjut potensi dari ruang publik yang ada di titik nol Citarum ini bisa lebih dioptimalisasi dan dimaksimalkan lagi. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu melalui terobosan baru dengan merancang konsep wisata edukasi berbasis teknologi.

Baca Juga: Bandung Selatan Menjadi Kanal Banjir Citarum
Wajah Murung Sungai Citarum |
Sungai Citarum, Berkah di Masa Lalu, Bencana di Masa Kini

Wisata Edukasi Berbasis Teknologi

Wisata edukasi berbasis teknologi adalah pengaplikasian berbagai jenis teknologi sederhana dalam berbagai fasilitas yang ada di ruang publik tersebut. Misalnya dengan menyediakan arena penjelasan sejarah pengelolaan titik nol Citarum yang dapat diakses melalui barcode ke smartphone masing-masing pengunjung, menyediakan arena pengetahuan mengenai teknologi pelestarian alam yang digunakan, pengenalan industri kreatif masyarakat setempat, arena foto tiga dimensi menggunakan trik penempatan sudut kamera, dan sebagainya.

Melalui gagasan ini pengelolaan nantinya juga akan melibatkan para ahli ataupun profesional dengan tujuan untuk menciptakan ekosistem yang mendorong inovasi dan peningkatan daya saing industri, pariwisata, dan ekonomi lokal bagi warga setempat. Hadirnya penambahan wisata edukasi berbasis teknologi di ruang publik titik nol Citarum ini juga akan dapat menjadi sarana dalam pengembangan potensi daerah sekitar untuk bersaing di era revolusi industri.

Ide atau gagasan pengelolaan ruang publik di titik nol citarum yang penulis tawarkan dalam tulisan ini diharapkan dapat mewadahi berbagai fungsi sekaligus seperti fungsi pendidikan, wisata, hingga hiburan. Penambahan arena dan fasilitas-fasilitas tersebut nantinya juga dapat dikelola secara komersial sehingga dapat membantu peningkatan ekonomi dan pariwisata lokal maupun daerah. Terlebih lagi diketahui bahwa dinamika perkembangan zaman saat ini begitu pesat sehingga menuntut perubahan yang berkelanjutan pula, agar tetap dapat bertahan dan tidak tertinggal di era persaingan saat ini.

Karakteristik dari perancangan wisata edukasi berbasis teknologi di ruang publik kawasan titik nol Citarum ini sedikitnya mencakup empat fungsi utama yakni informatif, edukatif, kreatif, dan rekreatif. Namun perlu dipahami pula dalam pelaksanaannya agar ide tersebut dapat diwujudkan secara optimal, diperlukan keterlibatan dan partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terkait mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga masyarakat, dan masyarakat setempat itu sendiri.

Seluruh pihak yang terlibat harus secara gotong-royong saling mendukung sehingga hambatan-hambatan atau kendala yang ditemui dapat dengan cepat teratasi atau bahkan diantisipasi sebelumnya. Dengan memaksimalkan potensi yang ada di kawasan Kilometer Nol Citarum, ruang publik tersebut nantinya akan dapat semakin berkembang dan bermanfaat bagi banyak pihak secara lebih luas.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//