• Foto
  • Wajah Murung Sungai Citarum

Wajah Murung Sungai Citarum

Saat ini, program Citarum Harum menapaki tahun ke-5. Banjir, sampah, limbah industri, sedimentasi, adalah masalah klasik yang tengah dibenahi.

Fotografer Prima Mulia14 Mei 2022

BandungBergerak.idTentara di atas perahu karet mengarungi mata air Citarum di Situ Cisanti, Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Maret 2018. Kegiatan tersebut menandai bergulirnya Citarum Harum, program revitalisasi Sungai Citarum yang jadi proyek prioritas nasional. Di tengah air bening Situ Cisanti, tantara berpakaian loreng itu berpatroli sambil menjaring dedaunan atau mungkin sedikit sampah yang jatuh ke permukaan danau.

Di muara Sungai Citarum dan Cikapundung, tepatnya Oxbow Bojongsoang di Cijagra, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, sejumlah tentara berbaju loreng juga berperahu, bergotong-royong menjaga keresikan permukaan air dari sampah yang terbawa aliran sungai.

Citarum Harum adalah program kesekian dari upaya memperbaiki sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Citarum, yang mengalir hampir 300 klometer dari hulu di Gunung Wayang dengan muara di laut utara Muara Gembong, Bekasi.

Sebelumnya, sederet program telah dijalankan untuk memulihkan sungai yang sempat berjuluk paling beracun di dunia itu. Sebut saja program Citarum Bergetar (Bersih Geulis Lestari) yang digagas Pemprov Jawa Barat tahun 2001. Lanjut dengan program Investasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Citarum atau Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) yang diusung Bappenas untuk 15 tahun. Dimulai tahun 2008 dengan paket pinjaman dari Asian Development Bank sebesar 500 juta US Dollar yang akan berakhir 2023.

Tahun 2013, bergulir program Citarum Bestari (Bersih Sehat Indah Lestari) yang digagas Pemprov Jawa Barat dengan anggaran Rp 80 miliar. Maret 2018, Presiden Joko Widodo meneken Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran kerusakan DAS Citarum. Perpres ini memayungi program Citarum Harum yang harus dikebut dalam waktu 7 tahun hingga finish di tahun 2025.

Program Citarum Harum mendapat sokongan dana dari ADB yang menawarkan pinjaman senilai Rp 200 triliun. Namun pemerintah berkelit biaya perbaikan DAS Citarum bisa lebih murah dengan melibatkan seluruh stakeholders dan masyarakat atau komunitas. Sedikitnya sekitar Rp 600 miliar digelontorkan di awal program Citarum Harum pada tahun 2019.

Belajar dari program-program sebelumnya, kali ini seluruh warga masyarakat, akademikus, pengusaha, dan pemerintah daerah, komunitas, media massa, di sepanjang DAS Citarum ikut dilibatkan (sinergitas pentahelix). Satgas Citarum Harum melibatkan sekitar 7.100 prajurit TNI yang dibagi dalam 22 sektor dengan komandan sektor perwira berpangkat kolonel. Targetnya 2025 tak ada lagi pencemaran oleh industri dan sampah di tahun 2025.

Tahun Kelima Citarum Harum

Saat ini, bulan Mei 2022, Citarum Harum mulai menapaki tahun ke-5 program revitalisasi. Banjir, sampah, limbah industri, sedimentasi, adalah masalah klasik yang tengah dibenahi. Bahkan Tindakan tegas kerap diberlakukan seperti menutup saluran limbah pabrik yang kedapatan membuang limbahnya tanpa pengolahan.

Tak mudah menanggulangi permasalahan di DAS Citarum yang total luasnya mencapai sekitar 1.132..334 hektare meliputi Bandung, Cimahi, Cianjur, Sumedang, Purwakarta, Bekasi, Karawang. Mengairi 354.429 hektare sawah, serta mendukung kehidupan lebih dari 25 juta jiwa warga DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Pabrik yang berdiri di DAS Citarum sebanyak 1.900 industri. Sekitar 90 persen pabrik tak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang sesuai atau ideal. Industri ini menghasilkan 340.000 ton limbah cair per hari. Selain itu, diperkirakan Citarum digelontori 35,5 ton limbah tinja setiap hari serta 20.462 ton sampah per hari dengan catatan 71 persen sampah tak terangkut.

Berbekal payung hukum, pelibatan TNI, dan semakin sadarnya masyarakat, progres mulai tampak kendati tetap ada pabrik bandel dan main kucing-kucingan dengan membuang limbah ke sungai saat tak ada patroli aparat. Perubahan itu mulai terjadi, sampah dan limbah mulai berkurang walau belum hilang 100 persen. 

Aksi sidak pabrik, pengecoran saluran limbah pabrik yang bandel, patroli sampah nyaris digelar setiap hari. Sampai memanggil seluruh CEO pabrik di DAS Citarum agar berkomitmen demi progres positif pada program strategis nasional ini.

Parameter sederhana untuk melihat dampak dari program pengendalian kerusakan dan pencemaran di Citarum adalah saat kemarau. Titik krusialnya ada di DAS Citarum perbatasan Solokan Jeruk dan Rancaekek, aliran Citarum di sepanjang Bojongsoang, Dayeuhkolot, Baleendah, dan Curug Jompong. Jika aliran DAS Citarum di kawasan tersebut hitam saat kemarau, berarti limbah pabrik tetap dibuang ke sungai tanpa pengolahan.

Pantauan BandungBergerak.id, wilayah-wilayah di sekitar Majalaya, sebagian Rancaekek dan Solokan Jeruk, Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan sebagian Baleendah, sudah mulai terkendali limbah industrinya. Lebih jauh ke pedalaman satwa-satwa khas Citarum mulai dari ikan sampai burung-burung pemangsa Kembali bermunculan, sebagai indikator alami perbaikan kualitas perairan. Artinya ada perbaikan baku mutu kualitas air. Di Sebagian wilayah-wilayah tersebut aliran air sungai tak lagi hitam saat musim kemarau.

Gubernur Ridwan Kamil sebagai Komandan Satgas Citarum Harum menyatakan kini Indeks Kualitas Air (IKA) Citarum berada di angka 50,13 poin atau cemar ringan, di awal 2018 statusnya masih cemar berat di angka 33,43 poin. Memang belum merata di semua wilayah DAS, namun ada kemajuan yang positif. Target tahun 2025 bisa mencapai mutu air kelas II dengan IKA 60 poin, alias aman untuk sarana rekreasi, budidaya ikan, serta pertanian dan peternakan. Air baku untuk air minum mutlak harus di level mutu air kelas I.

Masalah banjir, pemerintah juga mengklaim banjir mulai bisa dikendalikan berkat berfungsinya terowongan air di Curug Jompong dan Cisangkuy Floodway di Kabupaten Bandung. Di beberapa wilayah langganan banjir seperti Baleendah dan Dayeuhkolot, durasi banjir bisa lebih singkat karena lebih cepat surut.

Aliran Floodway Cisangkuy atau sodetan Sungai Cisangkuy di Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, ini mampu mengalirkan debit banjir 215 m3/detik dari total debit banjir  220 m3/detik yang biasanya membebani Sungai Citarum di Dayeuhkolot. Floodway Cisangkuy merupakan satu sistem dengan normalisasi upstream Citarum, Embung Gedebage, Kolam Retensi Cieunteung, Retensi Andir, dan Terowongan Nanjung, yang akan mengurangi luas genangan seluas 700 Ha.

Tak semua wilayah bebas banjir, limbah, atau sampah. Setidaknya di Kawasan Bandung timur dan barat, masih ada industri-industri raksasa yang bandel. Tak tersentuh sejak dahulu. Gelontoran air limbah hitam berbau busuk masih kerap terlihat bebas mengalir ke anak-anak Sungai Citarum. Seperti di kawasan Cimahi, Rancaekek dan Padalarang. Di Sungai Cikijing dan Cihaur yang bermuara ke Citarum.

Saat ini aliran sungai dari Majalaya, Bojongsoang, sampai Dayeuhkolot mulai bersih dari limbah. 70 Km pertama sejak mata air sampai Curug Jompong sampai masuk perairan waduk Saguling dan wilayah Bantar Caringin, Cianjur, akan jadi pertaruhan “harum”tidaknya aliran sungai yang membelah 13 wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat ini. Hanya tinggal 3 tahun tersisa menuju pembuktian program revitalisasi yang dimodali hutang luar negeri ini, semoga tak meleset.

Teks dan Foto: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//