• Berita
  • Potensi Sampah Plastik pada Momen Kurban di Kota Bandung Meningkat, Sistem Kemasan Berkelanjutan Solusinya

Potensi Sampah Plastik pada Momen Kurban di Kota Bandung Meningkat, Sistem Kemasan Berkelanjutan Solusinya

Kemasan plastik sekali cenderung meningkat. Penggunaan kemasan berkelanjutan pada momen kurban di Kota Bandung akan memperpanjang usia TPA Sarimukti.

Hendayana (40 tahun), berpakaian badut, menjual domba kurban di kawasan Babakan Loa, Cimahi Utara, (13/7/2021). Pria ini sengaja memasang masker pada domba-dombanya untuk beberapa saat sebagai bagian dari kampanye protokol kesehatan. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul21 Juni 2023


BandungBergerak.idKebiasaan pendistribusian daging kurban dengan kantong plastik perlu diganti dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan, seperti besek alami maupun kemasan berkelanjutan atau wadah guna ulang. Model ini diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah di Kota Bandung yang hingga kini masih terancam darurat sampah karena kapasitas berlebih di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

Staf Divisi Zero Waste Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) Anilawati Nurwakhidin menyebutkan, dalam upaya pengurangan sampah plastik sekali pakai, wadah apa pun yang digunakan sebagai pengganti kresek haruslah dipastikan akan digunakan kembali. Upaya ini sebaiknya diterapkan pada momentum kurban Hari Raya Idul Adha. Sehingga tidak ada wadah baru sekali pakai, tetapi menggunakan wadah guna ulang berkelanjutan.

Anilawati mengungkapkan, kresek atau kemasan sekali pakai seperti besek cenderung digunakan sekali. Praktik ini akan menghasilkan sampah baru yang pada akhirnya menimbulkan timbulan sampah di Kota Bandung.

Menurut Anilawati, kurban menjadi momen pembuatan sistem terpadu terkait kemasan berkelanjutan. Target sistem ini adalah mengubah pola kebiasaan lama dalam penggunaan wadah sekali pakai.

“Agar budaya penggunaan wadah berulang pada kurban dapat dilaksanakan rutin, perlu ada sistem pengumpulan wadahnya kembali,” terang Anilawati kepada BandungBergerak.id, Selasa (20/6/2023) melalui telepon.

Sistem pengumpulan wadah ini perlu dilakukan agar wadah tersebut bisa digunakan berulang dan dikelola distribusinya. Selain pada saat kurban, sistem ini bisa diterapkan pada momen-momen kegamanaan lain, misalnya Ramadan pada acara takjil dan buka puasa bersama.

Sistem tersebut tentunya perlu didukung dengan kebiasaan membersihkan wadah guna ulang. Kemasan guna ulang ini minimal bisa digunakan lebih dari lagi. Sistem ini masih lebih baik daripada menghasilkan sampah baru. Pada konteks kurban, perlu dibangun pula sistem pengembalian agar wadah tersebut bisa digunakan berulang.

Pascalibur Hari Raya Idul Fitri yang lalu, Kota Bandung menghadapi darurat sampah akibat kelebihan muatan TPA Sarimukti. Pemkot Bandung bahkan sampai mengaktifkan TPA lama Cicabe sebagai TPA Darurat untuk mengatasi melubernya sampah di 55 TPS di Kota Bandung.

Anilawati mengatakan, saat ini warga Bandung bisa sedikit lega setelah TPA Sarimukti bisa beroperasi kembali. Kapasitas TPA di Kabupaten Bandung Barat ini bertambah setelah mendadak diperluas. Namun TPA Sarimukti akan semakin cepat penuh jika tidak ada upaya mengubah kebiasaan menggunakan kemasan sekali pakai ke kemasan berkelanjutan.

“Maka bila mulai banyak bermunculan penggunaan kemasan pakai ulang dan ada sistem pengumpulannya kembali dalam pembagian daging kurban, maka itu adalah sumbangsih yang berharga untuk memperpanjang umur pakai TPA kita,” terang Anilawati.

Penerapan sistem wadah kurban berkelanjutan dilakukan Masjid Salman ITB yang bekerja sama dengan Savior Rangers pada program Sedekah Wadah Kurban. Dalam postingan Instagram resminya disebutkan bahwa pada momen kurban, satu sapi atau kerbau kurban berpotensi menimbulkan sampah sebanyak 150 paket atau kemasan plastik. Sedangkan seekor kambing atau domba berpotensi menimbulkan sampah sebanyak 15 paket.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar menyebutkan jumlah hewan kurban di Kota Bandung tahun 2023 diprediksi meningkat 20-30 persen dibandingkan tahun lalu.

“Di tahun lalu sekitar 13.600-an, tahun ini kita prediksi bisa potong sampai 15.000-16.000 ekor. Ini sudah total semua ya sapi, domba, dan kambing. Tahun lalu domba sekitar 10.000-an, sapi sekitar 3.000-an,” terang Gin Gin Ginanjar, dikutip dari siaran pers Pemkot Bandung, Senin (19/6/2023).

Jika angka 15.000 ekor hewan kurban di Bandung dianggap semuanya kambing, maka timbulan sampah yang dihasilkan bisa mencapai 225.000 kemasan. Angka ini akan meningkat jika hewan yang dikurbankan adalah sapi atau kerbau.

Pada program kurban Masjid Salman ITB, wadah yang bisa disumbangkan terdapat empat syarat, yaitu berukuran minimal 650 milimeter yang setidaknya cukup untuk setengah kilogram daging, lengkap dengan penutupnya, bersih dan masih layak pakai, dan diutamakan wadah tersebut bukan hasi membeli baru.

Wadah untuk sedekah kurban ini bisa disetorkan di delapan titik drop point yang tersebar di Kota Bandung, di antaranya di Masjid Salman ITB, Warung 1000 Kebun, YPBB Bandung, Wakil Bumi, Toko Nol Sampah, River Cleanup Indonesia, Resepsionis Wisma Joglo Bandung Resort, dan Madifa Store.

Baca Juga: Membela Kesejahteraan Satwa di Tengah Konflik Aset Kebun Binatang Bandung
Bukti-bukti Sejarah Menguatkan Stasiun Cicalengka adalah Cagar Budaya
Selamat Ulang Tahun ke-22 Kota Cimahi!

Imbauan Besek dari Pemkot Bandung

Pemkot Bandung yang tempo lalu kelabakan menghadapi lonjakan sampah di TPS-TPS-nya, mengimbau kepada seluruh petugas kurban di Kota Bandung untuk menggunakan wadah ramah lingkungan ketika mendistribusikan daging kurbannya.

"Kita imbau agar dalam pembagian daging kurban tidak pakai kresek. Saya imbau pake besek yang terbuat dari bambu supaya bisa hancur," ungkap Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna di Kantor DKPP Kota Bandung, Senin, (19/6/2023) dikutup dari siaran pers.

Menurutnya, proses persiapan kurban penting untuk mempersiapkan pola pembagian yang tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Upaya ini harus dilihat secara menyeluruh bersamaan dengan aspek kesehatan hewan, proses pemotongan, dan pola distribusi yang benar.

"Jangan sampai malah menghasilkan banyak sampah yang tidak bisa diurai. Hasil dari pembagian daging ini harus aman untuk lingkungan. Sehingga mudah didaur ulang," ujarnya.

Meski demikian, imbauan ini akan lebih efektif jika dibangun sistem seperti yang disarankan YPBB atau yang sudah dijalankan Masjid Salman ITB.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//