• Foto
  • Menabur Sampah Menuai Bala

Menabur Sampah Menuai Bala

Sampah yang dibuang ke sungai kembali lagi ke permukiman warga saat musim banjir. Pemerintah daerah di Bandung Raya ogah bekerja keras mengedukasi pemilahan sampah.

Fotografer Prima Mulia20 Mei 2023

BandungBergerak.id - Dua orang mahasiswi menghentikan sepeda motornya di pinggir jalan, si pengemudi membuang botol plastik kemasan minuman ke dalam keranjang khusus sampah plastik ecobin di simpang Jalan Braga dan Lembong di Kota Bandung, 11 Mei 2023. Keranjang khusus ecobin ini ditempatkan di fasilitas publik sebagai upaya mengurangi kebiasaan membuang sampah plastik ke sungai. Ada kode QR disitu, jadi masyarakat diminta untuk proaktif mengabarkan jika keranjang sudah penuh.

Selain untuk membiasakan membuang sampah secara terpilah, upaya ini digagas untuk mengurangi timbulan sampah di sungai terutama saat musim hujan. Jika hujan lebat memicu banjir bandang atau naiknya debit tinggi muka air sungai secara ekstrem, dipastikan saat itulah waktunya buang sampah, mulai dari sekeranjang kecil sampah dapur sampai kasur pegas rusak dan kursi butut ke sungai.

Buah dari buang sampah massal saat banjir ini terbukti di kawasan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, di mana Sungai Citarum sebagai induk dari semua sistem anak sungainya di wilayah Bandung Raya, permukaannya tertutup sampah, persis sebelum memasuki kawasan waduk Saguling.

Jembatan apung antarkecamatan di kawasan tersebut sempat putus dihajar tingginya volume sampah pada 28 Maret 2023 lalu. Tanggal 7 Mei 2023, masih di lokasi yang sama, lebih dari 5 perahu kayu pemulung berputar-putar di atas lautan sampah tersebut. Mereka bergegas untuk segera memenuhi perahunya dengan sampah plastik, menepi untuk bongkar muatan di dermaga saat penuh, lalu kembali mengarungi lautan sampah.

Lebih ke kawasan hulu, Warga di Kampung Sukabirus, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, mengumpulkan sampah yang terbawa banjir saat Sungai Cikapundung tak mampu lagi menampung debit air yang tinggi. Sampah-sampah itu lalu dibakar persis di ujung titik banjir yang berbatas dengan Jalan Raya Bojongsoang.

Di Kampung Bojongasih, perahu dan rakit berseliweran melintasi jalan kampung yang banjir. Karung-karung dan kantung plastik besar berisi sampah terserak di pinggiran kampung. Beberapa kantung kecil mulai hanyut terbawa banjir melewati lorong-lorong gelap kampung. Karung yang lebih besar tinggal menunggu waktu saja sebelum ikut hanyut terbawa arus ke Sungai Citarum.

Hujan lebat yang mengguyur pada 5 dan 6 Mei 2023 itu membuat seluruh DAS Citarum meluap, imbasnya semua air dari sungai-sungai di wilayah timur dan utara Bandung bermuara ke Citarum. Sejumlah permukiman dan ruas jalan raya di 6 kecamatan banjir.

Saat banjir, artinya sampah-sampah juga bakal ikut terbawa, baik yang tak sengaja maupun sengaja dibuang ke sungai memanfaatkan derasnya arus air. Timbulan sampah bermunculan di sana sini. Sampah-sampah ini lalu menyumbat aliran Citarum di Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, tersangkut di jembatan apung Jamalas, persis sebelum memasuki perairan Waduk Saguling. Rata-rata sampah yang diangkut di kawasan ini saat musim hujan sekitar 4-7 ton per hari.

Beberapa pekan setelah lebaran, tepatnya tanggal 5 Mei 2023, sejumlah pemulung mencari sampah plastik atau yang punya nilai jual di lubang pembuangan sampah tanpa pemilahan di eks TPA Cicabe, Kota Bandung. TPA yang sudah ditutup ini terpaksa kembali dibuka untuk menerima gelontoran sampah harian Kota Bandung yang mencapai 1.500 ton per hari, sementara TPA Sarimukti tak mampu lagi menampung semua sampah kota karena sudah overload.

Sepekan setelah dibuka, TPA Cicabe dipenuhi sekitar 600 ton sampah tanpa pemilahan. Di lubang-lubang menganga itu tampak jelas lapisan-lapisan sampah yang ditimbun sejak 18 tahun lalu, saat Cicabe pertama kali dioperasikan.

Solusi pengelolaan sampah seharusnya dimulai dari rumah tangga dan TPS dengan menerapkan sampah terpilah. Proses pembuangan sampah yang dibuang dengan teknik landfill ini memakan waktu cukup lama untuk satu truk yang datang. Jalan menanjak di atas tanah becek cukup sulit untuk dilalui truk yang penuh dengan muatan sampah. 1 truk bisa menghabiskan waktu antara 20-30 menit untuk bisa menaklukan medan tanah yang licin lalu membuang muatan sampahnya.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat melansir data, sekitar 15,35 persen dari sekitar 15.838 ton timbulan sampah setiap hari di Sungai Citarum adalah sampah plastik. Tempat Pemrosesan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, ditambah 6,3 hektare.

Dari 4 zona di Sarimukti, zona 3 dan 4 sudah overload, truk bisa membuang sampah di zona 1 dan 2. Zona 1 dan 2 bisa menampung sampah dari 400 truk setiap hari. Total sampah yang bisa ditampung di TPAS Sarimukti hanya 1.200 ton per hari, namun TPA ini harus menerima sampah dari wilayah Bandung Raya sebanyak 2.000 ton per hari.

Sekitar 2.000 ton sampah per hari tersebut berasal dari wilayah Bandung Raya termasuk Cimahi. Daya tampung area pembuangan akhir sampah ini 2 juta ton, tapi sampah yang menggunung sudah mencapai 14 juta ton. Sudah melebihi kapasitas.

Masalah penanggulangan sampah ini kian pelik karena TPSA Legok Nangka di Nagreg belum juga bisa dioperasikan. Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Legok Nangka yang masih menerapkan teknik landfill digadang-gadang mengadaptasi waste to energy. Nasib TPPAS Legok Nangka yang diharapkan bisa beroperasi Maret 2024 untuk menggantikan TPA Sarimukti juga masih tak jelas.

Alih-alih membudayakan pemilahan sampah sejak dari rumah, kepanikan pemerintah menghadapi teror sampah ini disikapi dengan mengambil solusi tercepat, dengan insinerator alias membakar sampah di beberapa TPS, yang berdampak pada pencemaran udara dan lingkungan sekitar. Diklaim aman tanpa ada data atau parameter aman itu seperti apa. 

Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//