• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #49: Gunung Selasih dengan Keunikan Batu Karut, Populasi Kera, dan Legenda Seorang Putri

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #49: Gunung Selasih dengan Keunikan Batu Karut, Populasi Kera, dan Legenda Seorang Putri

Selain pemandangan Cekungan Bandung yang memesona, Gunung Selasih memberi kita banyak pengalaman unik. Ada populasi puluhan kera dan legenda-legenda.

Gan Gan Jatnika

Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika

Sisi barat laut Gunung Selasih dilihat dari Jalan Cilodong, Pasir Tumenggung. Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, 17 Juni 2023. (Foto: Gan Gan Jatnika)

24 Juni 2023


BandungBergerak.idPegunungan yang ada di kawasan tenggara Kota Bandung, khususnya di daerah Kecamatan Majalaya, Paseh, dan Cikancung, termasuk yang jarang dikunjungi. Barangkali karena ketinggiannya yang dinilai kurang menjulang, atau karena anggapan bahwa telah banyak terjadi kerusakan di kawasan hutan dan pegunungannya akibat alih fungsi lahan menjadi kebun atau permukiman sehingga mengurangi keindahannya.

Ada banyak gunung yang berada di kawasan tenggara Kota Bandung ini, antara lain Gunung Mandalawangi, Gunung Pangradinan, Gunung Masigit, Gunung Buleud, Gunung Selasih, Gunung Kasur, Gunung Tikukur, Pasir Jugul, dan Gunung Pulus. Mungkin hanya Gunung Mandalawangi dan Gunung Pangradinan yang cukup populer dan lumayan sering dikunjungi para pendaki.

Dari rangkaian pegunungan tersebut, Gunung Selasih memiliki beberapa keunikan sehingga layak untuk didaki sampai ke puncaknya.

Akses dan Lokasi

Gunung Selasih terletak di wilayah administratif Desa Karangtunggal, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung. Jika ditarik garis lurus, jaraknya sekitar 29 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Bandung.

Untuk menuju kaki Gunung Selasih dengan menggunakan kendaraan roda dua, kita akan menempuh jarak sekitar 38 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam 20 menit. Menggunakan kendaraan roda empat, kita memerlukan waktu tempuh sekitar 10 menit lebih lama.

Ketinggian puncak Gunung Selasih adalah 1.188 meter di atas permukaan laut (MDPL), sebagaimana tertulis dalam peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar peta 1208-643, edisi I-2001, dengan judul peta: Majalaya, skala 1:25.000.

Untuk mencapai puncak Gunung Selasih, terdapat dua jalur yang sering digunakan, yaitu jalur Legokpego dengan melintasi lereng Gunung Kasur dan jalur Karang Gantungan di Dusun Pasir Tumenggung, Kampung Salamungkal, Cilodong. Jalur kedua lebih direkomendasikan karena titik awal pendakiannya lebih mudah ditemukan.

Dari Kota Bandung, untuk menuju lokasi Wisata Karang Gantungan, kita bisa mengarahkan kendaraan melalui jalan Ciwastra-Margacinta, terus menuju Sapan dan masuk ke jalan raya Cicalengka-Majalaya, lalu menuju Jalan raya Cilodong di Kecamatan Paseh. Bisa juga kita melintasi Jalan Terusan Buahbatu menuju Bojongsoang, kemudian Jalan Laswi Ciparay-Majalaya, sebelum mengarah ke Jalan Cilodong.

Di Jalan Cilodong, kita  secara bergantian akan melewati Kampung Pasirpanjang, Salamungkal, Bingkur, dan Pasir Tumenggung. Gerbang Wisata Karang Gantungan berada di Dusun Pasir Tumenggung.

Jika ingin memanfaatkan bantuan petunjuk daring, kita bisa mengetikkan kata “Wisata Karang Gantungan Majalaya” di mesin pencari semisal Google. Nantinya tersaji rute dan peta menuju tempat yang dimaksud.

Suasana di puncak Gunung Selasih yang memungkinkan para pendaki beristirahat dengan mendirikan tenda atau bersantai di hammock, Juni 2023. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Suasana di puncak Gunung Selasih yang memungkinkan para pendaki beristirahat dengan mendirikan tenda atau bersantai di hammock, Juni 2023. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Mendaki Gunung Selasih dan Karang Gantungan

Selain jarak tempuhnya tidak terllau jauh, jalur pendakian Gunung Selasih dari Karang Gantungan sudah dilengkapi dengan tempat parkir dan titik awal yang mudah ditemukan, yaitu Wisata Karang Gantungan dengan ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut. Selisih garis ketinggian dengan puncak sekitar 288 meter saja.

Sayangnya, pada bulan Juni 2023 lalu kondisi Kawasan Wisata Karang Gantungan kurang terawat. Tidak ada pos tiket atau petugas yang menjaganya.

Di kompleks ini, terdapat gapura dan tembok prasasti yang bentuknya mengingatkan pada gapura dan tembok prasasti di Situs Gunung Nagara Padang, Ciwidey. Sebagai catatan, ketika memarkirkan kendaraan, kita sebaiknya tidak menaruh barang atau tas tergantung di luar karena sering ada kawanan kera yang turun.

Dari Kawasan Wisata Karang Gantungan, ada dua jalan setapak yang bisa kita pilih. Jalan di sebelah kanan, yang ada gapura dan tembok prasasti, membawa kita menuju kawasan hutan keramat Karang Gantungan, sementara jalan lurus berbatu langsung mengantar kita menuju puncak gunung.

Jalan menuju hutan keramat berupa jalan setapak yang sudah ditembok. Lebarnya sekitar satu meter. Jalur ini membawa kita sampai ke “Batu Karut”, yakni batu yang tergantung di tengah-tengah lilitan akar pohon. Keberadaan batu karut inilah yang membuat tempat ini dinamakan “Karang Gantungan”.

Selain itu, di hutan keramat banyak ditemui pohon-pohon kiara serta beringin berukuran besar dengan akar yang menjuntai sampai bawah. Ada juga pohon rotan dengan batangnya yang panjang-panjang. Kita juga bisa menikmati batuan dalam aneka bentuk dan ukuran.

Namun, yang menjadi keunikan Karang Gantungan adalah populasi kawanan monyet yang sangat banyak. Jadi jangan kaget bila tiba-tiba dari semak atau dari atas pohon, monyet-monyet bermunculan. Konon monyet-monyet ini adalah para penunggu sejak dahulu, yang ada kaitannya dengan kisah legenda situs ini.

Dari Karang Gantungan, untuk menuju jalur pendakian ke puncak Gunung Selasih, kita tidak perlu turun kembali ke titik awal perjalanan di dekat gapura. Kita bisa mengikuti jalan setapak yang di sampingnya terdapat selokan atau sungai kecil yang sangat jernih. Jalan setapak ini akan bertemu dengan jalan berbatu yang cukup lebar, yang berawal dari tempat parkir Karang Gantungan.

Dari pertemuan jalan ini, kita tinggal mengikutinya sampai berbelok ke arah jalan setapak yang menanjak di tengah perkebunan pinus. Suasana jalan dengan permukaan berupa tanah merah yang bersih dan diteduhi rimbunnya hutan pinus, terasa menyenangkan. Di ujung jalan, kita akan dihadapkan pada tanjakan dengan semak belukar serta rumput ilalang di samping kanan-kirinya.

Pemandangan terbuka ke arah Cekungan Bandung dan Pegunungan Bandung Timur terlihat menawan dari sini. Gunung Mandalawangi, Gunung Pangradinan, Gunung Kareumbi, Gunung Kerenceng, Gunung Geulis, Pasir Jambu, Gunung Pangparang, dan gunung-gunung lainnya tampak jelas. Terdapat sebuah saung yang memadai untuk beristirahat dan menikmati pesona alam yang terhampar di depan mata.

Menjelang puncak, terdapat sepetak kebun tembakau. Melewatinya, kita akan kembali masuk ke jalan setapak di tengah kerimbunan semak belukar sebelum kemudian tiba.

Suasana di puncak Gunung Selasih cukup rimbun. Terdapat pohon berukuran besar serta pohon-pohon lainnya yang memberi keteduhan. Beberapa batu besar dapat ditemukan juga.

Kawasan puncak gunung ini cukup luas. Kita bisa memasang beberapa tenda dan hammock untuk beristirahat. Beberapa pohon jaksi yang mirip pohon pandan banyak tumbuh di sini. Batangnya cukup kuat dipasangi ayunan kain untuk istirahat. Terdapat pula sebuah tikar terselip di sela pohon besar. Mungkin tikar yang disediakan untuk duduk dan berdoa. Rupanya selain pendaki, ada juga para peziarah yang sering datang ke Gunung Selasih dengan tujuan khusus.

Jika pendakian dilakukan langsung dari tempat parkir menuju puncak, tanpa mampir dulu ke Situs Karang Gantungan, waktu tempuh perjalanan sekitar 1 - 1,5 jam. Sementara itu, perjalanan turun membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #48: Gunung Sadu Soreang dengan Misteri Batuan Anomali Magnetik dan Jejak Perjuangan Kemerdekaan
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #47: Gunung Kerenceng dan Gunung Kareumbi, Kerucut Kembar di Lintasan Sesar Cicalengka
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #46: Pasir Pangukusan yang Terlupakan, Titik Pandang Patahan Lembang nan Menawan, dan Hutan Bambu Arcamanik yang Unik

Sekilas Legenda Karang Gantungan dan Gunung Selasih

Di Kawasan Wisata Karang Gantungan, terdapat tembok prasasti yang menceritakan secara singkat sejarah tempat ini. Diceritakan bahwa situs ini berkaitan dengan Kerajaan Saunggalah. Namun tidak dijelaskan secara detail apakah Kerajaan Saunggalah ini yang ada hubungannya dengan Ciung Wanara atau kerajaan berbeda yang berdiri di sekitar lokasi.

Juga tertulis bahwa kekhasan tempat ini adalah keberadaan sebuah batu yang tergantung dan hanya diikat dengan akar-akaran (Batu Karut). Ada beberapa makam keramat di kawasan ini, salah satunya merupakan Makam Embah Karang, seorang ajar resi dari Kerajaan Saunggalah yang cukup berpengaruh pada masanya. Diinformasikan pula tentang keberadaan populasi kera dengan perkiraan jumlah sebanyak 40 ekor.

Nama Gunung Selasih diambil dari nama seorang putri. Dalam legenda asal-usul Majalaya, terdapat penggalan cerita tentang seorang putri yang bernama Putri Sela Asih. Dinamakan demikian karena sebagai bayi perempuan dia ditemukan di antara sela-sela pohon oleh seorang pimpinan rombongan penjahat bernama Ki Dasta. Penemuan itu seketika membuat sang penjahat memiliki sifat asih dalam dirinya sehingga bertekad berhenti melakukan perbuatan jahat. Itulah kenapa bayi perempuan itu dinamakan Putri Selasih atau Sela Asih.

Setelah dewasa, sang putri bertemu dengan pemuda tampan yang gagah dan memiliki kemampuan kanuragan yang melebihi dirinya. Mereka pun saling jatuh cinta dan menikah. Pemuda ini rupanya adalah seorang pangeran yang bernama Mandalawangi.

Namun semesta seperti tidak menyetujui pernikahan mereka. Petir menggelegar mengagetkan pasangan pengantin yang sedang bersuka menempuh hidup baru. Ternyata Pangeran Mandalawangi dan Putri Selasih adalah kakak beradik. Nama asli sang putri adalah Mandalasari. Dia dibuang ke hutan oleh ayahandanya pada saat bayi.

Karena pernikahan ini tidak direstui para dewa, kedua kakak beradik ini berubah menjadi Gunung Mandalawangi dan Gunung Selasih. Kasur tempat mereka menikmati suasana pengantin baru pun berubah menjadi Gunung Kasur. Letaknya berdekatan dengan Gunung Selasih.

Dalam versi lain, Gunung Selasih bukanlah jelmaan seorang putri. Dikisahkan, Putri Selasih adalah anak dari penguasa Kerajaan Saunggalah, yaitu Dewi Nimbang Waringin, yang dititipkan kepada Embah Karang. Pengawalan putri yang bernama lengkap Selasih Cakraningrat itu dipercayakan kepada seorang tumenggung. Jatuh cinta kepada sang putri, tumenggung tersebut lantas menetap di dekat Karang Gantungan. Tempat menetap ini kemudian dikenal sampai sekarang sebagai Pasir Tumenggung.

Putri Selasih sendiri tinggal di Karang Gantungan dalam didikan dan penjagaan Embah Karang. Setelah meninggal, sang putri kemudian dimakamkan di puncak gunung. Demikianlah kenapa gunung tersebut kemudian dinamai Gunung Selasih.

Wisata Karang Gantungan sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Saat ini yang menjadi juru peliharanya adalah Abah Cece Bukhory yang tinggal di Desa Salamungkal. Beliau menggantikan para pendahulunya, yaitu Eyang Anom (Alm.), Wa Punduh Eunyon (Alm.) dan Eyang Karnata (Alm.).

*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB) 

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//