ESAI TERPILIH SEPTEMBER 2023: Dari Kritik atas Jam Kerja, Rivalitas Persib vs Persija, hingga Kebakaran Bromo
Tiga Esai Terpilih ini membahas kondisi perburuhan, fans sepak bola, dan petaka kebakaran di Bromo yang memilukan.
Tim Redaksi
Awak Redaksi BandungBergerak.id
9 Oktober 2023
BandungBergerak.id - Sepanjang bulan September 2023 kemarin, kanal Esai BandungBergerak.id menayangkan sidikitnya 20 esai dari KawanBergerak (sapaan dari kami untuk audiens BandungBergerak.id). Sebagaimana yang sudah-sudah, setiap bulannya kami mengumumkan Esai Terpilih dari seluruh esai yang sudah ditayangkan tersebut.
Ada tiga Esai Terpilih yang telah kami pilih sepanjang bulan September, dua esai dari penulis umum dan satu esai dari penulis mahasiswa. Berdasarkan alfabet, tiga Esai Terpilih masing-masing ditulis Mika Sudira, Pinggala Adi Nugroho (dalam esai dengan tag Mahasiswa Bersuara), dan Wahyu Eka Styawan. Berikut ini sedikit ulasan terhadap tiga Esai Terpilih September 2023:
Kritik atas Jam Kerja
Mika Sudira menulis esai berjudul “Kemalasan dan Kritik atas Kerja”. Esai ini berangkat dari kritikya terhadap jam kerja manusia yang sejak abad ke-18 yang sudah dipatok 12 jam per hari. Kondisi ini tak berubah di abad modern ini. Waktu luang dan istirahat manusia, khususnya para buruh, semakin menipis, tertindih kesibukan di dunia kerja.
Mika Sudira yang merupakan pekerja di perusahaan sepatu komersial di Bandung, tentunya mengalami desakan dari jam kerja yang padat. Di era digital saat ini, media sosial akhirnya menjadi pengisi waktu luang bagi para pekerja. Facebook, Instagram, X, Tiktok, dan seterusnya menjadi wadah pengisi luang di sela-sela bekerja seharian. Namun, Mika mengutip telaah Christian Fucshs dan Sebastian Sevignani bahwa media sosial bukan saja memuaskan kebutuhan para penggunanya tetapi juga melayani kebutuhan laba dari platform media sosial. Semua data profil pribadi, data perilaku penggunaan, dan data muatan gambar serta video menjadi komoditas berupa data.
“Semua waktu online dari seorang pengguna media sosial adalah waktu kerja produktif. Setiap pengguna dipantau serta dikemas bersama dengan data dari pengguna-pengguna serupa ke dalam sebuah komoditas data yang diolah untuk dijual kepada langganan pemasang iklan. Komoditas data diolah dalam bentuk tertentu sehingga mereka mempresentasikan kelompok-kelompok pengguna tertentu dengan ciri dan kepentingan-kepentingan demografis yang dibutuhkan,” tulis Mika.
Mika mengingatkan, iklan-iklan yang berseliweran di depan layar adalah hasil pengolahan data untuk tujuan komersial. Dengan sasaran yang jelas iklan tersebut menjadi dorongan konsumsi bagi pengguna media sosial dan menjadi keuntungan bagi para penjual karena dengan mudah menyasar pasar sesuai dengan kebutuhan.
“Di tengah kepungan pekerjaan dengan waktu luang yang sedikit. Kita bisa memulai memikirkan kembali waktu luang agar tidak berakhir menjadi komoditas, kemudian kembali lagi berjerih lelah di bawah sinar matahari,” ajak Mika.
Penggila Sepak Bola
Pinggala Adi Nugroho menulis esai berjudul “Sepak Bola, Rivalitas, dan Cinta” yang mengisi tag khusus esai di BandungBergerak.id “Mahasiswa Bersuara”. Mahasiswa dari Universitas Teknokrat Indonesia ini mengulas rivalitas antarsuporter sepak bola di Indonesia, khususnya antara Persib dan Persija dari sisi psikologis. Ia berusaha menjawab mengapa orang-orang bisa fanatik pada klub sepak bola kesayangan.
Pinggala menjelaskan, sepak bola mempunyai konsep emosional tersendiri bagi penggemarnya. Konsep romantisme secara manusiawi yang banyak kita tahu adalah terkait emosi, spiritual, dan cinta. Di sisi sepak bola, romantisme lebih diartikan sebagai alat penyatuan berbagai kalangan, semangat membara, ataupun ikatan emosional antara pemain, klub, dan para suporter. Mereka membentuk kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antarsatu dengan yang lainnya. Klub, pemain, dan suporter adalah sebuah sistem yang saling terkait antara satu untuk semua.
Sepak bola bisa membuat setiap orang sedih dan senang secara bersamaan. Sedih ketika tim mereka terpuruk ataupun senang saat tim mereka berjaya.
“Seperti yang tergambar dari dua rival abadi, Persib Bandung dan Persija Jakarta. Bobotoh dan Jakmania. Mereka menggambarkan romantisme di dalam sepak bola adalah hal nyata dan bukan isapan jempol belaka. Tak ada yang bisa memisahkan cinta mereka untuk klub kesayangannya. Sepak bola adalah bukti bahwa harga diri, identitas, dan kesetiaan mengikat dalam jiwa mereka. Lantas, Apa alasanmu untuk tidak mencintai sepak bola?” tulis Pinggala.
Kebakaran Bromo
Esai Terpilih lainnya ditulis Wahyu Eka Styawan melalui “Mengurai Kebakaran Hutan di Bromo dan Rekomendasi”. Direktur Eksekutif WALHI Jawa Timur & Anggota FNKSDA ini berusaha melihat fenomena kebakaran Bromo tidak hanya dari sisi menyalahkan wisatawan, walaupun penyebab kebakaran tersebut karena kebodohan wisatawan yang menyalakan flair di tengah kemarau panjang hanya demi estetika foto prewedding.
Wahyu menyatakan, kebakaran hutan dan lahan di Bromo sudah sering terjadi, sebelumnya di bulan Agustus 2023 juga ditemukan kejadian kebakaran, meski luasannya tidak seluas bulan September 2023. Ternyata kebakaran di Bromo juga pernah terjadi di tahun 2019 dan 2021 lalu. Serta di tahun-tahun sebelumnya. Artinya peristiwa ini bukan hal yang baru, karena terus berulang dan berulang, semacam repetisi.
Penyebab kebakaran di Bromo juga terkait dengan perubahan iklim yang mendorong munculnya cuaca ekstrem seperti panas yang tidak wajar. IPCC dalam laporan terbarunya AR6 yang terbit pada Maret 2023 telah menyampaikan bahwa suhu permukaan bumi telah meningkat menjadi 1.1 derajat Celsius. Peningkatan suhu ini telah mengganggu tata iklim, sehingga meningkatkan kerawanan bencana.
BMKG sejak awal tahun 2023 telah mengingatkan bahwa Indonesia akan terkena dampak dari cuaca ekstrem salah satunya peningkatan suhu dan kemarau yang panjang, mereka pun mewanti-wanti pemerintah untuk siap siaga menghadapi kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan.
“Tetapi peringatan tersebut seolah-olah tidak diindahkan oleh berbagai stakeholder untuk menerapkan sistem mitigasi yang baik. Bahkan tidak belajar dari kejadian sebelumnya, sehingga kebakaran yang terjadi di berbagai wilayah termasuk Bromo bukan mitigasi yang tampak, tetapi hanya sekedar memadamkan api,” tulis Wahyu.
Baca Juga: ESAI TERPILIH APRIL 2023: Napak Tilas Pengadilan Masa Kolonial di Bandung, Membedah Buku Bacaan Anak Zaman Belanda
ESAI TERPILIH JULI 2023: Politik untuk ASN, Fenomena Bahasa Jaksel, dan Kriminalisasi karena UU ITE
ESAI TERPILIH AGUSTUS 2023: Dari Kamp Interniran Cihapit, Peradaban dalam Kacamata Anarkisme, hingga Ketimpangan Dunia Pendidikan
Demikian sedikit ulasan tiga Esai Terpilih bulan September 2023. BandungBergerak.id akan menghubungi kedua penulis esai terpilih untuk mengatur pengiriman sertifikat dan kenang-kenangan. Seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh bandungbergerak.id. Atau bisa juga para penulis esai terpilih berinisiatif menghubungi akun Instagram KawanBergerak atau nomor telepon 082119425310. Selamat untuk ketiga kawan penulis!
Tak lupa kami ingin menekankan bahwa pengumuman Esai Terpilih bulanan ini bukan ajang pemilihan esai terbaik yang terkesan ingin menafikan esai-esai lainnya. Pemilihan tiga Esai Terpilih tentu melewati beberapa pertimbangan (yang tidak sepenuhnya objektif) tim redaksi, tanpa bermaksud mengecilkan tulisan-tulisan lainnya yang seluruhnya terbaik dan untuk itu kami sangat berterima kasih dan menaruh hormat.
Kami menunggu kiriman esai-esai bermutu dari kawan-kawan semua. Esai bisa dikirim ke [email protected]. Mari terus menulis, terus berdampak! Sesekali, mari mengkritik!
*Esai-esai BandungBergerak.id dapat disimak di tautan ini