• Berita
  • Seruan Palestina Merdeka dari Ibu Kota Asia Afrika terus Menggema

Seruan Palestina Merdeka dari Ibu Kota Asia Afrika terus Menggema

Bandung adalah ibu kota Konferensi Asia Afrika. Sejak tahun 1955 konferensi Bandung mendukung kemerdekaan Palestina yang dijajah Israel.

Peserta aksi membentang spanduk dukungan untuk Palestina di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat, 13 Oktober 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah14 Oktober 2023


BandungBergerak.idSerangan Israel terhadap Palestina menuai protes keras dari Bandung yang merupakan ibu kota penyelenggara Konferensi Asia Afrika 1955. Palestina merupakan negara yang mendukung konferensi yang memicu kemerdekaan negara-negara koloni di Asia dan Afrika. Palestina juga yang kini tinggal satu-satunya pendukung KAA yang belum merdeka.

Dukungan kemerdekaan untuk Palestina di Bandung menggema dalam aksi unjuk rasa di Bandung, Jumat, 13 Oktober 2023. Sedikitnya tiga kelompok massa melakukan aksi unjuk rasa di dua lokasi berbeda, yakni di depan Gedung Sate dan di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika. Mereka mengutuk serangan militer Israel ke Gaza Palestina yang banyak memakan korban warga sipil.

Di sela-sela aksi di Gedung Merdeka, pakar geopolitik Timur Tengah Dina Sulaeman menyebutkan. Indonesia masih konsisten dengan kebijakan diplomatik dan bantuan dana terhadap Palestina.

"Indonesia kebijakan luar negerinya selama ini selalu konsisten,  selalu menyatakan bahwa Palestina belum merdeka,  dan selalu menyatakan bahwa Indonesia akan terus bersama Palestina sampai Palestina merdeka," ujar Dina, kepada BandungBegerak.id.

Selain kebijakan diplomatik, ada cara ampuh mendukung Palestina, kata Dina, dengan melakukan embargo ekonomi seperti yang dilakukan dulu dunia internasional terhadap Afrika Selatan.

"Sebenarnya ada yang bisa dilakukan oleh Indonesia yang lebih berdampak, yaitu melakukan embargo ekonomi.  Karena ini belajar dari bagaimana dulu komunitas internasional itu membebarkan rezim apartheid di Afrika Selatan," jelas Dina.

Menurutnya, taktik ekonomi tersebut dijalankan untuk memotong kekuatan rezim Zionis agar mau mendengarkan tuntutan internasional.

Amerika di Balik Israel

Dina Sulaeman menyatakan, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sudah mengakui kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel kepada rakyat Palestina. Namun, saat akan resolusi oleh Dewan Keamanan PBB selalu diveto oleh Amerika Serikat.

"Amerika itu setiap tahun itu memberikan dana minimalnya,  dana hibah 3 miliar dolar kepada Israel.  Dan juga memberikan dukungan diplomatik. Misalnya kalau PBB mau memberikan resolusi untuk menghukum Israel, karena kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel itu sudah betul-betul nyata dan diakui oleh PBB," jelas Dina.

"Tapi ketika Dewan Keaman PBB mau mengeluarkan resolusi, itu selalu di veto oleh Amerika Serikat.  Jadi Israel tanpa dukungan Amerika Serikat itu mungkin sudah jauh-jauh hari bisa dikalahkan. Tapi masalahnya karena dukungan penuh dari Amerika Serikat, makanya Israel masih bertahan sampai hari ini," bebernya.

Saat ditanyai mengenai normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel, Dina mengatakan bahwa Indonesia harus bersikap sesuai dengan konstitusi untuk menolak penjajahan.

"Negara-negara Arab bukan parameter kebenaran. Kalau mereka mau normalisasi hubungan dengan Israel, ya itu urusannya mereka. Indonesia nggak perlu meniru-niru karena kita punya nilai sendiri. Kita punya Undang Undang Dasar sendiri yang jelas-jelas menyatakan menolak penjajahan di muka bumi," imbunya.

Peserta aksi membentang spanduk dukungan untuk Palestina di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat, 13 Oktober 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Peserta aksi membentang spanduk dukungan untuk Palestina di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat, 13 Oktober 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Pantauan BandungBegerak.id dalam aksi kemarin, masa aksi meneriakkan yel-yel solidaritas "jayalah Palestina, hancur Israel", orasi, pembacaan puisi, mengangkat poster dukungan, dan mendoakan rakyat Palestina.

Aksi tersebut dilakukan oleh massa yang tak hanya dari kaum dewasa namun perempuan dan anak-anak. Secara simbolis massa juga membentangkan bendera Israel di jalan ruas jalan Asia-Afrika.

Koordinator Lapangan dan Pembina YES (Youth Empathy and Solidaritas) Otong Sulaeman mengatakan, aksi yang dilakukan di depan Gedung Merdeka ini sebagai simbol ada negara yang masih belum merdeka yaitu Palestina.

"Di gedung inilah para pemimpin Asia-Afrika diinisiasi dan dipimpin oleh para pemimpin bangsa kita yaitu Bung Karno dan juga para founding father, saat itu mengumpulkan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk mendukung bangsa-bangsa lain yang belum merdeka," kata Otong saat ditemui Bandungbergerak.id.

Konferensi Asia Afrika yang dilakukan pada tahun 1955 mencapai kemerdekaan pada bangsa-bangsa di Asia Afrika kecuali Palestina.

“Sehingga ketika masih ada satu bangsa yang belum merdeka yaitu Palestina maka kita menganggapnya sebagai utang," tutur Otong.

Kemerdekaan Palestina sebagai utang Konferensi Asia Afrika. Hal ini dikatakan juga oleh pemimpin-pemimpin di Indonesia yang konsisten mendukung Palestina.

“Itu yang disampaikan oleh para pemimpin bangsa kita sepanjang masa dari mulai Bung Karno sampai yang pemimpin sekarang yaitu Pak Jokowi. Para pemimpin tersebut mengatakan bahwa selama bangsa Indonesia dan bangsa Asia Afrika masih punya utang yaitu bagaimana supaya bangsa Palestina itu merdeka,” bebernya.

Otong juga mengatakan saat ini pemerintah Indonesia belum bersikap secara resmi atas yang menimpa rakyat Palestina.

"Sampai sekarang kita belum mendengar pernyataan-pernyataan yang resmi paling hanya pernyataan-pernyataan yang muncul adalah bagaimana semua pihak menahan diri," ungkap Otong. "Bagaimana melakukan deskalasi atau penurunan ketegangan supaya terutama korban kematian yang terjadi pada masyarakat sipil khususnya lagi anak-anak dan wanita itu bisa ditanggulangi,"tambahnya.

Meskipun begitu, pihaknya juga menghargai sikap Indonesia untuk mengakui bahwa Palestina belum merdeka merupakan utang.

"Selama Palestina belum merdeka, bangsa Indonesia masih punya utang. Itu adalah sikap yang kami hargai, itu adalah sikap yang sangat kami apresiasi dari pemerintah Indonesia," imbuhnya.

Baca Juga: Pidato Tengah Malam Ruslan Abdulgani di Konferensi Wartawan Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika dan Sukarno di Mata Pram
Mengenang Ali Sastroamidjojo sebagai Penggagas Konferensi Asia Afrika

Dukungan dari Konferensi Asia Afrika untuk Palestina

Dukungan terhadap Palestina terus bergulir dari masa ke masa, seperti yang diungkapkan oleh Otong ini, spirit Bandung sebagai kota yang memperjuangkan bangsa-bangsa terjajah akan terus bergema, bahkan untuk Palestina.

"Bandung adalah ibu kota Asia-Afrika. Bandung adalah sebuah ibu kota, di mana di sana ada satu spirit perjuangan untuk memberikan dukungan kepada bangsa-bangsa terjadi seluruh dunia,  termasuk Palestina," kata Otong.

Jauh sebelum itu, di Kota Bandung pernah digelar konferensi Asia-Afrika tahun 1955 membahas juga kemerdekaan Palestina. Seperti yang ditulis oleh Roeslan Abdulgani dalam The Bandung Connection.

"Yang menarik tentang pembicaraan soal Palestina ialah bahwa negara-negara Arab, Pakistan, Afghanistan dan Iran sangat tajam sekali dalam kecaman dan kutukan terhadap Zionisme Internasional," tulis Roeslan.

Saat itu negara-negara Arab mendesak PBB agar segera menggeluarkan resolusi terhadap Israel. "Karena itu, mereka menghendaki adanya Keputusan yang keras dari konperensi A-A (Asia Afrika)."

Lain halnya dengan India dan Burma, Roeslan menyebut PM Nehru segan mengatakan zionisme sebagai imperialisme karena ada hubungan diplomatik antara negara tersebut. "Tetapi diakui memang Zionisme adalah suatu gerakan agresif."

Nehru juga meminta kepada delegasi KAA agar tidak melupakan apa yang terjadi pada kaum Yahudi semasa terornya Hitler. "Tidak kurang dari 54 juta kaum Yahudi diperkirakan telah dibantai di Jerman, Austria, dan Polandia. Itulah antara lain yang memerlukan berdirinya Negara Israel."

Pendapat PM Nehru disertai juga sikap tegas dan simpati terhadap negara-negara Arab, kata Roeslan. Namun sikap Nehru mendapatkan respons dari delegasi Arab antara lain negara Lebanon. "Ia adalah propaganda Zionisme untuk mengelabui mata dunia. Dan untuk menarik simpati trlag menjalankan teror kekejaman yang tiada taranya terhadap rakyat Palestina."

Di Konferensi Asia-Afrika tersebut kemudian dirumuskan untuk menyatakan sokongan kepada hak-hak asasi bangsa Arab atas Palestina. "Menyerukan dilaksanakan resolusi-resolusi PBB mengenai Palestina dan menyerukan dilaksanakan tercapainya suatu penyelesaian dengan jalan damai dari masalah Palestina itu."

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah, atau juga artikel-artikel lain tentang Konferensi Asia Afrika

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//