Film Kejarlah Janji: antara Cinta, Kepala Kambing, dan Golput
KPU melakukan sosialisasi Pemilu 2024 melalui film romantis Kejarlah Janji. Disutradarai Garin Nugroho, dibintangi Cut Mini dan Ibnu Jamil.
Penulis Awla Rajul16 Oktober 2023
BandungBergerak.id - Film Kejarlah Janji menyajikan kisah cinta antara Janji (diperankan Ibnu Jamil) dan Pertiwi (Cut Mini). Film bergenre drama romantis ini memuat sosialisasi pemilu 2024 untuk mengikis angka golput. Namun film ini diklaim lebih mengutamakan cerita daripada melulu soal sosialisasi KPU.
Disutradarai Garin Nugroho, film ini selain menghadirkan Cut Mini dan Ibnu Jamil juga diperkuat artis lain seperti Shenina Cinnamon, Bima Zeno, Thomas Rian, dan lain-lain. Film ini berlatarkan pesta demokrasi di Desa Bangunmapan. Konteks pemilu yang dihadirkan pada film ini adalah pemilu desa dan legislatif.
Penulis naskah film Kejarlah Janji Alim Sunadio membeberkan, ide awal film ini diperoleh saat tim membuat forum group discussion (FGD) bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ada banyak ide-ide dan persoalan-persoalan yang keluar pada saat itu.
Cerita pada film ini akhirnya menyoroti persoalan keluarga Pertiwi dan anak-anaknya, persoalan cinta lamanya dengan Janji, dan anak sulung Pertiwi yang hendak membalaskan dendam dan mengejar mimpi ayahnya yang hendak menjadi Kades.
Alim menerangkan, persoalan itu diambil karena apa yang terjadi di negara sudah menyentuh hingga perpecahan dalam keluarga, misalnya di grup WA.
“Satu sisi itu adalah sebuah progres yang luar biasa. Artinya Indonesia menyadari pentingnya pemilu dan keluarga menjadi seru karena ada perdebatan mengenai politik dan pemilu,” terang Alim Sunadio, usai Nonton Bareng (Nobar) Film Kejarlah Janji, di XXI Cihampelas Walk (Ciwalk), Bandung, Rabu, 11 Oktober 2023.
“Makanya kita merasa analogi itu bagaimana kalau kemudian proses pemilu itu sendiri dirasakan juga oleh ibu yang ingin menikah lagi dan apakah keluarga setuju dengan itu,” tambah Alim.
Alim juga menyadari tantangan membangun cerita yang inklusif untuk seluruh masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Makanya, ketika memilih lokasi dan kondisi masyarakat Jawa, pihaknya harus mempertanggungjawabkan pilihan itu ke masyarakat. Sebab belum semua dialog film yang dilengkapi takarir, padahal banyak percakapan bahasa Jawa.
Ia juga mengakui, saat mendapatkan tawaran menggarap film ini merasa berat dan sulit karena ada “kepentingan” mensosialisasikan Pemilu 2024 dari KPU. Beruntung, KPU dinilai sangat terbuka terhadap segala pengembangan ide cerita.
“Bahwa kita mau bikin film yang memang bisa relate sama semua orang. Jadi itunya yang di depan dibandingkan dengan sosialisasinya,” ttutur Alim.
Jalan cerita akhirnya mempertimbangkan terlebih dahulu respons dari masyarakat atau penonton, barulah elemen-elemen sosialisasi perihal pemilu dikaitkan dan dimasukkan ke dalam film.
Sebagai contoh, dalam film ini banyak ajakan agar tidak golput, bagaimana persoalan-persoalan antartimses menjelang pemilu maupun politik uang yang dilancarkan politisi untuk mendulang suara. Adapula elemen “media” yang dibalut dengan komedi yang disajikan tiga Youtuber.
Pemeran utama Cut Mini merasa senang bisa bergabung pada film ini. Sudah lama ia ingin syuting film yang digarap oleh Garin Nugroho. Ia mengaku hendak belajar dan mengambil manfaat dari sutradara yang berkiprah hingga internasional tersebut.
Cut Mini pun berharap Pemilu 2024 baik pilpres maupun pileg berjalan lancar.
“Tidak ada maksud menggurui, tapi kita hanya bisa menggunakan apa yang bisa kita punya yaitu hak pilih kita. Semoga bisa berjalan lancar nantinya pemilu,” harap Cut Mini.
Nobar film ini dibuka sambutan-sambutan. Dalam kesempatan tersebut, Cut Mini sempat berkelakar bahwa pemenang Pemilu haruslah menepati janji-janji politiknya.
"Kan sekarang Kejarlah Janji, yang akan datang harusnya Tepati Janji," kelakar Cut Mini.
Kepala Kambing
Tokoh film lainnya, Udik Supriyanta yang berperan Sekretaris Desa (Sekdes) menyebutkan, film ini menargetkan agar masyarakat tidak golput dan menyadarkan politisi untuk tidak melakukan kejahatan politik, seperti politik uang.
“Sangat jelas yang dilakukan oleh Ramli (tokoh caleg) luar biasa liciknya dan itu menggambarkan sebagian besar caleg yang saat ini ada. Ini terus terang begitu,” ungkap Udik, berani.
Menurutnya, dalam konteks politik uang, harga suara satu orang lebih murah daripada harga kepala kambing.
“Kepala kambing utuh aja itu harganya 150 rbu (rupiah) kalau di Jogja. Itu kepala orang dihargai 50 ribu untuk lima tahun? Kepala kambing dan kepala orang dalam konteks pemilu itu lebih mahal kepala kambing, gitu,” tambahnya.
Baca Juga: Menilik Dinamika Pemilu 1999 di Bandung
Bom Waktu Problematika Sistem Pemilu Indonesia
Kontestasi Pemilu 2024 di Jawa Barat Memperebutkan 1.506 Kursi DPR dan DPRD
Pesan-pesan Demokrasi
Pemilu serentak 2024 akan dilaksanakan empat bulan mendatang, yaitu Februari. KPU berharap masyarakat agar menggunakan hak suara mereka pada pesta demokrasi terbesar nasional ini.
Anggota Komisioner KPU RI Periode 2022-2027 Idham Holik menyebutkan, KPU memiliki tantangan dalam melakukan sosialisasi agar beradaptasi dengan trend komunikasi saat ini. KPU pun mencoba masuk melalui budaya populer, yaitu film.
Film Kejarlah Janji merupakan hasil kerja sama KPU bersama Astra Jaya Cinema dan Garin Workshop.
“Film ini memang dirancang khusus bagaimana bisa dapat menyampaikan pesan-pesan tentang demokrasi yang sehat dalam pemilu,” terang Idham, dalam sambutan Nobar.
Idham menyebutkan, film ini sebelumnya juga ditayangkan di Den Haag, Belanda, oleh Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN). Ia mengaku respons masyarakat diaspora sangat bagus. Film ini akan diputar di 100 lebih PPLN lainnya dan akan ditayangkan di seluruh kab/kota se-Indonesia. Idham menyebut jika di daerah tersebut tak ada bioskop, maka akan diputar dengan layar tancap maupun metode lainnya.
Perlu Ditayangkan Lebih Luas
Natalis (22 tahun), seorang mahasiswi yang ikut Nobar menyebutkan, film tersebut mensosialisaikan agar masyarakat tidak langsung memakan utuh apa yang disampaikan oleh politisi. Masyarakat perlu mencari tau faktanya. Ia juga menilai sosialisasi pemilu dengan medium film cukup efektif.
“Ini mungkin pertama kalinya pakai media film untuk penyuluhan, jadi cukup menarik perhatian publik. Apalagi ada artis-artis atau influencer yang terkenal, jadi bisa memviralkanlah,” terangnya, kepada BandungBergerak.id.
Salah seorang mahasiswi lainnya, Selsha (22 tahun) juga menilai, salah satu pelajaran yang ia peroleh dari film Kejarlah Janji adalah jangan mengikuti pilihan orang lain saat akan mencoblos. Masyarakat perlu memastikan calon tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan olehnya dan daerahnya. Makanya ia berharap pemilu yang akan datang masyarakat yang memiliki hak pilihnya untuk mengusahakan dipakai, tidak golput.
Ia juga berharap agar setiap pemimpin yang terpilih nantinya benar-benar menjalankan tugas dan bisa merealisasikan visi maupun janji yang disampaikan kepada masyarakat.
“Selain filmya diputar di bioskop, mungkin bisa ditambahin diputar di TV nasional, biar merata semua bisa menonton. Soalnya kan gak semua daerah punya bioskop,” tutup mahasiswi yang akan menggunakan hak pilihnya yang kedua kali.
Adapun pada pemilu 2019 lalu, tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu mencapai 81 persen. Makanya KPU giat bersosialisasi, salah satunya dengan film Kejarlah Janji ini agar tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu 2024 mendatang bisa meningkat.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Awla Rajul, atau juga artikel-artikel tentang Pemilu 2024