• Narasi
  • ESAI TERPILIH DESEMBER 2023: Mulai dari Matahari Berwarna Merah, Hari Tanpa Belanja hingga Krisis Sosial dan Lingkungan Jatinangor

ESAI TERPILIH DESEMBER 2023: Mulai dari Matahari Berwarna Merah, Hari Tanpa Belanja hingga Krisis Sosial dan Lingkungan Jatinangor

Tiga Esai Terpilih Desember 2023 memiliki benang merah dengan isu lingkungan, menandakan bahwa tahun ini dan berikutnya kondisi lingkungan kita semakin darurat.

Tim Redaksi

Awak Redaksi BandungBergerak.id

Esai Terpilih Desember 2023. (Desain Ilustrasi: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

16 Januari 2024


BandungBergerak.id - KawanBergerak yang baik, sepanjang bulan Desember lalu kami telah menayangkan 34 esai di kanal Esai BandugBergerak.id. Ke depan tentunya kami terus berharap kanal ini menjadi wadah berekspresi bagi para penulis opini, bagi KawanBergerak yang suka menulis, untuk menuliskan pelbagai tema dari beragam sudut pandang, dan mengkritik juga boleh karena kritik tidak dilarang.

Dari 34 esai yang tayang, 11 esai di antaranya masuk ke tag “MAHASISWA BERSUARA”, satu esai masuk ke tag “PELAJAR BERSUARA”—sebuah tag baru di kanal Esai BandungBergerk.id yang khusus untuk mewadahi kaum pelajar, orang-orang muda yang menulis, untuk menyalurkan hobi menulisnya. Ada juga empat tulisan yang ditayangkan di kanal Narasi yang khusus mewadahi tulisan jenis reportase atau feature dari KawanBergerak—audiens BandungBergerak.id.

Dan, setiap bulannya kami sampaikan ada tiga Esai Terpilih Desember 2023. Tapi sebelumnya, tidak bosan-bosannya kembali menggarisbawahi bahwa pengumuman Esai Terpilih bulanan BandungBergerak.id ini bukan ajang pemilihan esai terbaik yang terkesan ingin menafikan esai-esai lainnya. Seluruh tulisan yang masuk ke BandungBergerak.id memiliki kelebihan, keunikan, perspektif masing-masing, untuk itu kami haturkan terima kasih dan hormat setulus-tulusnya kepada semua penulis.

Berikut ini sedikit ulasan ketiga Esai Terpilih BandungBergerak.id periode Desember 2023: 

Matahari Bandung Merona Penanda Bahaya

Indra Maulana Pratama menulis esai berjudul “Matahari Bandung Terlihat Merah Merona Penanda Bahaya”. Judul ini terkesan tahayul atau magis. Tapi rupanya dia membahas dampak pemanasan global yang membuat matahari berwarna merah. Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Pasundan (Unpas) Bandung ini secara ilmiah menjelaskan proses kimia yang menyebabkan langit berwarna merah.

“Ketika asap tebal, asap dapat menyebabkan matahari terbenam dan terbit berwarna merah cemerlang. Partikel-partikel asap yang kecil menyebarkan cahaya biru. Jadi, saat matahari terbenam dan cahayanya melewati gumpalan asap, semua cahaya biru akan dihamburkan keluar dari jalur antara matahari yang terbenam dan mata Anda, sehingga hanya menyisakan warna merah dan jingga. Hal ini menyebabkan matahari memiliki warna merah cerah,” terang Indra, dalam esainya. 

Indra menjelaskan asap tersebut adalah polusi yang berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, dan karbon dioksida yang diproduksi dalam aktivitas manusia. Polusi ini tak hanya mengubah warna langit melainkan berdampak serius pada kehidupan di bumi.

“Jika angin bertiup dengan tepat, asap dapat diangkut ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas udara. Partikel-partikel kecil yang membentuk asap dapat menyebabkan gangguan pernapasan, terutama bagi anak-anak, orang tua, dan penderita asma,” lanjut Indra.

Lebih lanjut, Indra memaparkan, dampak lingkungan dari terjadinya fenomena ini adalah akumulasi dari polusi yang menumpuk sampai menimbulkan kabut asap ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil pertanian.

“Selain itu, karena beberapa polutan memerangkap panas di atmosfer itu berarti dapat memperburuk perubahan iklim, peningkatan polusi udara juga berperan dalam pemanasan global,” terang Indra.

Hari Tanpa Belanja

Tulisan menarik lainnya datang dari Bani, salah seorang pegiat Pasar Gratis Bandung—gerakan kolektif Bandung yang mengkampanyekan gaya hidup berbagi melalui pasar gratis. Bani menyodorkan gagasan buy nothing day, Hari Tanpa Belanja yang telah diselenggaran semenjak 20 tahun di Vancouver, Kanada. Tujuan utama Buy Nothing Day ialah kritik terhadap budaya konsumerisme melalui serangkaian aksi kampanye "satu hari tanpa belanja".

Bani mengajak konsumen kritis terhadap setiap barang yang dibeli. Lebih jauh, konsumen diajak berpikir bahwa barang yang dibeli telah berpengaruh besar pada lingkungan dan gaya hidup masyarakat luas.

Bagi Bani, konsumsi bukan sekadar membeli barang. Konsumsi justru melanggengkan kapitalisme alias kerakusan. Bahkan konsumsi memicu ketimpangan sosial.

“Ide sederhana ini (hari tanpa belanja) muncul seiringan dengan kondisi ketimpangan sosial yang parah. Kita sadari, bahwa budaya konsumtif telah merambah ke berbagai lapisan masyarakat. Kaya atau miskin, orang desa atau orang kota, semua sudah terjebak dalam rayuan korporasi pasar bebas lewat iklan, membeli sebetulnya yang tidak penting dan tidak dibutuhkan,” tulis Bani.

Bani kemudian mengutip Peter Kropotkin yang menyatakan: "Satu-satunya cara untuk membuat manusia menjadi kurang rakus dan egois, serta kurang ambisius adalah dengan menghilangkan kondisi yang mendukung tumbuhnya egoisme dan keserakahan, perbudakan, dan ambisi."

Baca Juga: ESAI TERPILIH NOVEMBER 2023: Dari Konflik Israel-Palestina, Fenomena Bahasa Jaksel, hingga Politik Gen Z
ESAI TERPILIH OKTOBER 2023: Dari “Dosa” Lingkungan para Capres hingga Kongres Bahasa Indonesia
ESAI TERPILIH SEPTEMBER 2023: Dari Kritik atas Jam Kerja, Rivalitas Persib vs Persija, hingga Kebakaran Bromo

MAHASISWA BERSUARA: Ada Apa dengan Jatinangor Sekarang?

Esai Terpilih berikutnya datang dari Nur Aini Rasyid, mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad). Ia menulis di tag esai MAHASISWA BERSUARA berjudul “Ada Apa dengan Jatinangor Sekarang?”. 

Dahulu, tulis Nur Aini Rasyid, Jatinangor merupakan kawasan hijau yang penuh dengan lahan perkebunan teh dan karet. Namun, sebagai daerah sub-urban Bandung Raya, Jatinangor telah mengalami pertumbuhan yang pesat menjadi kawasan metropolitan. Bahkan, sejak tahun 1987 Jatinangor ditetapkan sebagai kawasan pendidikan oleh gubernur Jawa Barat.

Nur secara kritis menganalisa dampak-dampak pembangunan di Jatinangor terutama di sektor lingkungan. Kawasan hijau Jatinangor mengalami penurunan sangat drastis, tergantikan dengan gedung-gedung apartemen, pusat perbelanjaan, pertokoan, serta gedung-gedung pendidikan.

Bahkan dengan berdirinya berbagai institusi pendidikan di Jatinangor diikuti dengan tumbuhnya pemukiman penduduk, banyak warga pendatang dan bangunan kos-kosan. “Kawasan padat penduduk yang tidak memikirkan reboisasi ini pada akhirnya menyebabkan berkurangnya daerah resapan air di Jatinangor. Contohnya adalah daerah Ciseke Besar yang kalau ditelusuri perkampungannya sangat padat akan kos-kosan dan rumah penduduk serta minim daerah resapan air,” beber Nur.

Menurut Nur, pembangunan yang terus dilakukan tanpa memperhatikan saluran drainase pun mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang sering melanda Jatinangor, terutama ketika musim hujan datang. Beberapa wilayah Jatinangor yang pernah menghadapi banjir antara lain adalah Desa Cikeruh, Desa Sayang, Desa Cibeusi. Sampai saat ini pun masih belum ada upaya maksimal dari pemerintah untuk mengatasi minimnya daerah resapan air di Jatinangor.

Pesatnya pertumbuhan Jatinangor berpengaruh pada kualitas air dan udara. Di sisi lain, masyarakat lokal termarjinalkan di rumah sendiri. “Rata-rata penduduk asli Jatinangor yang bermukim di wilayah padat penduduk hanya menjadi buruh kasar semata, seperti penjaga kos, tukang ojek, maupun pengurus laundry. Penghasilan dari pekerjaan ini pun sebenarnya cukup sulit untuk menanggulangi dampak lingkungan yang telah terjadi di kawasan Jatinangor,” tulis Nur.

Demikian sedikit ulasan tiga Esai Terpilih bulan Desember 2023. BandungBergerak.id akan menghubungi ketiga penulis untuk mengatur pengiriman sertifikat dan kenang-kenangan. Seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh bandungbergerak.id. Atau bisa juga para penulis berinisiatif menghubungi akun Instagram KawanBergerak atau nomor telepon 082119425310. Selamat untuk ketiga kawan penulis!

Kami menunggu kiriman esai-esai bermutu dari kawan-kawan semua. Esai bisa dikirim ke [email protected]. Mari terus menulis, terus berdampak! Sesekali, mari mengkritik!

*Esai-esai BandungBergerak.id dapat disimak di tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//