• Berita
  • Gotong Royong Sehabis Banjir di SDN Leuwibandung

Gotong Royong Sehabis Banjir di SDN Leuwibandung

Banjir Bandung selatan menerjang sekolah dan mengganggu proses belajar anak-anak didik. Pascabanjir, murid dan guru membersihkan kelas.

Murid kelas 1 SDN Leuwibandung 1 berjalan di atas kursi hindari genangan lumpur pascabanjir di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia16 Januari 2024


BandungBergerak.id - Hari pertama sekolah pascabanjir besar Bandung selatan, murid dan guru SDN Leuwibandung 2 dan SDN Leuwibandung 3 bergotong royong membersihkan meja kursi berselaput lumpur di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin, 15 Januari 2024.

Air dan lumpur sisa banjir masih menggenangi halaman sekolah. Suasananya masih cukup berantakan karena semua meja, kursi, dan lemari harus dikeluarkan untuk dicuci. Semua buku dan berkas-berkas yang terendam rusak. Banyak perabotan sekolah juga yang akhirnya harus dibuang karena rusak.

Murid dan guru SDN Leuwibandung 3 membawa kursi yang sudah dicuci pascabanjir besar di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid dan guru SDN Leuwibandung 3 membawa kursi yang sudah dicuci pascabanjir besar di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Para guru dan murid-murid mulai mencuci meja kursi di halaman sekolah sejak pagi hari, murid lainnya membersihkan lantai kelas. Sebagian murid lagi membersihkan lantai koridor sekolah dan dinding-dinding. Beberapa murid mencoba membersihkan buku-buku paket pelajaran sebisa mungkin.

Di sudut lain, buku-buku berselimut lumpur coklat pekat teronggok di meja kursi, tak bisa lagi diselamatkan, semua masuk keranjang sampah.

Murid SDN Leuwibandung 3 membawa  meja kursi bersih ke kelas pascabanjir besar di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid SDN Leuwibandung 3 membawa meja kursi bersih ke kelas pascabanjir besar di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Kami dokumentasikan dulu buku-buku yang rusak, nanti digantinya harus menunggu anggaran BOS tahun ajaran baru. Nggak bisa langsung diganti walaupun ini rusak karena bencana, sudah aturannya begitu. Sebagai gantinya kami para guru membuat modul bahan ajar untuk murid-murid sebagai ganti buku paket yang rusak," kata Safitri (23 tahun), guru dari SDN Leuwibandung 3.

"Pihak sekolah beli lagi buku paket untuk pegangan guru, karena buku-buku yang disimpan di lemari dan rak buku bagian bawah kan rusak semua. Untuk buku pengganti baru bisa didapat saat tahun ajaran baru nanti," kata Dewi (53 tahun), Kepala Sekolah SDN Leuwibandung 2 dan 3.

Murid SDN Leuwibandung 1 belajar di lantai karena sebagian meja kursi rusak pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid SDN Leuwibandung 1 belajar di lantai karena sebagian meja kursi rusak pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Beberapa murid kelas 6 yang tengah istirahat di pojokan sekolah sambil cengengesan. Empat murid kelas 6 berusia 12 tahun itu bernama Tejar, Kio, Fajril, dan Ardi.

"Rumah saya juga kebanjiran, rugi nggak bisa belajar kalau sekolah banjir," kata Tejar. "Kita sudah libur sejak Jumat karena sekolah tenggelam, rumah saya juga sama tenggelam," Fajril menimpal.

Meski air yang merendam sekolah sudah surut, tetapi anak-anak tak bisa langsung belajar. Mereka harus kerja bakti membersihkan sekolah. “Jadi belum bisa belajar, kalau boleh mah nggak usah ada banjir lagilah,” tambah Fajril.

Baca Juga: Setelah Bandang Menerjang Lamajang Peuntas
Ribuan Rumah dan Jiwa Terdampak Banjir Bandung Selatan
Banjir Bandung Selatan, Warga Berharap Benteng Sungai Diperkuat

Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Banjir Nyaris Sampi Atap Rumah

Di SDN Leuwibandung 1, sebagian meja kursi sudah dicuci bersih sehingga murid bisa langsung belajar di kelas walau harus duduk di lantai. Sebagian meja dan kursi rusak, sebagian lagi dalam kondisi masih basah setelah dicuci. Halaman sekolah masih digenangi lumpur sisa banjir.

Buku-buku paket yang rusak mencapai 40 persen. Untuk bahan materi pelajaran guru-guru membuat modul berdasarkan buku paket pegangan. 

"Tapi sekarang kan nggak kayak dulu. Dulu 100 persen materi pelajaran dari buku paket, kalau sekarang bisa dari beberapa sumber, jadi materi pelajaran masih bisa kami handle. Walau harus belajar di lantai, sementara sajalah sampai semua meja kursi bisa dipakai lagi," kata Iis (62 tahun), pensiunan guru yang diperbantukan untuk mengajar kelas 6 di SDN Leuwibandung 1.

Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Iis yang tinggal di Kampung Bolero, Dayeuhkolot, juga tak luput dari terjangan bencana banjir besar pekan lalu. Kampung Bolero yang ada di sisi Sungai Citarum adalah salah satu permukiman yang terdampak cukup parah, tinggi muka airnya lebih dari 1 meter.

Sepulang sekolah, guru-guru menyusun kursi-kursi di teras kelas sampai gerbang sekolah, sekitar 12 kursi kayu disusun seperti jembatan.

"Ini untuk murid-murid berjalan agar terhindar dari genangan lumpur di halaman sekolah, masih licin," kata Desi, guru honorer SDN Leuwibandung 1berusia 36 tahun.

Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid SDN Leuwibandung 3 mencuci meja kursi pascabanjir, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Pulang sekolah, murid-murid berjalan diatas kursi sambil dibimbing oleh guru agar tidak terjatuh dan tidak saling dorong. Orang tua mereka menunggu di gerbang sekolah. Salah seorang ibu yang menjemput anaknya, Atin (40 tahun) berharap pemerintah bisa lebih perhatian lagi untuk menyalurkan bantuan ke Kampung Babakan di Desa Citeureup.

Tumpukan buku paket rusak pascabanjir di SDN Leuwibandung 2, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Tumpukan buku paket rusak pascabanjir di SDN Leuwibandung 2, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Rumah saya nyaris sampai atap banjirnya, baru mulai surut Sabtu. Hari Minggu sudah bisa dibersihkan dan dikeringkan. Kampung Babakan padahal termasuk yang paling parah terdampak banjir, tapi perhatian atau bantuan dari pemerintah kelihatannya minim sekali," katanya.

Murid dan guru SDN Leuwibandung 3 gotong royong mencuci meja kursi pascabanjir, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Murid dan guru SDN Leuwibandung 3 gotong royong mencuci meja kursi pascabanjir, Kabupaten Bandung, 15 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

SDN Leuwibandung 1, 2, dan 3 yang berada di jalur rel kereta api Bandung Ciwidey masa Hindia Belanda ini diapit dua sungai besar yang meluap, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum. Sekolah mulai tergenang pada Kamis malam 11 Januari 2024, pada Jumat pagi tinggi muka air di sekolah ini sudah lebih dari 1 meter.

Sekolah pun diliburkan. Buku-buku yang rusak baru bisa diganti saat dana BOS tahun ajaran baru turun di pertengahan tahun. Sayang sekali tak ada skema khusus dari pemerintah terkait sekolah-sekolah yang terdampak bencana alam yang sifatnya force majeur, padahal anak-anak khususnya yang di tahun terakhir akan menghadapi ujian sekolah sebagai syarat kelulusan.

**Kawan-kawan bisa menikmati karya-karya lain Prima Mulia, atau artikel-artikel lain tentang Banjir Bandung Selatan

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//