Meragukan Keberpihakan Konten Dedi Mulyadi pada Perempuan Selain Demi Mendulang Suara
Kang Dedi Mulyadi atau KDM aktif membuat konten-konten di media sosial yang isinya soal kedekatannya dengan rakyat kecil termasuk perempuan. Tuluskah Kang Dedi?
Penulis Awla Rajul27 Februari 2024
BandungBergerak.id - “Siapa yang tak kenal Kang Dedi Mulyadi?”Frasa mungkin tepat ketika membahas sosok Dedi Mulyadi. Ia merupakan tokoh yang cukup tenar di Jawa Barat. Ketenarannya dimulai dari perjalanan kariernya sebagai pejabat politik dan pejabat publik, lalu memuncak dengan aktivitasnya di media sosial.
Kang Dedi Mulyadi atau KDM terjun ke dunia politik setelah terpilih menjadi Anggota DPRD Purwakarta periode 1999-2004, sekaligus menjabat Ketua Komisi E. Tahun 2003, ia “berpamitan”, sebab terpilih menjadi Wakil Bupati Purwakarta periode 2003-2008 mendampingi Lily Hambali Hasan.
Kariernya bisa dibilang “memuncak” saat memimpin Kabupaten Purwakarta dua periode, 2008-2018. Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018, ia diusung oleh Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi Calon Wakil Gubernur Jawa Barat bersama Deddy Mizwar. Kalah di Pilgub Jabar, ia kemudian terpilih menjadi Anggota DPR RI Komisi VI periode 2019-2023 melalui dapil VII, meliputi Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.
Yup! Selain jabatan politik dan publiknya, KDM menjadi populer karena aktif di media sosial, khususnya di YouTube. Kang Dedi Mulyadi Channel, per tanggal 9 Februari 2024 telah memiliki 4,72 juta subscriber. Channel ini telah ditonton sebanyak 1.422.034.373 kali sejak bergabung pada 17 November 2017.
Pemantauan BandungBergerak.id, channel ini rutin menayangkan satu hingga dua video per harinya. Makanya tak heran, ada 3.403 video yang telah tayang di channel ini. Sosok Bapak Aing ini pun aktif di medsos lainnya. Di TikTok, KDM memiliki 507,4 ribu pengikut, 1,1 juta pengikut di Instagram, dan 173 ribu pengikut di X, per 9 Februari 2024.
KDM dikenal sebagai sosok yang dekat dengan seluruh lapisan masyarakat. Melalui konten-konten YouTubenya, KDM berinteraksi dengan masyarakat biasa yang ia temui di jalanan, membahas persoalan-persoalan viral dengan sosoknya langsung, hingga konten-konten kesehariannya bersama keluarga. Dalam konten-kontennya itu, KDM tak hanya berinteraksi, tetapi juga memberikan “bantuan” kepada masyarakat yang ia temui.
Konten-konten semacam inilah yang banyak menarik perhatian masyarakat, kebanyakan ibu-ibu. Salah seorang warga Bandung, Yeti (56 tahun), misalnya. Ibu rumah tangga ini mengaku hampir setiap hari menonton konten KDM melalui YouTube atau TikTok. Ia menilai KDM merupakan sosok yang baik, ramah, sederhana, mudah bergaul dengan masyarakat, dan tidak membeda-bedakan.
“Alasannya sangat senang melihat dia suka menolong orang susah, tanpa pamrih. Ya pokoknya seneng melihat konten Pak Dedi Mulyadi karena dia suka menolong orang kesusahan, tiap orang susah pasti dia tolong,” ungkapnya kepada BandungBergerak melalui pesan suara WhatsApp, Jumat, 9 Februari 2024.
Tak hanya Yeti, tetangga-tetangganya juga banyak yang senang menonton konten KDM. Alasannya kebanyakan sama, karena “kebaikan” KDM yang mau menolong dan berbagi kepada masyarakat.
“Sama alasannya. Kalau dia (KDM) sedih, saya yang nonton ikut sedih,” tambah Yeti.
Pemudi Purwakarta, Alifah Adellya Nugraha (19 tahun) menyampaikan komentar dan kesan yang tak jauh beda mengenai KDM. Ia memang mengaku jarang menonton konten-konten Bapak Aing di YouTube. Tetapi konten KDM sering lewat di fyp TikTok maupun beranda Instagram.
“Kalau orang tuaku (yang) suka dan ngikutin juga. Mama yang ngikut di Instagram,” terang Alifah kepada BandungBergerak.id melalui Gmeet, Selasa, 6 Februari 2024.
Alifah mengulas salah satu konten YouTube KDM yang paling ia ingat, yaitu saat teman sekolahnya, Ayu Aryanti yang kemudian menjadi anak angkat KDM. Dalam video itu, Ayu tengah menggantikan ayahnya yang sedang sakit menjadi tukang sapu di kantor Kodim Purwakarta. KDM menemuinya lagi usai olahraga sepeda, mengantarkan pulang dan memberikan sejumlah uang untuk ditabung oleh Ayu.
Video pertemuan KDM dengan Ayu itu tayang pada 15 Mei 2022. Keesokan harinya, 16 Mei 2022 tayang video kedua saat KDM menyambangi rumah dan memberikan Ayu sekarung beras. Terdapat setidaknya empat video lainnya, tentang Ayu yang optimis naik kelas dan pindah sekolah, saat Ayu tak pulang ke rumah, saat KDM menjadi wali yang mengambilkan rapot, dan kisah Ayu yang sudah mengenal skincare.
Menurut Alifah, konten-konten KDM cukup bagus sebab memberi edukasi kepada masyarakat, “kalau kita itu harus tetap merendah”. KDM juga disebut merupakan sosok bupati yang sukses membangun Purwakarta.
“Bagus sih, menurut aku, bagus kang Dedi jadi Gubernur, keren juga. Karena udah kebukti juga Purwakarta maju waktu zamannya kang Dedi,” ungkapnya.
KDM saat ini tengah bertarung untuk memperebutkan kursi DPR RI Dapil 7 (Bekasi, Karawang, Purwakarta) dari Partai Gerindra. Secara terang-terangan, melalui pembuka di setiap video YouTube yang mulai tayang pada 27 November 2023, KDM akan mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat usai pilpres dan pileg. Di setiap bumper pembuka video itu, KDM juga mempromosikan anaknya yang mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Jawa Barat.
Meragukan Keberpihakan pada Perempuan
Dalam pemantauan BandungBergerak.id, konten-konten YouTube KDM menunjukkan kedekatannya dengan perempuan. Banyak konten-konten KDM dengan perempuan, baik perorangan maupun kelompok.
Misalnya pada konten yang tayang pada 7 Februari 2024. Konten yang berjudul “KDM Ungkap Rahasia | Bicara Sosok Gurunya” itu dihadiri kelompok perempuan. Pada konten lainnya, KDM menjumpai seorang nenek yang telah berusia 95 tahun, atau menjumpai seorang wanita keturunan Batak yang berjualan dimsum.
Atas kedekatan dan kebaikannya ini membuat KDM mendulang “penonton” tak hanya dari Jawa Barat. Video yang tayang 29 Oktober 2023 yang berjudul “Datang dari Sorong Papua – Rela Nabung Demi Bisa Ketemu KDM dan Hadiri Acara di Lembur Pakuan”, memperlihatkan dua orang ibu yang mengaku datang dari Sorong, Papua ke Purwakarta untuk bertemu dan melihat KDM secara langsung.
“Nonton ini (KDM), apa, di YouTube. Kepengin lihat aslinya, pak Dedi itu yang paling baik,” ungkap ibu yang memakai jilbab berwarna biru toska malu-malu, pada menit 7:40.
“Ah enggaklah, kalau paling baik enggak,” timpal KDM, merendah.
Kedua ibu tersebut mengaku pergi menggunakan kapal dari Papua dengan tarif 1.050.000 rupiah. Diketahui, kedua ibu tersebut akan menetap di Purwakarta selama seminggu. KDM memfasilitasi keduanya sebuah rumah untuk beristirahat, menyediakan persediaan makanan, dan membelikan tiket kapal untuk pulang ke Sorong.
Atau pada video yang lain, KDM ikut “meramaikan” dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang guru pengajian kepada santriwatinya di Kecamatan Pondoksalam, Purwakarta. Ia menanyangkan setidaknya tiga video, yang berjudul “Emosi Seorang Bapak Memuncak Saat Mengetahui Anak dan Cucunya jadi Korban Guru Ngaji”, “Mengaku Tidak Tahu Perilaku Gurunya”, dan “Devi Tolak Ajakan Guru Ngaji”.
Divisi Strategi Eksternal Gender Research Student Center (Great) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Shela Amelia menilai banyak masyarakat yang menonton konten KDM disebabkan aksinya yang memberi bantuan kepada masyarakat. Namun, Shela meragukan keberpihakan KDM kepada perempuan. Pasalnya, KDM dinilai kerap menggunakan perkataan maupun candaan yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang seksual.
“Contohnya ketika beliau ketemu dengan bapak-bapak yang berjualan, hidupnya merantau dan jauh dari istri, kadang pertanyaannya juga mengarah ke unsur-unsur seksual gitu. Kayak misalnya, emang tahan gitu tidak berhubungan. Menurut saya mah sebagai perempuan kurang nyaman aja melihat itu,” ungkap Shela kepada BandungBergerak.id melalui Gmeet, Kamis, 8 Februari 2024.
Shela juga mengkritik pemberian judul-judul konten YouTube yang melanggengkan stigma pada persoalan-persoalan yang dihadapi perempuan. KDM memberi judul konten-konten YouTubenya dengan pelabelan-pelabelan tertentu, seperti, “perawan tua”, “janda tua”, “nenek perawan”, “tukang nasi uduk cantik”, “remaja cantik”, “gadis cantik”, hingga “mahasiswi cantik”.
“Nah itu kan berarti ada apa ya, tadi stigma terhadap perawan tua, terus stigma terhadap perempuan-perempuan yang menjanda. Kayak kenapa sih yang sangat disorotnya itu, si perawan tuanya, si jandanya, stigma-stigma yang emang ada gitu terhadap perempuan. Kenapa itu yang disorot sih,” tanya mahasisiwi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UPI ini.
Secara khusus Shela mengkritisi video KDM yang mewawancarai santriwati korban kekerasan seksual. Ia menilai, KDM luput memberi peringatan sebelum menanyai para korban yang rentan terpicu traumanya. Menurutnya, KDM tidak memperhatikan mental para korban dan tidak berpihak kepada korban.
Jika hendak membantu, seharusnya KDM memfasilitasi pendamping yang mengerti dan konsen terhadap persoalan kekerasan seksual saat wawancara tersebut. Sebab pertanyaan yang dilontarkan kepada korban kekerasan seksual perlu diperhatikan. Mengingat trauma para korban yang bisa muncul dipicu oleh pertanyaan.
“Sebelum melakukan wawancara pun kita memperlihatkan dulu pertanyaannya terhadap korban atau terhadap narasumber. Apakah pertanyaan itu berkenan untuk dijawab atau misalnya ada traumatik yang emang bikin korban malah menjadi mengingat lagi masa-masa kelamnya,” jelas Shela.
“Berperspektif korban” perlu dilakukan sebagai upaya menghindari risiko memicu trauma dan untuk menghindari menyepelekan pengalaman korban. Selain itu, pelecehan seksual bukan hanya fisik, tetapi juga verbal yang tak bisa dipandang remeh.
“Sikap kita terhadap korban kekerasan seksual yang emang harus diperhatikan itu kondisi korbannya terlebih dahulu. Pasti kita selalu menanyakan gimana kamu sedang berada di kapasitas bercerita apa enggak. Jadi tidak memaksakan ketika dia emang tidak bersedia untuk bercerita ya kita tidak memaksakan dia harus bercerita hari itu,” ungkapnya.
Shela membeberkan, tetangga-tetangganya yang notabene ibu-ibu memang senang menonton konten KDM. Selain karena senang memberi, KDM juga dinilai memiliki empati yang besar dan memiliki selera humor yang khas Sunda. Humor khas inilah yang dinilai menjadi daya tarik tersendiri bagi ibu-ibu.
“Menurutku dengan apa yang dilakukan pak Dedi di kontennya gitu tidak emang bener-bener dekat dengan masyarakat dan emang ingin menginspirasi. Ya pastinya tentu untuk menarik suara, bukan emang pure dekat sama warga terus divideokan, bukan,” ujarnya.
Baca Juga: Tak Ada Partai Politik yang Berkampanye Melindungi Hak-hak Digital Kelompok Minoritas
Nestapa Adaptasi Petani Tambak Garam Cirebon dalam Impitan Perubahan Iklim dan Batu Bara
BERSAUDARA DALAM PERBEDAAN: Bertahan dengan Kebaikan di Bandung Selatan
Memberi Berharap Imbalan Suara
Selain berinteraksi, KDM memberikan bantuan kepada masyarakat yang menjadi lawan bicaranya di konten YouTube. Jumlah pemberiannya beragam, detail pastinya sulit diperkirakan. Misalnya pada video yang tayang 29 Desember 2023 yang berjudul “AN4K SUDAH TIDAK M4B0EK LAGI | EMAK MAU PILIH PRABOWO INGIN PUNYA KEBUN DAN RUMAH”.
KDM membeli krupuk dagangan si emak yang tersisa delapan bungkus. Totalnya 80.000 rupiah. KDM memberi uang 100.000 rupiah dan meminta kembalian. Usai emak memberi kembalian, pada menit 21:15, KDM lantas memberi sejumlah uang pecahan 100.00 rupiah kepada si Emak. “Ieu modal cikur,” sebut KDM sambil memberi uang itu kepada emak, dan mengembalikan uang kembalian pula kepada si emak.
Tak heran jika KDM “mampu” memberi bantuan atau sumbangan dalam banyak pertemuan dengan masyarakat yang kemudian “dikontenkan”. Jumlah subscriber dan penonton di kanal YouTubenya telah mampu memberi sumber pemasukan yang “melimpah”.
Dari pantauan laman socialblade.com, channel KDM perbulannya diestimasikan mampu meraup 3.000 dollar AS hingga 50.000 dolar AS. Jika nilai tukar dollar ke rupiah berkisar 15.580 rupiah, maka KDM mampu meraup sekitar 46,7 juta rupiah hingga 778 juta rupiah per bulan. Estimasi penghasilan dalam setahun dari channel YouTubenya sekitar 37.600 dollar AS hingga 602.100 dollar AS atau setara 583 juta rupiah hingga 9,3 miliar rupiah per tahun.
Pakar Komunikasi Politik Telkom University dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat, Dedi Mulyadi merupakan tokoh politik yang berhasil memahami konsep komunikasi politik yang tidak hanya pada tataran konteks, tetapi juga keterlibatan langsung. Sebab berdasarkan survei yang dilakukan IPO, kelompok publik lebih banyak terpengaruh karena pertemuan langsung.
Makanya, Dedi Kurnia Syah menilai, pertemuan-pertemuan yang dilakukan KDM melalui berbagai platform media sosial termasuk berhasil memupuk popularitas dan elektabilitas. Pertemuan langsung, KDM sekurang-kurangnya mendapatkan empati dan simpati publik. Kedua hal ini merupakan pilar penting untuk membangun kekuatan relasi personal antara kandidat dengan konstituen.
“Meskipun ada sisi kekurangannya. Misalnya, publik mungkin memahami bahwa aktivitas-aktivitas politisi, baik pejabat politik maupun pejabat publik, itu besar kemungkinan orientasinya adalah timbal balik. Artinya mereka dekat, tapi besar kemungkinan karena orientasi politis,” ungkap Dedi Kurnia Syah kepada BandungBergerak.id melalui Gmeet, Kamis 8 Februari 2024.
Namun begitu, KDM dinilai merupakan sosok yang telah melakukan aktivitas media sosial sejak lama, bukan hanya pada saat menjelang pemilihan. Secara karakter ketokohan pun, sebelum ramai dengan medsosnya, KDM sudah dikenal dekat dengan publik. Hal itu dinilai dari rekor panjangnya sebagai kepala daerah di Purwakarta.
Makanya Dedi Kurnia Syah menyebut, karena kelebihan sepak terjangnya yang lama ini, KDM lebih menonjol dibandingkan tokoh-tokoh lain yang punya aktivitas sama di media sosial. Dia bahkan berpendapat kalau KDM akan sangat mudah menuju Senayan, terlebih saat ini berada di partai besar, yaitu Gerindra.
Direktur Eksekutif IPO ini menerangkan, konten KDM menarik penonton disebabkan substansi yang dikontenkan, yaitu memberi bantuan atau sumbangan kepada masyarakat. Ia memberi catatan, KDM bukan populer karena namanya sering di media sosial, tetapi karena aktivitasnya di media sosial, yaitu memberi bantuan atau sumbangan kepada masyarakat.
Media sosial memang memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar. Medsos dapat menyebarkan propaganda dengan cepat, dan memberi popularitas. Tetapi belum tentu berakhir pada elektabilitas. KDM tidak bisa hanya mengandalkan aktivitas media sosial tanpa adanya aktivitas konvensional.
“Tentu kita harus paham ya, membantunya Dedi Mulyadi atau membantunya politisi itu bukan dalam artian betul-betul membantu. Itu adalah membantu dengan orientasi supaya ada timbal balik dipilih dalam proses pemilihan. Apakah media sosial efektif, iya, dia efektif menciptakan propaganda. Apakah dia efektif menciptakan elektabilitas? Nah ini yang belum tentu,” jelas Dedi Kurnia Syah.
BandungBergerak.id telah mencoba meminta klarifikasi dari Dedi Mulyadi. Ketika dihubungi pada Jumat, 23 Februari 2024, ia bersedia diwawancara via telepon selepas rapim pukul 7 malam, namun BandungBergerak.id mengajukan jadwal ulang wawancara esoknya. KDM pun bersedia diwawancara keesokan harinya.
Namun, Sabtu, 24 Februari 2024, pesan permohonan wawancara dan kepastian wawancara tak ada balasan. Senin, 26 Februari 2024, BandungBergerak mencoba menghubunginya lagi. Pesan permohonan wawancara yang dikirim pada pukul 9.50 pagi dan 15.49 siang tak kunjung berbalas. BandungBergerak menelpon KDM pada pukul 16.53, sayangnya, panggilan ini pun ditolak.
*Liputan ini Mendapatkan Dukungan Hibah dari Program Fellowship AJI Indonesia